6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 9 - Kenapa Wajahmu Merah?
"Bagaimana jika saya belajar dengan asisten Juan saja, Tuan?" tawar Ansara.
Niatnya dia ingin menjauh dari Adrian, menciptakan jarak nyata diantara atasan dan bawahan tanpa melibatkan tentang pertemanan mereka yang ada di masa lalu.
Tapi sepertinya jika Adrian sampai mengajarinya mengemudi mobil yang ada hubungan mereka malah terlihat semakin dekat.
Tidak, Ansara tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Juan sibuk," jawab Adrian singkat, padat dan jelas.
Namun sudah berhasil membuat Ansara berpikir keras. "Kalau begitu lain kali saja Tuan, menunggu asisten Juan tidak sibuk lagi."
"Kapan?"
Ansara terdiam.
"Jika kamu terus menunda seperti ini, sampai kapan aku harus jadi supirmu saat kita pergi berdua?" tanya Adrian pula dan membuat Ansara semakin terpojok.
Ansara dipekerjakan di perusahaan ini untuk memudahkan semua pekerjaan Adrian, tapi karena gara-gara tidak bisa mengemudi yang ada Ansara malah memberatkan bosnya tersebut.
"Maaf, Tuan," ucap Ansara penuh perasaan bersalah, mengakui diri bahwa ini adalah salah satu kelemahannya.
Lagipula selama hidup keluarga Ansara memang tidak pernah memiliki mobil, jadi bagaimana bisa Ansara mengemudi kendaraan tersebut.
"Jadi bagaimana, kamu mau belajar siang ini atau tidak?" tanya Adrian.
"Iya, Tuan. Terima kasih sudah berkenan mengajari saya."
"Bagus," jawab Adrian dengan bibir tersenyum kecil.
Merasa sekarang Ansara lebih terlihat menggemaskan daripada saat SMA dulu.
Keluar dari ruangan sang CEO, wajah Ansara lesu sekali. Sampai membuat Jessi menatap sinis, berpikir bahwa Ansara pasti salah-salah saat menunjukkan letak tandatangan sang Tuan.
'Sudah ku duga,' batin Jessi lalu tersenyum miring.
Bagi Jessi dan semua karyawan yang lain, tuan Adrian dikenal sebagai CEO yang dingin, tidak ada toleransi dengan kesalahan, memimpin perusahaan Abraham Kingdom lebih disiplin dibandingkan ayahnya dulu.
'Karena itulah jadi karyawan baru jangan belagu,' batin Jessi lagi.
"Ini Kak, tuan Adrian sudah menandatangani semua dokumennya," ucap Ansara, melaporkan tentang pekerjaan.
"Kenapa wajahmu ditekuk? Apa tuan Adrian menegurmu?"
"Tidak."
"Lalu?"
Ansara terdiam sejenak, tidak mungkin dia mengatakan bahwa nanti akan belajar mengemudi bersama tuan Adrian. Sementara Ansara harus memberi jarak pada sang boss.
"Iya, sebenarnya tuan Adrian memang menegurku," balas Ansara bohong dan membuat Jessi jadi tersenyum semakin lebar.
"Lain kali jika tidak bisa katakan tidak bisa, jangan iya iya saja di hadapan asisten Juan."
"Iya, Kak."
"Ansara, ayo pergi sekarang," ajak Adrian yang menghampiri meja sekretaris.
Ansara dan Jessi sampai terkejut melihat sang CEO tiba-tiba datang.
"Baik, Tuan," jawab Ansara.
"Maaf Tuan, memangnya mau kemana? Bukankah siang ini tidak ada jadwal di luar?" tanya Jessi, reflek bertanya karena dia pun mengetahui semua jadwal sang tuan.
Namun sebelum menjawab pertanyaan itu Adrian lebih dulu menatap Jessi dengan tatapan yang dingin.
"Jessi, ingat batasanmu," ucap Adrian singkat.
Seketika itu juga Jessi langsung menundukkan kepalanya dengan begitu dalam. "Maaf Tuan, maafkan saya," balas Jessi penuh permohonan, dia memang dilarang untuk mengkonfirmasi langsung seperti ini.
Jika ada jadwal yang berubah maka Jessi harus berkoordinasi dulu dengan asisten Juan, bukan langsung mempertanyakannya pada sang Tuan.
Melihat sisi lain Adrian yang mengerikan membuat Ansara takut juga. Mendadak aura Adrian nampak berbeda, bukan si rakus yang menyebalkan, tapi sang CEO yang kejam.
Tanpa ada kata-kata, Ansara langsung keluar dari mejanya. Mengikuti langkah tuan Adrian yang ada di depan.
Jessi merasa tertohok hatinya, di hadapan Ansara dia ditegur sebegininya.
Saat berada di dalam lift, hawa mencekam tadi belum sepenuhnya hilang. Ansara masih merasa takut pada Adrian.
Mereka terus diam sampai akhirnya tiba di basement kantor dan masuk ke dalam mobil.
"Pasang seat belt mu," ucap Adrian.
Karena masih terbawa hawa takut Ansara jadi kesulitan untuk menarik sabuk pengaman tersebut. Sudah dia coba beberapa kali tapi tetap tidak berfungsi.
Adrian jadi menoleh dan menatap heran, padahal mobilnya dalam keadaan baik. Lalu kenapa sabuk pengaman Ansara terlihat seperti rusak.
Ditatap Adrian membuat Ansara makin bingung dan Adrian yang penasaran jadi mengikis jarak untuk ikut menarik seat belt tersebut.
"Berikan padaku," ucap Adrian, bicara disaat jarak sudah dekat. Sampai nafasnya yang hangat dan beraroma mint tercium oleh Ansara.
Jarak sedekat ini membuat Ansara membeku dan mendelik, satu-satunya yang mampu dia lihat adalah urat di leher Adrian yang menggoda.
"Ini tidak rusak, kenapa sulit sekali bagimu untuk menariknya," ucap Adrian. "Selain pertumbuhan mu yang lambat, tenagamu juga sepertinya kurang."
Ansara tak mampu menjawab, hanya mampu menelan ludah dengan kasar.
"Kenapa wajahmu merah?" tanya Adrian lagi.
Untuk kedua om-om nya Adrian, kalo ingin memimpin Abraham Kingdom, setidaknya bekerja keraslah seperti Adrian 😒😌😌
jd jangan seenaknya tuduh adrian rakus. yang ada om beni yang rakus, dengan tega nya mau jodohin anak orang tanpa persetujuan orang tuanya hanya demi keuntungan sendiri.
cb ga ada adrian..perusahaan blm tentu berkembang sebesar ini...
duhh akibat salah paham yg berkelanjutan Ans makin overthinking 😂😂