Berlapang Dada

Pagi yang cukup mendung membuat Ajeng bete. Iya, jika kebanyakan orang menyukai hujan tidak dengan Ajeng.

Bagi mata Ajeng, awan yang mendung seperti menggambarkan sebuah perasaan yang sedih, sendu dan entahlah.

Gadis itu menggendong tas punggungnya. Tak lupa ia sudah memakai sweaternya lebih dulu.

Dia tak suka saja terlalu mencolok mengenakan seragam kerjanya. Bukan malu, tapi ia segan saja menjadi perhatian banyak orang.

Dengan langkah pasti, gadis itu pun berjalan menyusuri gang menuju ke jalan besar yang membawanya menuju ke gedung di mana restoran cepat saji ia bekerja.

Pagi ini, gantian Ega yang off. Dia akan bertukar shift sore nanti dengan Ega. Ajeng berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar dua puluh menitan.

Dan saat melintas di sebuah bank swasta, ia melihat keberadaan Bhumi. Lelaki yang berseragam abu-abu itu nampak mengobrol dengan beberapa orang, mungkin nasabah bank itu.

Dan di saat yang sama, ketika Bhumi selesai menjawab pertanyaan nasabah entah dorongan dari mana ia menoleh ke arah depan.

Ajeng yang sedang menatap ke arah Bhumi pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Bhumi yang di sapa seperti itu menjadi salting sendiri.

Karena jaraknya cukup jauh, jadi Ajeng langsung melewati begitu saja. Tak mungkin juga kan dia mau berteriak memanggil Bhumi?

Sepeninggal Ajeng, rekan Bhumi meledek duda tampan itu.

"Cakep lho, bro! Masih muda lagi! Bisa kali jadiin mama barunya Khalis!" ledek rekannya.

Teman Bhumi yang senior itu pun setuju dengan ucapan rekannya itu. Ia baru melihat langsung seperti apa Ajeng. Karena ia kemarin hanya melihat foto di profil wa nya saja.

"Apa sih bang! Belum tentu dia mau sama aku!" katanya tertawa pelan.

Karena ada nasabah lagi, Bhumi pun menyapa dan membukakan pintu berbahan kaca tersebut.

"Usaha dong! Kayaknya cuma dia yang akrab sama Khalis. Mantan cewek yang mau deketin kamu selama ini kan mundur gara-gara tahu kamu punya Khalis. Buktinya, dia ngga kan?"

"Bang, Abang liat sendiri kan? Dia cantik! Kayanya ngga mungkin dia masih jomblo!'' lanjut Bhumi lagi.

Teman Bhumi menepuk bahu duda itu.

"Cari info dong! Kali ini kita ikutan deh bantuin kamu deketin dia. Anggap aja demi Khalis. Ya...demi masa depan si joni juga yang udah karatan hahahah!"

Bhumi menggelengkan kepalanya. Para seniornya memang suka sekali bercanda.

Posisi bank mulai ramai lagi. Ketiga satpam itu kembali di sibukkan dengan melayani nasabah yang membutuhkan.

Ajeng sendiri sudah tiba di tempat ia bekerja. Tinggal tiga hari lagi ia selesai kontrak. Dan di kampung sana , Ranu juga menikah!

Mengingat hal itu, hati Ajeng terasa sakit lagi. Mungkin lebih sakit rasanya di bandingkan dengan lamanya tak bertemu.

Mas Ranu! Aku masih ngga habis pikir, kenapa kamu setega ini sama aku!

Sebuah tepukan pelan di bahu Ajeng menyadarkan gadis itu. Ia pun menoleh.

"Pak Yos?"

"Baru datang udah ngelamun aja! Lagi galau ya? Mau lanjut kontrak apa ngga? Lanjut saja ya, biar saya yang urus!" kata pak Yos. Ajeng menggeleng cepat.

"Ngga pak Yos. Makasih, kontrak saya cukup segini aja pak. Saya mau pulang kampung!" kata Ajeng.

Pak Yos memasang wajah lesu. Lelaki berusia tiga puluhan itu merasa sangat sulit untuk meruntuhkan pertahanan Ajeng.

"Ya sudah, kalau kamu berubah pikiran tolong bilang ke saya. Masih ada waktu!"

Ajeng pun menganggukkan kepalanya. Setelah mengobrol dengan Ajeng, Pak Yos pun pergi ke bank.

Dan saat melihat Bhumi yang berseragam satpam, ia teringat kalau lelaki itu yang kemarin-kemarin di akui pacar oleh Ajeng.

"Selamat siang....!" sapa Bhumi dengan ramah.

Pak Yos melihat nametag yang tertera di baju Bhumi.

Benar namanya Restu Bhumi, seperti yang Ajeng kenalin kemarin! Batin pak Yos.

"Ada yang bisa kami bantu pak?" tanya Bhumi ramah.

Pak Yos melipat kedua tangannya di dada sambil memindai penampilan Bhumi dari sepatu hingga jambulnya.

"Kenapa pak?" tanya Bhumi yang bingung dirinya di perhatikan sampai sebegitunya. Karena selama ini tidak pernah!

"Kamu yang kemarin sama Ajeng kan? Pacaran sama Ajeng?" tanya Pak Yos.

Bhumi mencoba mengingat-ingat wajah pak Yos. Dan ya, ia baru ingat jika lelaki berkacamata tebal itu atasan Ajeng yang mengejar-ngejar Ajeng sampai gadis itu reflek mengakui Bhumi kekasihnya.

"Ehem...maaf pak. Ini di luar pekerjaan" kata Bhumi masih mencoba tersenyum.

"Ckkk...cuma satpam saja rupanya! Jadi yang benar mana, pacarnya Ajeng yang di kampung itu kan PNS. Terus kamu di sini cuma serep gitu? Ajeng...Ajeng, ngga bisa milih apa yang lebih mapan?!"

Pak Yos menggelengkan kepalanya sambil berlalu menuju ke costumer servis.

Bhumi menghela nafas panjang. Resiko bekerja di pelayanan ya memang begini.

Tapi...tadi katanya Ajeng punya pacar PNS di kampung? Jadi, niat untuk mendekati Ajeng gagal dong?

💐💐💐💐💐💐

Gut molning selamat pageee 🥰🥰🥰🥰

terimakasih 🙏✌️