NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan kali ini

Nuka berdiri di depan gerbang sekolah, menatap ponselnya yang sudah berkali-kali ia gunakan untuk menghubungi Aile. Tidak ada balasan, tidak ada panggilan balik. Firasat buruk terus menghantui pikirannya sejak peristiwa tadi di gudang sekolah. Rafa baru saja dikeluarkan, tapi bayangan kejadian itu masih segar. Nuka mengepalkan tangannya, mengingat bagaimana ia menghajar Rafa tanpa ampun. Namun, ia sadar bahwa bukan pukulan yang bisa membuat Aile merasa aman, melainkan kehadirannya.

Di dalam kelas, Aile tampak gelisah. Meski les olimpiade sudah selesai, bayangan Rafa yang mencoba menyentuhnya masih terasa nyata. Tatapan tajam Rafa, desakan fisiknya, dan rasa takut yang begitu nyata menghantuinya. Namun, yang lebih mengganggu adalah rasa bersalah dan bingung. Dia tidak ingin Nuka merasa harus selalu melindunginya. Aile ingin kuat dan mandiri, tapi kenyataannya, setiap kali masalah seperti ini muncul, Nuka selalu datang menyelamatkannya.

Aile merapikan buku-bukunya dan menatap ke luar jendela, melihat langit yang mulai gelap. Hujan rintik-rintik mulai turun, menciptakan suasana yang makin melankolis. Ia berencana untuk segera pulang, namun langkahnya terhenti ketika seseorang masuk ke dalam kelas.

“Nuka?” Aile terkejut melihat Nuka sudah berdiri di depan pintu kelasnya, basah kuyup karena hujan.

Tanpa berkata apa-apa, Nuka langsung menghampiri Aile dan memeluknya erat. Pelukan yang hangat meski pakaiannya basah. Aile awalnya terdiam, tidak tahu harus bereaksi bagaimana, tapi kemudian ia meletakkan kepalanya di dada Nuka, merasakan detak jantungnya yang cepat.

“Aku... khawatir sama kamu,” bisik Nuka dengan suara bergetar. “Kenapa nggak balas telepon atau chat? Aku takut sesuatu terjadi.”

Aile merasa dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Bukan karena Nuka salah, tapi karena ia tahu bahwa Nuka selalu menanggung beban kekhawatiran yang berlebihan setiap kali ada masalah di antara mereka.

“Maaf,” jawab Aile pelan. “Aku nggak bermaksud bikin kamu khawatir. Aku cuma... butuh waktu buat sendiri.”

Nuka melepaskan pelukannya, menatap wajah Aile yang tampak lelah. “Aku tahu kamu kuat, Aile. Aku tahu kamu bisa ngadepin semuanya. Tapi, aku juga ada di sini. Aku nggak mau kamu ngerasa sendirian.”

Aile menggigit bibirnya. Ada perasaan hangat di hatinya mendengar kata-kata Nuka, tapi di sisi lain, ia tidak ingin selalu menjadi orang yang harus diselamatkan.

“Aku cuma... nggak mau kamu terus-terusan ngelindungin aku, Nuka. Aku pengen kamu juga bisa mikirin diri sendiri,” ungkap Aile akhirnya. “Aku nggak mau jadi beban buat kamu.”

Nuka tertawa kecil, meski tawa itu terdengar getir. “Beban? Kamu nggak pernah jadi beban, Aile. Malah sebaliknya, kamu bikin aku ngerasa punya tujuan. Kamu bikin hidup aku lebih berarti.”

Kata-kata Nuka membuat Aile terdiam. Ia tidak pernah menyangka bahwa kehadirannya memiliki dampak sebesar itu bagi Nuka. Selama ini, Aile selalu merasa dirinya hanya menambah masalah bagi orang-orang di sekitarnya, terutama Nuka. Namun, kini Nuka mengatakan hal sebaliknya.

“Nuka, aku...” Aile menatap mata Nuka yang penuh kejujuran. Ia ingin mengungkapkan sesuatu, namun kata-kata sulit keluar dari bibirnya. Ia tidak tahu apakah dirinya pantas menerima semua perhatian dan kasih sayang ini. Apakah ia benar-benar bisa menjadi seseorang yang pantas bagi Nuka?

“Kamu nggak perlu ngomong apa-apa,” potong Nuka lembut, seolah bisa membaca pikiran Aile. “Yang penting, kamu ada di sini, sekarang. Itu udah cukup buat aku.”

Mereka berdiri dalam keheningan sejenak, membiarkan suasana malam yang diiringi suara hujan memberikan ketenangan. Perlahan-lahan, Aile mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Nuka. Untuk pertama kalinya, Aile merasa nyaman membuka dirinya lebih jauh.

“Aku janji, aku bakal lebih kuat,” ucap Aile dengan suara pelan namun tegas. “Tapi, aku juga nggak mau kamu ngerasa harus selalu jaga aku. Aku juga pengen jagain kamu.”

Nuka tersenyum kecil mendengar itu, lalu ia mengusap lembut rambut Aile. “Kita jaga satu sama lain, gimana?”

Aile mengangguk pelan, merasa lega mendengar kompromi itu. Mereka tidak perlu lagi saling merasa terbebani, karena kini mereka sama-sama mengerti. Dalam hubungan ini, mereka berdua sama-sama penting, dan keduanya bisa saling mengandalkan.

“Pulang yuk, udah mulai malam,” kata Nuka kemudian, menatap ke luar jendela yang semakin gelap.

Aile mengangguk, lalu mereka berdua keluar dari kelas, berjalan beriringan di bawah payung yang dibawa Nuka. Hujan masih turun, tapi tidak lagi terasa dingin atau menakutkan. Bagi mereka, hujan kini hanyalah latar belakang untuk perjalanan pulang yang tenang.

Sepanjang jalan, tidak banyak yang mereka bicarakan. Hanya suara langkah kaki yang menyentuh aspal basah dan suara rintik hujan yang menemani. Namun, keheningan itu bukanlah keheningan yang canggung. Justru, itu adalah keheningan yang nyaman, di mana keduanya menikmati kebersamaan tanpa perlu banyak kata.

Sesampainya di depan rumah Aile, Nuka menatapnya dengan penuh perhatian. “Kalau ada apa-apa, jangan ragu buat ngomong, ya?”

Aile tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Aku janji.”

Setelah memastikan Aile masuk ke dalam rumah dengan aman, Nuka pun berbalik pergi. Langkahnya perlahan tapi pasti, sambil sesekali menatap langit yang masih diguyur hujan. Di dalam hatinya, Nuka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan banyak hal yang mungkin akan menghadang. Tapi, selama mereka berdua bisa saling menjaga, ia merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Di sisi lain, Aile berdiri di balik jendela kamarnya, memandangi Nuka yang berjalan menjauh. Hatinya masih berdebar, tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa damai.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!