Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan
Dingin terasa menyeruak ke dalam tubuh, hawa sejuk dari AC membuat tubuh semakin gemetar. Matanya semakin berat untuk di buka, tapi Insha berusaha membuka matanya.
Jam 03.00 Insha sudah biasa bangun di jam itu, matanya terbuka ia melihat suasana kamar yang sedikit pencahayaan karna hanya lampu tidur yang menyala di kanan dan kiri tempat tidurnya.
astaga aku ketiduran..siapa yang mematikan lampunya..mas han...mas han apa sudah pulang..
Spontan Insha menoleh ke kanan tempat Hanafi biasa tertidur dengan nya slalu sebelah kanan, tapi tak di temukan. Insha menoleh ke kiri terlihat ada Hanafi disana yang memberi jarak cukup jauh dengan Insha, ia masih terlelap dengan menggulung selimut di tubuhnya.
rupanya mas han sudah pulang ya..
Terlihat senyum di bibir mungil Insha ia lega melihat Hanafi sudah terlelap di tempat tidur yang sama.
Insha pun bangun, masih terduduk di kasur empuk nya sambil melihat Hanafi.
ya ampun..pantas saja aku kedinginan mas han memakai semua selimutnya..
Insha merangkak mendekati Hanafi yang hanya terlihat bagian wajahnya saja semua bagian tubuhnya di gulung dengan selimut, rambutnya hanya terlihat sedikit keluar di atas keningnya.
"Hihihi...kau lucu sekali mas han.."
bergumam lirih lalu menusuk- nusuk pipi Hanafi yang terlihat membulat dengan posisi nya sekarang.
Hanafi tak memberi reaksi apapun, ia masih tertidur dengan lelapnya.
Insha menatap jam yang ada di sebelah tempat tidurnya, sudah menunjukkan jam 3 pagi.
astaga teryata sudah pagi ya..
Dengan senyum yang terus merekah di bibirnya Insha beranjak menuju kamar mandi, ia pun baru tersadar bahkan kerudung nya masih menempel di kepalanya sepanjang dia terlelap tadi malam.
Dengan segera Insha pun mandi mengganti pakaiannya, memberikan sedikit riasan di wajahnya lalu menunaikan sholat.
Selesai menunaikan sholat ia bangun hendak merapikan mukenahnya, ada rasa aneh di perutnya seperti rasa perih yang semakin menjalar.
kenapa dengan perutku..sepagi ini terasa sangat perih..tidak biasanya..
Tapi ia mengabaikannya dan berdiri hendak menaruh mukenah di tempatnya. Insha baru teringat ketika tadi malam ia menunggu Hanafi, tak ada sedikit pun yang masuk ke dalam perutnya, bahkan mulai sore hari ia tak memakan apapun. Di bayangan nya waktu itu hanya ingin makan malam bersama suaminya, yang sudah berjanji akan pulang sebelum jam makan malam.
Sampai larut malam pun Insha masih berharap akan makan bersama Hanafi, untuk itu ia tak menyentuh secuwil pun makanan di meja makan. Tapi karna terlalu lama menunggu dan kebiasaan Insha yang tak pernah tidur terlalu malam, tanpa sengaja ia pun terlelap dan tak mengetahui kedatangan Hanafi.
Insha menoleh ke arah Hanafi yang masih ada di dalam selimut tanpa berganti posisi sedikit pun. Ia ingin membangunkannya karna kembali terbayang wajah kesal Hanafi kemarin saat Insha sudah bangun lebih dulu dan meninggalkannya. Ia tak ingin membuat Hanafi kesal lagi.
aku harus memakan sesuatu sekarang..aku akan mengambil roti lalu segera kembali dan membangunkan mas han, agar perutku tidak semakin sakit seperti ini...
"Maafkan aku mas han..aku akan segera kembali.."
Insha membalikkan badan berjalan perlahan menuju pintu, tapi baru saja dua langkah pandangannya sedikit berkunang-kunang.
eeh..kenapa aku ini..
Insha meneruskan langkahnya lagi, sedikit lagi dia mencapai pintu, tangannya sudah berusaha menggapai gagang pintu. Tapi pandangannya semakin samar, semakin lama semakin buram dan hitam, lalu bruukkk....
Tubuh Insha ambruk tepat di depan pintu kamarnya.
Sedangkan Hanafi menggeliat pelan ia terkaget seperti mendengar benda terjatuh di kamarnya.Ia sama sekali tak mencari sumber suara itu, Ia berusaha membuka gulungan selimut yang menutupi tubuhnya.
Hooaam....
Hanafi menoleh pada tempat tidurnya kosong tak terdapat siapa pun disana.
"Dimana dia..hmm lagi-lagi dia menghilang sepagi ini..aku akan memberinya pelajaran nanti..."
Kini matanya terpejam lagi,
biarlah aku akan menunggunya kembali..pasti dia akan membangunkanku lagi nanti...
Hanafi terpejam sambil membayangkan wajah Insha yang selalu tersenyum kepadanya, dan kenangan-kenangan lain yang membuat hatinya selalu bergetar saat mengingatnya.
5 menit...
kenapa dia lama sekali ..sedang apa dia di dapur..
10 menit..
menunggunya beberapa menit seperti bertahun-tahun rasanya...aku tak sabar..aku akan mengagetkan nya nanti, saat dia membangunkan ku...
15 menit..
Lama sekali sih...bisa-bisa aku terlelap lagi menunggunya..
Akhirnya Hanafi pun membuka kembali matanya, dengan wajah kesalnya dia menghela nafas panjang.
"Sungguh menunggu adalah hal yang paling aku benci.."
gumam nya lirih.
Hanafi pun bangun dari tempat tidur nya sambil mengusap-usap matanya berusaha menghilangkan rasa kantuk yang datang kembali karna proses menunggu yang menurutnya lama.
Baiklah kalau begitu aku akan mandi dulu..
Kakinya turun mulai memakai sandal rumahnya, perlahan berjalan masih dengan tangan yang mengusap-usap mata nya.
Sekelebat Hanafi melihat sesuatu teronggok di lantai, tapi pandangan nya kembali fokus pada pintu kamar mandi.
apa itu tadi...
Seketika Hanafi kembali menoleh ke arah pintu kamarnya, betapa kagetnya ia saat mengetahui Insha ternyata sudah terkulai lemas disana.
Hanafi segera berlari meski jarak antara dia dan Insha tak terlalu jauh. Ia berlari dengan pandangan mata yang masih sedikit buram karna ia mengusap-usap nya sedari tadi.
"Insha...Insha...bangun lah kau kenapa...?"
Tanpa fikir panjang Hanafi pun menggendong Insha ke tempat tidur, merebahkan Insha di sana.
"Insha....Insha..bangun lah aku mohon.."
matanya sudah berkaca-kaca Hanafi mencoba membangunkan Insha dengan menepuk-nepuk pipinya dan menggoyang-goyang kan tubuhnya, tapi tak ada reaksi apa pun dari nya.
ya Tuhan sejak kapan Insha tergeletak disana..betapa bodoh nya aku...tak mengetahui jika istriku pingsan...aku mohon bangun lah sayang..
Hanafi meraih telepon rumah yang ada di mejanya, ia segera menelepon di dapur..
tutt..tutt..tutt
suara nada sambung dari telepon.
kemana perginya orang-orang ini kenapa lama sekali mengangkatnya..
padahal baru beberapa detik dia menelepon nada sambung pun baru saja terdengar.
"Hallo..ya ada apa mas pagi-pagi kok tumben menelepon di dapur..."
suara mbak Fatimah terdengar di sebrang.
Tanpa menunggu kalimat dari Fatimah selesai Hanafi sudah berkata,
"Bawa kan segelas susu hangat ke kamar sekarang.."
Sambungan telepon pun terputus tanpa ada kata perpisahan sedikit pun.
susu..tumben sekali pagi-pagi minta susu..
"Ada apa fat..kenapa mas Hanafi masih pagi udah nelpon kok tumben..."
"Gak tau tuh...sambungan telpon nya putus gitu aja..padahal baru aja aku mau tanya.."
"Memang nya mas Hanafi minta apa.."
"Dia minta bawakan segelas susu hangat ke kamarnya.."
"Susu hangat...?"
"Iya susu hangat..."
"Selarut ini.."
"Ntah lah hanya itu yang mas Hanafi katakan lalu telpon di tutup.."
"Ya sudah lah kau atau aku yang antar kesana.."
"Aku saja..mana susunya biar aku hangat kan dulu.."
Fatimah pun membawa segelas susu dengan nampan menuju ke lantai atas sementara Risna hanya memandang Fatimah dari belakang.
"Hmm..mas Hanafi kenapa sih...aneh sekali.."
gumamnya lirih sampai tak ada seorang pun yang mendengar nya..
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.