"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Dari Pertempuran
Setelah Shin Shui berhasil membunuh Jin Shi, pasukan aliansi aliran putih terlihat menghela nafas lega. Begitu juga dengan para kepala tetua yang ada, mereka merasakan hal yang sama.
Pasukan aliansi aliran hitam yang masih tersisa berubah menjadi lebih panik. Wajah mereka bertambah pucat, jika seluruh tetuanya dibunuh, sudah pasti nasib mereka pun tidak jauh berbeda.
Tak mau kehilangan momen, Ye Rou sang Dewi Teratai Putih langsung mengambil tindakan cepat. Dia segera melesat ke depan, kemudian berniat menggunakan seluruh tenaga dalam yang terisa untuk membunuh musuh yang masih tersisa.
Tiba-tiba saja langit yang gelap berubah menjadi berwarna putih, pasukan musuh sebagian heran dengan apa yang terjadi. Tapi tak lama, sesuatu yang mengerikan terjadi. Entah berapa banyak teratai putih turun dari langit dengan serentak. Teratai-teratai itu laksana hujan yang membasahi bumi, satu-persatu musuh yang tersisa tewas dengan jurus Hujan Teratai Putih milik Ye Rou. Teratai itu seolah tak ada habisnya.
Sekitar 400 pasukan musuh dengan tingkatan yang beragam tewas mengenaskan dalam waktu singkat. Termasuk para Pendekar Langit dan pendekar Surgawi pun tak lepas dari hujan teratai milik Ye Rou. Dengan tingkatan Pendekar Dewa tahap tiga, tentu saja bukan perkara yang sulit baginya membunuh orang sebanyak itu. Terlebih karena tenaga dalam dari mereka tersisa sangat sedikit.
Sebenarnya para Pendekar Dewa dari masing-masing aliansi bisa dengan mudah membunuh pasukan yang berada pada tingkat Pendekar Langit dan Pendekar Bumi. Namun tenaga dalam yang dikeluarkan akan sangat besar, sudah pasti mereka tidak ingin melakukannya. Mengingat dalam perang besar peran mereka jelas sangat dibutuhkan.
Ye Rou sudah kehilangan banyak tenaga dalam akibat mengeluarkan Hujan Teratai Putih miliknya, walaupun masih ada beberapa Pendekar Surgawi yang masih bisa lari, tapi apa boleh buat. Dia tidak mau terlalu mengambil resiko.
Perang besar yang dikomandoi oleh sekte Lembah Beracun telah benar-benar selesai. Tapi tidak ada perayaan kemenangan, tidak ada kebahagiaan, yang ada hanyalah wajah murung berselimut duka lara ketika melihat banyaknya korban dari pasukan mereka.
Entah berapa banyak pasukan Kekaisaran yang gugur, murid-murid jenius dari setiap sekte yang bergabung dalam aliansi pun turut menjadi korban. Bahkan Kaisar Wei Lhuo juga gugur dalam perang ini. Jelas, ini akan menjadi sejarah baru bagi Kekaisaran Wei.
Setelah semuanya dipastikan aman, Li Xu segera mendekati Shin Shui untuk memberikan pertolongan. Walaupun mereka tidak mengenal siapa pemuda itu, tapi mereka juga tahu diri. Jika bukan karena pemuda yang bagi mereka misterius ini, tentu saja mereka semua bisa mati. Bukan tidak mungkin bahwa istana kekaisaran akan diambil alih oleh Lembah Beracun, karena itu memang tujuan utama mereka.
Suasana di dalam Istana terlihat diselimuti duka yang sangat mendalam. Kaisar yang selama ini dicintai rakyat telah gugur di medan perang demi membela kebenaran.
Suara tangisan mengisi malam itu, semakin larut semakin menjerit, semakin banyak orang-orang istana yang berduka atas kematian Kaisar.
Bahkan langit yang sudah mulai terang dengan cahaya bulan pun mendadak gelap kembali, seolah langit pun menangis, meneteskan air matanya ke bumi. Kematian Kaisar benar-benar membuat langit dan bumi berduka.
Rakyat yang mendengar kabar kematian tentang Kaisar perlahan memasuki Istana. Mereka tidak memperdulikan apakah penjaga akan mengizinkan masuk atau tidak, yang jelas rakyat itu ingin melihat wajah terakhir sang Kaisar sebelum besok akan dilakukan upacara pemakaman.
Rakyat berbondong-bondong memasuki istana, mereka menangis sejadi-jadinya. Bagaikan anak yang ditinggal ibu. Rasa sakit, rasa perih, rasa tak percaya akan semua ini dan rasa pedih terus menghantui mereka.
"Ketika orang baik meningalkan dunia ini, maka segala kebaikannya akan dikenang sampai kapanpun. Jika tiba kematiannya, bukan hanya manusia saja yang berduka. Tapi langit dan bumi pun seakan merasakan hal yang sama".
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor