Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25
Di tempat lain..
" Lha...punya gue kok gak ada kacangnya? ih..si mang bubur gimana sich?"
Wanita cantik itu mendengus kesal. Teman yang berada di depannya pun mengangkat wajahnya.
" Hadeehh...Lun, masalah bubur gak pake kacang aja ribut. Udah lah, makan aja. Keburu dokter senior datang loh."
Wanita cantik yang bernama LUNA SYAFIRA itu pun memakan buburnya sambil menggerutu.
" Loe tau kan, makan bubur ayam tanpa kacang itu-"
" Iya..iya, paham gue, gak usah loe ingetin, bosen gue."
Sang sahabat yang sudah paham sifat Luna pun memotong ucapannya. Dengan segera mereka menyantap sarapannya. Luna dan sahabatnya yang bernama DEVITA, sudah sejak lama bersahabat.
Sementara di ruang perawatan Alby.
Nadira sudah menyelesaikan sarapannya. Dan kini ia sedang mengajak Alby berbicara. Kondisi Alby yang belum sadar, membuat tak banyak hal yang bisa Nadira lakukan. Nadira sesekali melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Sudah waktunya untuk membuka toko. Nadira pun bergegas mengambil ponselnya dan menghubungi Dea.
" Assalamualaikum, De."
"Waalaikumsalam, Dira. Ada apa? "
" De, untuk sementara kamu handle toko dulu ya. Seperti yang aku bilang kemarin, keadaan Mas Alby belum ada perubahan, De."
Nadira berkata pada Dea, dan air mata meluncur begitu saja di pipi nya. Bram yang melihat berusaha mengalihkan perhatiannya. Bram tak ingin Nadira tau dirinya memperhatikannya.
" Kamu tenang aja, Insha Allah aku bisa kok. Mengenai toko kamu serahkan aja ke kita, dan semua data sudah masuk ke email kamu kan. Jadi kamu gak perlu repot. Kamu urus saja Mas Alby ya."
" Makasih ya, De. Aku berterima kasih banget ke kamu."
" Ya ampun, Dira. Kamu kayak sama siapa aja. Udah, kamu fokus aja sama kesembuhan Mas Alby. Sampaikan salam ku untuk keluarga Mas Alby ya. Dan semoga Mas Alby bisa segera sadar."
" Aamiin, makasih doanya ya De. Aku tutup dulu ya. Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam."
Nadira pun menutup sambungan telepon. Dan kembali duduk di sebelah ranjang Alby. Tak lama seorang perawat pun datang ke ruangan Alby. Perawat tersebut datang melihat infus dan mencatat beberapa hal yang tak di pahami oleh Nadira dan juga Bram. Nadira pun bertanya pada sang perawat. Jam berapa dokter akan datang untuk mengecek kondisi suaminya.
" Sebentar lagi dokter akan datang, Bu. "
Perawat pun pergi meninggalkan ruangan Alby. Untuk menghilangkan rasa sedih dan jenuhnya. Nadira kembali membuka mushaf kecil yang selalu di bawa di dalam tas nya. Suara Nadira yang merdu saat mengaji membuat Bram terpaku. Ia tak menyangka, suara Nadira begitu merdunya. Setelah membaca mushaf, tak lama pintu ruangan Alby pun kembali terbuka. Ternyata Dokter datang untuk mengecek kondisi Alby. Nadira pun menghentikan bacaannya.
Dokter senior tersebut datang bersama dengan beberapa dokter muda. Bram yang tadinya duduk agak jauh dari Nadira, melihat sekelompok dokter datang, menjadi mendekat. Bram melihat wanita yang ia jumpai di warung bubur pagi tadi. Wanita yang berlalu pergi begitu membawa pesanannya. Dan yang membuat lebih gila lagi, pesanan yang di bawa ternyata salah.
" Bagaimana kondisi suami saya, Dok?"
Dokter baru saja selesai memeriksa. Saat Nadira bertanya.
" Untuk saat ini, perkembangan Pak Alby belum terlalu signifikan, Bu. Tapi dari catatan yang suster berikan ke saya, kondisi Pak Alby mulai stabil."
Nadira pun hanya mampu tersenyum getir. Dokter pun akhirnya pamit dari ruangan itu, di ikuti oleh para dokter muda lainnya. Saat di pintu, Luna melihat laki- laki yang di jumpainya di warung bubur. Tatapan mereka bertemu. Bram memberikan senyuman manis. Namun lagi-lagi Luna memutar malas matanya. Membuat senyum di bibir Bram hilang seketika.
.
.
.
Hai para readers tersayang, maaf ya di part ini banyak hal yg tidak tepat. Terutama di bagian rumah sakit dan para dokternya. Ini hanya bagian dari imajinasi ku. Atas dukungan, kritik, saran, like ,komentar dll...aku ucapin terima kasih..😘😘