NovelToon NovelToon
Aku Hanya Wanita Biasa

Aku Hanya Wanita Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Wanita Karir / Careerlit
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Melamar Kerja

Ashfa Zaina Azmi, seorang wanita yang baru saja lulus dan mendapatkan gelar diploma akuntansi. Seorang wanita keturunan Jawa tetapi lahir dan besar di Kalimantan Timur. Wanita itu sednag bersiap mengendarai motor maticnya. Ia baru saja memasukkan lamarannya ke sebuah perusahaan tambang batubara. Entah diterima atau tidak, ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Jika tidak diterima, mungkin ia akan mulai belajar untuk mendaftar ASN nanti.

“Azmi!” Panggil seseorang dari belakang.

“Raika!”

“Kamu juga daftar disini?” Tanya Raika yang memeluk Azmi.

“Iya. Kamu sendiri? Bukankah kamu sudah diterima di perusahaan SMD?”

“Aku mundur. Ternyata aku hanya diterima sebagai resepsionis!”

“Kenapa mundur? Walaupun resepsionis, gajinya tetap besarkan?”

“Gajinya bukan masalah! Yang jadi masalah, resepsionis tidak memiliki jenjang karir. Kedepannya akan sulit kalau mau naik jabatan atau mengisi skil. Kalau kamu bagaimana?”

“Apapun itu. Aku membutuhkan pekerjaan ini karena aku tidak ingin menyusahkan kedua orang tuaku.”

“Kenapa tidak jadi ASN saja?”

“Itu rencana cadangan.”

“Baiklah! Semoga kita berdua bisa bekerja di satu departemen.”

“Aamiin..”

Keduanya berpisah. Azmi melajukan motornya kembali ke rumah. Jarak rumahnya dengan perusahaan yang ia lamar sekitar 4 km, dengan jarak tempuh sekitar 25 menit. Sampai dirumah, Azmi segera membersihkan rumah karena saat ini kedua orang tuanya dan adiknya sedang pergi ke rumah saudara mereka. Ada acara pernikahan salah satu sepupunya. Selain karena melamar pekerjaan, alasan Azmi tidak ikut adalah untuk menghindari berbagai pertanyaan seputar pernikahannya.

“Kenapa juga aku disamakan dengan mereka yang nikah muda? Aku masih ingin menikmati kesendirianku.” Gumam Azmi sambil menyapu.

Selesai dengan pekerjaan rumah, Azmi membuka laptopnya dan mencari lowongan pekerjaan lain untuk cadangan selain mendaftar ASN. Tetapi saat ia baru akan masuk ke profil perusahaan tambang, ponselnya berdering. Panggilan dari sebuah nomor rumah yang memiliki kode area Kalimantan Timur.

“Halo.”

“Halo selamat siang. Apakah benar ini dengan Saudari Ashfa Zaina Azmi?”

“Ya, saya sendiri.”

“Saya ucapkan selamat. Anda diterima di perusahaan KRN sebagai resepsionis. Jika Anda menerimanya, besok pagi Anda sudah bisa induksi.”

“Bukankah yang saya lamar sebelumnya adalah lowongan administrasi?”

“Ya. Tetapi lowongan administrasi telah terisi oleh kandidat dari kantor pusat, sehingga tersisa lowongan resepsionis. Anda bisa melolak jika tidak berkenan. Untuk gaji pokok, Amda akan mendapatkan 3 juta selama 3 bulan. Kemudian mulai mendapatkan insentif dan tunjangan di bulan keempat.” Azmi berpikir sejenak sebelum menerima tawaran tersebut.

“Baik. Saya terima.”

“Baik. Anda bisa datang ke kantor pukul 7 pagi untuk induksi dan pengenalan. Aktif bekerja akan dihitung setelah proses induksi dan pengenalan selesai. Apa ada yang ingin ditanyakan?”

“Tidak. Terimakasih.”

Azmi teringat perkataan Raika tadi. Kalau resepsionis tidak memiliki jenjang karir. Tak masalah. Yang penting ia sudah mendapatkan pekerjaan. Langkah selanjutnya ia bisa memikirkannya nanti. Setelah memiliki pengalaman bekerja, ia akan lebih mudah melamar kemanapun nantinya.

...****************...

Keesokan paginya, Azmi berpamitan dengan kedua orang tuanya lewat telepon untuk berangkat bekerja karena mereka baru akan kembali lusa. Sampai di tempat kerja, Azmi disambut Serli, admin HR. Serli membantu proses induksi Azmi dan mengajarnya berkeliling sembari menjelaskan struktur tempat bekerja.

“Kamu bisa menggunakan mesin fotokopi?”

“Tidak, Mbak.”

“Sini aku ajarkan.” Serli mengajari Azmi cara memfoto kopi dokumen mulai dari yang warna dan hitam putih.

Kemudian cara mengisi kertas dan tinta. Setelah itu, Serli membawa Azmi ke ruang stok stasionery dimana semua kebutuhan kantor ada disana. Serli memberikan daftar inventaris disana dan meminta Azmi untuk menghafalkannya karena selain sebagai resepsionis, Azmi juga berperan sebagai penyedia stok jika saja ada departemen yang memerlukan stasionery maka akan berhubungan dengannya. Azmi bahkan diberikan form order jika saja ada stok yang menipis.

Azmi mencatat semua yang Serli katakan kedalam buku catatan kecilnya. Semua pekerjaan yang harus ia lakukan juga sudah ia tulis disana.

“Sementara itu dulu untuk hari ini. Kamu bisa mulai bekerja besok. Jam normal kerja kamu dari jam 7 pagi sampai pukul 5 sore.” Kata Serli yang melihat jam tangannya menunjukkan jam makan siang.

“Baik, Mbak.”

Azmi pamit dan mengemasi barangnya. Ia kembali pulang ke rumah setelah sebelumnya mampir ke warung padang untuk membeli makan siang.

Setelah membersihkan diri dan melaksanakan sholat dzuhur, Azmi menikmati makan siangnya sambil membuka ponsel yang sedari tadi ia silent.

Raika: Kamu mengambil pekerjaan resepsionis itu?”

Raika: Aku mencabut lamaranku dan mendaftar di perusahaan ASR.

Raika: Hey! Katakan sesuatu!

Raika: Jangan bilang aku belum memperingatkan mu!

Hanya pesan dari Raika yang mengomelinya, sementara yang lain memberikan selamat.

Azmi: Ya, aku menerimanya. Anggap sebagai batu loncatan.

Segera setelah Azmi membalas pesan, Raika menghubunginya.

“Batu loncatan apa? Resepsionis tidak ada jenjang karir! Bukannya aku sudah mengatakannya kemarin?” Sergah Raika bahkan sampai lupa memberikan salam.

“Sementara ini dulu, nanti kalau bosan baru mendaftar ke tempat lain. Paling tidak bisa mengisi pengalaman kerja di CV nanti.”

“Kamu terlalu santai!”

“Bukan santai. Tidak ada salahnya memulainya sebagai resepsionis, daripada aku nganghur terlalu lama. Kasihan Ayah dan Ibu.”

“Ayah kamu itu pensiunan KDC, perbulan masih mendapat tunjangan dan bulanan kontrakan juga lancar. Apa yang kamu khawatirkan?”

“Ya memang mereka tidak memaksaku harus bekerja, tetapi aku yang mau. Mereka sudah membesarkanku sampai aku bisa lulus diploma.”

“Terserah lah! Jangan iri nanti kalau aku mendapat jabatan diatasmu!”

“Tidak akan.” Azmi tersenyum, membuat Raika semakin meradang.

Akhirnya Raika memutuskan sambungannya. Raika adalah satu satu teman Azmi yang berjuang bersama sejak SMP. Dari beberapa temannya, hanya Raika yang memiliki sifat keras. Walaupun begitu, Raika adalah teman yang baik. Makanya Azmi tetap berteman dengannya dan menganggap sikap Raika adalah hal biasa.

Selesai makan, Azmi membersihkan piringnya dan mulai mencuci pakaian. Soalnya pekerjaan rumah, Azmi bisa melakukan semuanya. Hanya saja, untuk memasak ia masih kalah dengan sang adik yang jago memasak. Ia lebih memilih membeli makanan daripada memasak sendiri karena rasanya sudah pasti tidak enak. Jemuran sudah ia selesaikan, Azmi memainkan ponselnya sampai tidak terasa ia terlelap.

Saat adzan asar berkumandang, Azmi bangun dan bersiap untuk mandi. Tetapi ketika akan berjalan ke kamar mandi, ia mendengar suara ketukan dari luar. Segera Azmi mengenakan hijab instan dan melihat keluar jendela sambil menjawab salam.

“Ada perlu apa, Ram?”

“Ini ada titipan dari Nia.” Rama menyerahkan kotak yang terbungkus plastik.

“Terima kasih.” Saat Azmi akan menutup pintu kembali, Rama menghentikannya.

“Apa kamu ada waktu malam minggu ini?”

“Maaf, tidak ada.” Jawab Azmi seraya mengangguk dan menutup pintu rumah.

Rama diam sejenak atas penolakan Azmi. Ia berbalik dan pergi mengendarai motornya setelah menata hatinya.

1
indy
lanjut
indy
lanjut kakak
indy
semoga di tempat baru azmi bisa lebih sibuk sehingga dapat melupakan kenangan buruk
indy
semoga azmi nanti sukses
indy
selamat ya azmi
Meymei: Terima kasih kak (Azmi)
total 1 replies
indy
cepat move on azmi
indy
kasihan Azmi
indy
Ternyata priyo gak bisa mendaki, bukan karena prinsip
Sulfia Nuriawati
suami aneh, mw saling mengenal tp cm azmi yg ada usaha, lah priyo blm apa² cm tw marah aja, serem sm yg kyk gt sifatnya bs² anemia🤭🤭🤭
Meymei: Hehehe sabar ya kak..
total 1 replies
indy
sabar ya Azmi...
Meymei: Aq sabar kak (Azmi)
total 1 replies
indy
semoga azmi kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Siap kak 😊
total 1 replies
indy
priyo sat set, semoga dia orang baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
telaten sekali azmi
Rian Moontero: kusuka ceritanya kak Mey👍👍
semangaaat🤩🤩🤸🤸
Meymei: Hihihi 🤭
total 2 replies
indy
semangat azmi
Meymei: Siap kak! (Azmi)
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
Dewi Masitoh
hadir kak😊
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!