NovelToon NovelToon
Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Bayangan Di Kota: Kisah Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Horror Thriller-Horror
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hansen Jonathan Simanjuntak

Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Jejak yang Tertinggal (Bagian 2)

Malam itu, Lila bertekad untuk mencari tahu lebih dalam tentang arwah wanita yang menghantuinya. Dia tahu ini bukan sekadar permainan; ini adalah hidupnya yang sedang dipertaruhkan. Dengan sisa keberanian yang ada, dia memutuskan untuk kembali ke pemakaman tua.

Sebelum berangkat, dia menghubungi Rina. “Rin, gue mau ke pemakaman lagi. Gue perlu bawa lo,” ujarnya.

“Gila! Malam-malam? Lo serius?” Rina terkejut.

“Iya. Gue ngerasa ada yang perlu kita selidiki lebih jauh,” Lila menjawab tegas.

Akhirnya, Rina setuju, meskipun terlihat ragu. Mereka berdua bertemu di depan pemakaman, suasana sudah gelap dan kabut tebal mulai menyelimuti area itu. “Kenapa kita selalu balik ke tempat horor ini?” Rina berbisik, terlihat ketakutan.

“Karena ini satu-satunya cara untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi,” jawab Lila sambil menarik napas dalam-dalam.

Begitu memasuki area pemakaman, hawa dingin menyergap tubuh mereka. Lila bisa merasakan aura mistis yang menyelimuti tempat itu, seolah ada yang mengawasi setiap langkah mereka. “Rin, hati-hati,” kata Lila, memimpin jalan.

Mereka berjalan pelan, berusaha mengingat jalur yang mereka lalui sebelumnya. Di tengah perjalanan, Lila mendengar bisikan halus lagi. “Bantu aku…” suara itu terdengar semakin jelas.

“Lo denger itu?” tanya Lila, matanya melirik ke arah Rina.

“Denger, Lil. Tapi itu suara apa?” Rina menjawab dengan nada bergetar.

“Gue rasa itu suara arwah yang kita cari,” Lila berkata, berusaha menenangkan diri.

Ketika mereka mendekati nisan yang baru, Lila merasakan getaran aneh. “Kita harus dekat sini,” ujarnya.

Rina mengangguk, terlihat semakin tegang. Mereka berhenti di depan nisan besar yang terbuat dari marmer hitam. Tiba-tiba, bayangan gelap melintas di depan mereka, membuat Lila terlonjak. “Itu dia!” teriaknya.

“Lil, jangan panik! Coba kita fokus!” Rina menenangkan, meskipun dia sendiri juga ketakutan.

Lila mengedarkan pandangannya, berusaha menemukan sumber suara. “Di mana lo?” teriaknya, berharap bisa mendapatkan jawaban.

“Bantu aku keluar dari sini…” suara itu berbisik lagi, kali ini lebih mendesak. Lila merasa ada ikatan kuat yang menariknya ke nisan tersebut.

“Gue rasa kita harus coba untuk membuka nisan ini,” Lila mengatakan dengan mantap, melihat ke arah Rina.

“Lo gila, Lil! Nggak mungkin kita bisa!” Rina protes, tetapi Lila sudah terlanjur terfokus pada nisan itu.

“Kalau nggak sekarang, kapan lagi? Ini satu-satunya cara!” Lila bersikeras.

Dengan bantuan Rina, mereka mulai mendorong nisan. “Ayo, Rin! Kita bisa!” Lila bersemangat meskipun tangannya terasa berat.

Setelah beberapa saat berjuang, nisan itu sedikit tergeser. Mereka melihat celah gelap di dalamnya. “Apa kita harus masuk?” tanya Rina, suaranya bergetar.

“Gue rasa kita harus. Ini satu-satunya jalan untuk membantu dia,” jawab Lila, bertekad.

Dengan berani, mereka berdua melangkah ke dalam celah tersebut. Suasana di dalam sangat gelap dan dingin, dan bau tanah basah menusuk hidung. “Gue ngerasa nggak enak, Lil,” Rina berbisik.

“Tenang, Rin. Kita pasti bisa,” Lila berusaha menenangkan.

Setelah beberapa langkah, Lila merasakan ada sesuatu yang menjalar di kakinya. “Rin, ada yang aneh!” teriaknya. Dia melihat ke bawah dan melihat bayangan hitam merayap.

“Lila! Kita harus keluar!” Rina panik, mulai bergerak mundur.

“Gue nggak bisa mundur sekarang! Gue harus tahu siapa dia!” Lila tetap maju, meskipun suara hatinya berteriak untuk berhenti.

Tiba-tiba, suara jeritan wanita terdengar. “Bantu aku!” Suara itu jelas dan penuh penderitaan.

Lila terhenti, terperangah. “Siapa kamu?” dia berteriak.

“Aku terjebak di sini! Tolong!” jawab suara itu.

“Gue harus bantu dia, Rin!” Lila bertekad, berusaha menelusuri asal suara tersebut.

“Lil, lo nggak sadar ini berbahaya?” Rina bersuara, tapi Lila sudah terlanjur terseret dalam pencarian.

Dia mengikuti suara itu, semakin dalam memasuki kegelapan. Lila tiba di ruangan kecil dengan dinding tanah. Di tengah ruangan, ada bayangan samar seorang wanita, wajahnya tidak terlihat jelas.

“Gue di sini! Tolong!” wanita itu merintih.

“Lo siapa?” Lila bertanya, berusaha menenangkan diri meskipun jantungnya berdebar kencang.

“Aku… aku tidak bisa pergi dari sini. Dia yang menahanku…” suara itu terputus.

“Siapa yang menahanmu?” Lila mendesak, merasakan ketegangan semakin meningkat.

“Dia… mantanku. Dia tidak mau aku pergi. Tolong… bantu aku…” wanita itu menangis, suaranya membuat hati Lila hancur.

“Gue akan bantu, tenang aja!” Lila berusaha menenangkan, meskipun ketakutan mulai menjalari tubuhnya.

Tiba-tiba, bayangan gelap muncul lagi, kali ini lebih besar dan lebih menakutkan. “Jangan bantu dia!” suara berat itu menggema, membuat Lila dan Rina terkejut.

“Siapa kamu?” Lila berteriak, mencoba mempertahankan keberaniannya.

“Dia milikku! Kau tidak boleh mengambilnya!” suara itu menggelegar, membuat ruangan bergetar.

“Gue nggak takut sama lo!” Lila berusaha berbicara tegas meskipun kakinya bergetar.

Bayangan itu semakin mendekat, membuat Rina terjatuh. “Lila, kita harus pergi!” dia berteriak.

“Tunggu, Rin! Aku nggak bisa meninggalkannya!” Lila menolak, berusaha mendekati wanita itu.

“Gue butuh bantuanmu! Tolong, selamatkan aku!” wanita itu terisak.

“Lo harus pergi! Ini berbahaya!” Rina mengingatkan.

Lila terjebak antara pilihan. “Gue nggak bisa membiarkan dia di sini,” pikirnya, berusaha mencari jalan keluar. Dia meraih tangan wanita itu. “Gue akan membantumu keluar!”

“Jangan sentuh dia!” suara berat itu melarang, menggetarkan tanah di bawah mereka.

Lila merasakan kekuatan misterius dari wanita itu. “Gue akan melawan!” dia berteriak, berusaha menarik wanita itu bersamanya.

Saat dia berhasil meraih tangan wanita itu, Lila merasakan aliran energi aneh. Mereka berdua bersatu, tetapi bayangan itu semakin menguatkan cengkeramannya.

“Gue nggak akan menyerah!” Lila berteriak, memfokuskan pikirannya.

“Bantu dia, Lil!” Rina berteriak dari belakang, memberikan semangat.

Dengan satu tarikan kuat, Lila berusaha menarik wanita itu keluar dari bayangan yang mengekangnya. Tiba-tiba, suara jeritan wanita itu menggema, dan ruangan bergetar lebih keras.

“Aku tidak akan melepaskanmu!” suara berat itu mengancam, tetapi Lila tidak mau menyerah.

Dengan sekuat tenaga, Lila mengangkat wanita itu. “Ayo, kita bisa keluar!” Lila teriak, merasa ada cahaya yang mulai menerangi ruangan.

“Ya, aku bisa pergi!” suara wanita itu penuh harapan.

Akhirnya, dengan satu dorongan terakhir, Lila dan wanita itu melompat ke luar celah nisan. Mereka terjatuh di tanah, dan bayangan itu menghilang ke dalam kegelapan.

“Gue… kita berhasil!” Rina terengah-engah, merasa lega.

Lila menatap wanita yang baru diselamatkannya. “Lo aman sekarang. Apa nama lo?” tanyanya.

“Aku… Riana. Terima kasih,” wanita itu tersenyum, meskipun air mata mengalir di pipinya.

“Mari kita keluar dari sini,” kata Lila, merasa beban di dadanya mulai berkurang.

Mereka bertiga berjalan keluar dari pemakaman, dan saat melangkah di luar, Lila merasa seolah beban berat telah terangkat. “Kita berhasil, Rin!” Lila berteriak penuh semangat.

Rina mengangguk, terlihat masih tertegun. “Tapi kita harus hati-hati. Dia mungkin tidak sendirian.”

Lila menatap ke arah pemakaman, merasakan ada yang masih tersisa di sana. “Kita harus kembali. Mungkin ada yang lain yang butuh bantuan."

Dengan semangat baru, Lila tahu bahwa jejak yang tertinggal tidak hanya milik arwah Riana, tetapi mungkin juga milik banyak jiwa yang terjebak di antara dunia. Dia bertekad untuk membantu mereka yang membutuhkan, meski tahu itu akan membawa lebih banyak tantangan ke dalam hidupnya.

“Gue nggak bisa terus kayak gini, tapi gue juga nggak bisa biarin mereka terjebak,” gumam Lila, berusaha mengumpulkan keberanian.

“Gue di sini buat lo, Lil,” Rina menepuk bahunya. “Kita bakal cari cara buat bantu mereka semua.”

“Ya, kita harus. Mungkin ada cara lain yang bisa kita lakukan,” Lila berpikir keras, mencatat semua hal yang terjadi di kepala.

Malam itu, mereka pulang dengan banyak pikiran. Lila tahu ini baru permulaan. Banyak hal yang belum dia pahami tentang kemampuannya, dan tentang dunia yang kini seolah terbuka lebar di depan matanya.

Sesampainya di kosan, Lila duduk di tepi tempat tidurnya. Dia mengeluarkan buku catatan dan mulai menulis semua yang dia alami. Setiap detail penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

“Gue butuh referensi,” Lila berbisik pada dirinya sendiri. Dia mulai mencari informasi tentang paranormal, arwah, dan cara-cara untuk membantu mereka.

Semakin dalam dia mencari, semakin banyak informasi yang membuatnya terkejut. Banyak kisah tentang orang-orang yang terjebak dan membutuhkan bantuan, yang hanya bisa dipanggil oleh mereka yang memiliki kemampuan seperti dirinya.

“Gue nggak sendiri,” Lila merenung, merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. “Harus ada orang lain di luar sana yang merasakan hal yang sama.”

Di malam yang sepi, Lila menutup bukunya dan memejamkan mata. Dia tahu, perjalanannya baru saja dimulai. Dengan keberanian dan dukungan Rina, dia siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Keesokan harinya, saat di kantor, Lila tidak bisa berhenti memikirkan petualangannya semalam. Rina melihat wajah Lila yang penuh semangat. “Lo dapat inspirasi baru ya, Lil?” tanya Rina sambil tersenyum.

“Bisa dibilang gitu. Gue mau nyelamatin lebih banyak arwah,” jawab Lila penuh percaya diri.

“Gue dukung lo. Kita bisa cari informasi lebih lanjut. Mungkin ada komunitas atau orang-orang yang bisa bantu kita,” Rina menyarankan.

“Bagus, Rin! Kita cari tahu,” Lila bersemangat. Mereka mulai menyusun rencana untuk menjelajahi lebih banyak tempat dan mengumpulkan informasi tentang arwah yang terjebak.

Malam itu, mereka kembali ke pemakaman, kali ini lebih siap. Dengan lilin dan buku catatan, Lila ingin mengadakan sesi komunikasi. “Kalau ada yang butuh bantuan, tunjukkan tanda-tanda,” katanya saat menyalakan lilin.

Di tengah malam yang sunyi, suara angin berbisik dan dedaunan bergetar. “Gue yakin ada yang merespon,” Lila berbisik, merasa semakin terhubung dengan dunia lain.

Tiba-tiba, suara lembut terdengar. “Terima kasih…” suara itu menggema, membuat bulu kuduk mereka merinding.

“Siapa?” Lila bertanya dengan berani.

“Aku di sini… butuh bantuan…” suara itu semakin jelas.

“Bisa lo kasih tahu nama lo?” Lila bertanya, berusaha menahan rasa takut.

“Anisa,” suara itu menjawab.

“Anisa, kenapa lo terjebak di sini?” Lila melanjutkan, merasa ada ikatan emosional.

“Aku tidak bisa pergi. Dia tidak membiarkanku,” Anisa menjawab, suaranya penuh kesedihan.

“Siapa yang tidak membiarkan lo?” Rina ikut bertanya, merasa khawatir.

“Pacarku… dia marah ketika aku ingin pergi. Dia tidak mau kehilangan aku,” Anisa menjelaskan.

Lila merasa tergerak. “Kita akan bantu lo, Anisa. Jangan khawatir,” dia berusaha memberikan harapan.

Mereka mulai mencari cara untuk membantu Anisa melepaskan diri dari belenggu. “Apa yang bisa kita lakukan?” tanya Rina, merasa putus asa.

“Bisa kalian panggil dia? Aku ingin bicara dengannya,” Anisa meminta.

“Itu berbahaya,” Lila menjawab. “Tapi mungkin ini satu-satunya cara.”

Mereka berdiskusi dan akhirnya memutuskan untuk melakukan ritual kecil. Dengan lilin dan doa, mereka berusaha memanggil pacar Anisa.

Saat mereka melakukannya, hawa di sekitar terasa semakin dingin, dan bayangan mulai muncul. “Kau tidak boleh mengganggunya!” suara berat itu menggema, penuh kemarahan.

“Siapa kau?” Lila berani bertanya.

“Aku yang memilikinya! Dia milikku!” suara itu menggelegar.

“Tidak! Anisa berhak pergi! Kami akan membantunya!” Rina menantang.

“Cukup! Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan!” suara itu berteriak.

Lila dan Rina merasa terjebak dalam pertarungan antara dua dunia. Mereka harus bertindak cepat sebelum semuanya terlambat. “Anisa, kita akan berjuang untukmu!” Lila berteriak, berusaha menguatkan semangat.

“Terima kasih… aku tidak ingin terjebak selamanya,” Anisa menjawab dengan harapan.

Dengan semangat baru, Lila dan Rina berjuang melawan bayangan itu, mencoba menciptakan cahaya dari harapan mereka. Mereka berdoa dan berusaha memberikan kekuatan kepada Anisa untuk melawan ikatan yang menahannya.

Tiba-tiba, cahaya terang memancar, mengusir kegelapan. “Aku bebas!” teriak Anisa, dan dengan itu, bayangan menghilang, meninggalkan mereka dalam keheningan.

Lila terengah-engah, merasa lelah tetapi puas. “Kita berhasil, Rin!” dia berteriak.

Rina tersenyum, meskipun wajahnya masih terlihat cemas. “Tapi kita harus hati-hati. Masih banyak yang mungkin terjebak di luar sana.”

“Benar. Ini baru permulaan. Kita akan terus berjuang untuk mereka,” Lila menjawab penuh tekad.

Malam itu, mereka pulang dengan rasa haru dan semangat baru. Dengan tekad di hati, Lila tahu bahwa dia tidak akan berhenti sampai semua arwah mendapatkan kedamaian yang mereka butuhkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pesona Mbak Rina

cantik yah guys!! wkwkw

1
Doristeri
I love the Story 😍❤️
SEPI RAMADHANI (SEPAY)🇮🇩
lanjut kak
Tina Febbryanti
lila sudah bisa mengendalikan ketakutannya...bagus lila
Tina Febbryanti
lila belum paham kalau dia istimewa,pasti lila punya kodam itu...
Tina Febbryanti
masih menyimak dan meresapi....ada maksa apa di cerita ini ...
Tina Febbryanti
baru mampir....😊
Hansen Nathan
Jangan lupa komen yahhh guys
Kelly Andrade
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
not
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
Aishi OwO
Gila, endingnya bikin terharu.
Hansen Nathan: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!