Awalnya semua begitu indah untuknya. Memiliki keluarga yang sempurna dengan ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya, tapi kebahagian itu hanya sementara. Cinta pertamanya di dunia ini direnggut darinya, seketika semuanya berubah menjadi duka.
Kehidupan baru mulai dijalani saat seseorang datang dan dikehidupan ibunya. Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha yang sukses dan hidup dengan kemewahan yang dirasakannya.
Tapi..., semua tidak seindah yang dijalaninya. Hanya ada kesedihan yang dirasakannya karena penghinaan yang didapatnya dari orang yang sangat disayanginya.
Wanita itu hanya berharap mendapatkan kebahagian, memiliki sosok pelindung yang baru untuknya. Sampai akhirnya sebuah takdir kehidupan yang tak terduga, menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Tidak ada cinta,tidak ada kebahagian yang dirasakannya, hanya ada sebuah rahasia besar yang tersimpan di dalam pernikahan itu.
Hanya menunggu kapan Rahasian itu terbongkar dan menjadi Bom waktu di pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Sepupu
Sepanjang perjalanan, dia merasa ada yang menggangu perasaannya. Bukannya merasa jauh lebih tenang setelah memperjelas hubungannya dengan Gwen, dia justru merasa dirinya tidak tenang.
"Ada apa denganmu, Kenichi", gumamnya.
Wajah Gwen terus terlintas dalam pikirannya, melihat Gwen yang pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun kepadanya benar -benar mengganggunya, bahkan membuatnya tidak konsentrasi saat mengemudikan mobilnya.
Kring!! Kring!!! Kring!!!
Dia benar - benar tidak menyangka dengan nama yang tertera di layar ponselnya, orang yang begitu jarang menghubunginya tiba-tiba saja meneleponnya.
📱Apa yang membuat seorang Daichi Tama, pengusaha yang sangat sibuk menghubungi ku malam-malam begini?"tanya Kenichi.
📱Tentu saja karena aku merindukan sepupuku, apa lagi alasannya", gumam daichi.
📱 Aku menghargai kebohongan mu,daichi", gumamnya.
📱Apa aku menggangu mu?"tanya daichi.
📱Tidak, aku sedang dijalan menuju pulang", jawabnya.
📱 Aku hanya ingin mengabari mu bahwa ayah, Ibu, aku dan sakura akan berangkat besok sore. Tolong untuk menyuruh supir menjemput kami", ucap daichi.
📱Sakura? Dia ikut? Bukankah dia sedang hamil?"tanya Kenichi.
📱"Bagaimana lagi, dia selalu merenge meminta ikut kepadaku, sampai membuat kuping ku panas", jawab daichi.
📱Hallo Kenichi",
Suara yang terdengar berbeda, kali ini terdengar suara wanita dari balik sambungan telpon.
📱Kakak ipar?"ucapnya.
📱Tepat sekali, apa kabar?"tanya sakura.
📱 Baik, sangat baik", jawab Kenichi.
📱 Meskipun aku hamil, aku akan tetap datang untuk melihat pernikahan mu Kenichi, aku sangat penasaran wanita seperti apa calon adik ipar ku itu", ucap sakura.
📱Baiklah kak, kamu akan segera bertemu dengannya ", jawab Kenichi.
📱Aku sama sekali tidak sabar untuk itu", jawab sakura.
📱Hanya tinggal menunggu waktunya saja", jawab Kenichi.
📱Baiklah, aku akan memberikan ponselnya kembali kepada daichi", ucap sakura.
📱Hallo kenichi, jangan lupa untuk menyuruh supir menjemput kami", ulang daichi.
📱Aku mengingatnya", sergah Kenichi.
📱Baiklah, sampai jumpa besok",ucap daichi.
Panggilan itu berakhir, meski hanya berbicara sebentar dengan sepupunya itu, setidaknya membuat perasaannya sedih lebih tenang.
•••••••••••••••••••••
Pagi harinya, Gwen terbangun dari tidurnya. Perasaan benar -benar kacau sepanjang malam dan membuat dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semakin mengingat kembali ucapan yang dilontarkan Kenichi kepadanya, membuat wajahnya muram.
Dia turun dari tempat tidurnya , berjalan kearah jendela kamarnya. Dia membuka jendela kamarnya untuk menikmati udara di pagi hari. Udara yang benar - benar menyejukkan hatinya saat ini. Butuh beberapa menit sampai perasaannya lebih tenang, lalu dia turun kebawah untuk menikmati sarapan bersama keluarganya.
"Selamat pagi", sapa Gwen.
"Selamat pagi sayang", ucap minori.
Biasanya setiap pagi ayahnya sudah duduk di bangkunya, tapi Gwen sama sekali tidak ada melihatnya.
"Dimana ayah, bu?"tanya Gwen.
"Ahh, ayah sudah pergi dari pagi sayang", jelas minori.
Awalnya Gwen mengira ayah tirinya itu masih ada di kamar nya dan belum turun kebawah.
"Sepagi itu?"tanya Gwen.
"Benar, ada urusan yang harus dikerjakannya. Besok adalah hari pernikahan mu, dia ingin benar-benar fokus dengan pernikahan mu tanpa diganggu oleh apapun", gumam minori.
Mendengar ibunya mengatakan besok adalah hari pernikahannya, membuat seluruh badannya menggelitik, bahkan melihat makanan yang ada didepannya membuatnya kehilangan nafsu makan.
"Gwen, kenapa kamu tidak makan?"tanya monori.
Gwen sama sekali tidak menyahut, matanya melihat kedepan dengan tatapan kosong.
"Sayang?"panggil minori.
"Iya bu", jawab Gwen.
"Ada apa?"tanya minori.
"Tidak ada bu", jawab Gwen, dia tidak ingin membuat ibunya khawatir dengan masalah yang saat ini dihadapinya.
"Makanlah", gumam minori.
"Ia bu", jawab Gwen, meski nafsu makannya telah hilang, tapi dia tetap memaksa dirinya untuk menyantap makanan yang telah disedikan.
Waktu rasanya benar-benar berjalan begitu cepat, baru tadi rasanya dia selesai sarapan pagi dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Hanya tinggal hitungan jam saja, sampai akhirnya hari berganti. Gwen hanya berdiam diri didalam kamarnya, berdiri diluar jendela menikmati pemandangan sore hari dari luar jendela kamarnya.
Dia masih merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya, semuanya bertumpuk di dadanya hingga membuatnya terasa begitu sesak. Meski telah mencoba mengendalikan diri dengan perasaannya, justru semakin sulit untuknya.
Kesedihan yang dirasakannya membuatnya merasa rindu dengan ayahnya, sambil menarik napas panjang di pejamkan nya kedua matanya agar bisa merasakan kehadiran ayahnya di sampingnya, setidaknya meski hanya dengan membayangkannya saja perasaannya dapat sedikit lebih tenang. Sekian lama hidup tanpa sosok ayah kandungnya, membuatnya benar- benar merindukannya untuk menguatkan dirinya yang saat ini benar -benar begitu rapuh.
Dia tahu bahwa jalan yang telah dipilihnya salah dan akan sulit untuk dijalaninya, bahkan jika ayahnya masih hidup dan mengetahuinya pasti akan sangat melukai perasaanya, tapi dia telah memilih jalan untuk hidupnya dan bagaimanapun akhirnya nanti, meski itu hal yang terburuk yang akan terjadi dihidupnya dia akan menerimanya.
•••••••••••••••••••••••
Satu hari ini Kenichi benar - benar sibuk menghadiri beberapa meeting di jam yang hanya berjarak 3 jam dari meeting yang dihadirinya sebelumnya. Dia sama sekali tidak mengurangi aktivitasnya, semua jadwal pekerjaannya seperti hari- hari biasanya. Kesibukan yang dilakukannya, justru membuat orang-orang yang ada disekitarnya menjadi khawatir jika dia akan kelelahan di hari pernikahannya.
Saat meeting terakhir selesai, arga dengan sengaja membuntuti Kenichi dari belakang menuju keruangannya. Dia begitu penasaran kemana sebenernya kenichi pergi dan apa yang dilakukannya, sejak tadi pagi dia terus menunda untuk bertanya kepada Kenichi yang cukup sibuk hari ini.
Dengan santainya dia menyelinap masuk ke ruangan Kenichi dan duduk di depan meja kerja kenichi. Melihat aksi sahabatnya itu, kenichi hanya diam sambil melepaskan jas yang dikenakannya lalu duduk di bangkunya. Tidak ada sepatah katapun yang dikatakan kenichi kepadanya, dia justru bersikap seolah -olah tidak menyadari kehadiran arga.
"Hallo, ada orang di depanmu"teriak arga.
Mendengar teriakan arga barulah dia menoleh memandang kearah arga dengan wajah nya terlihat tanpa ekspresi.
"Aku masih bisa melihat dengan jelas", protes Kenichi.
"Ayolah, tuan yang besok akan menikah. Jangan marah hanya karena begitu", sergah arga dengan senyum.
"Apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan?"tanya kenichi langsung.
"Sudah tertebak ternyata", gumam arga.
"Sangat jelas", timpa kenichi.
"Aku hanya penasaran, kemana kamu pergi terburu-buru semalam?"tanya kenichi.
"Menemui Gwen untuk memperjelas semuanya", jawabnya, memandang serius kearah arga.
"Aku tidak mengerti", gumam arga.
"Aku hanya ingin membuatnya mengerti bahwa pernikahan antara aku dan dia hanya untuk kepentingan bersama. Tidak ada perasaan didalam hubungan antara aku dan dia, itu saja", jawabnya.
"Apa kamu bercanda?"tanya arga.
"Tidak", kata Kenichi, wajahnya terlihat santai saat mengatakannya.
Arga dengan spontan bangkit dari bangkunya,dia sama sekali tidak tahan dengan sikap Kenichi. "Apa kamu gila!!!" Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu dengan Gwen?"teriak arga.
"Ada apa denganmu, arga?"tanya Kenichi, dia merasa aneh melihat respon arga yang begitu marah dengannya.
"Bagaimana kamu sama sekali tidak memiliki hati seperti itu kenichi. Apa kamu tidak pernah berpikir bahwa apa yang kamu katakan dapat menyakiti perasaan Gwen?"tanya, dia benar -benar terlihat marah dengan mencondongkan badannya kehadapan Kenichi.
"Aku hanya ingin memperjelas kepadanya bahwa tidak ada cinta antara aku dan dia, setidaknya jika yukari mengatakan kebenarannya kepada Gwen. Itu tidak akan berarti apapun kepadanya yang tidak memiliki perasaan untukku", jelas Kenichi.
Arga mencoba menyimak setiap alasan yang diberikan Kenichi kepadanya, tapi penjelasan itu justru terdengar tidak masuk akal dengannya.Dipandangnya Kenichi dengan wajah yang terlihat benar-benar kecewa dengan tindakan gegabah yang dilakukannya.
"Dengar Kenichi, besok tepat saat kalian berdua saling mengucapkan janji pernikahan,disaat itu kalian resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak hari itu kalian berdua akan hidup bersama dalam ikatan pernikahan dan di setiap gwen melihat wajahmu dia hanya ingat bahwa pria yang menikahinya dan telah menjadi suaminya tidak mencintainya. Apa kamu mengerti maksudku?"tanya arga dengan nada suara marah, rahangnya mengeras dengan wajah yang berubah memerah.
Kenichi bisa melihat kemarahan arga, dia sama sekali tidak menyangka sahabatnya yang terkenal jarang marah itu kali ini untuk pertama kalinya meluapkan emosinya kepadanya.
"Dengar arga, aku tidak tahu apa alasan mu semarah ini. Aku hanya berpikir, pernikahan itu hanya sebatas kepentingan bersama yang aku miliki begitu juga Gwen", tukasnya, seperti biasanya Kenichi tetap saja terlihat benar dan tidak ingin disalahkan.
Selama ini arga bertanya-tanya kenapa Kenichi bersikap tidak baik dengan Gwen, dia mulai paham dan menyadari alasan dari semua sikap yang ditunjukan Kenichi dan itu membuatnya sangat sedih.
Dia benar- benar merasa bersalah kepada Gwen,dia harus hidup dengan Kenichi yang sama sekali tidak memiliki hati dan perasaan, semua membeku dalam keangkuhannya.
Bersambung....
penasaran nih gmna ending nya,msa ya d cut aja smpe dsni???
kok gantung gini crtanya??