Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lysander Darius Deluna.
Kesatria berkuda itu tampak tidak dapat menahan amarahnya. Dengan langkah tegas, dia turun dari kudanya dan berjalan ke arah kami, debu tanah mengumpul di sepatu botnya. "Apa yang kalian lakukan? Bukankah aku sudah berkata menyingkirlah?" suaranya menggema penuh kemarahan di udara yang panas.
Kepala kesatria yang sebelumnya menghalangi kami berbicara, "Orang ini berkata bahwa dia adalah pelayan pribadi nyonya ketiga," sambil menunjuk dengan penuh keyakinan ke arah Lucian.
"Pelayan nyonya ketiga?" Kesatria itu menatap Lucian dengan tajam, matanya menyelidik seolah-olah mencari kebenaran di balik kata-kata tersebut.
"Oh..." sebuah suara lembut terdengar dari dalam kereta kuda yang terhenti di belakangnya, mengguncang ketegangan yang ada.
"Pangeran?" Kesatria itu berkata dengan terkejut, lalu dengan cepat kembali ke sisi kereta kuda dan berlutut, mencium tanah sebagai tanda hormat. "Apa perintah Anda, Pangeran?"
Namun, bukannya menjawab, sang pangeran malah membuka pintu kereta kuda dengan anggun dan turun dengan senyuman cerah.
Aku dapat melihat penampilannya dengan jelas setelah dia turun dari kereta: rambut emasnya berkilau seperti sinar matahari, dan matanya yang biru tenang seolah mencerminkan lautan yang damai. Mungkin dia seumuran denganku, tetapi dengan aura keanggunan yang membuatnya terlihat lebih dewasa. Dia terlihat tampan, tetapi tentu saja, aku lebih tampan.
"Pangeran, kenapa Anda harus turun?" Kesatria yang berlutut itu bertanya dengan panik, wajahnya menunjukkan kecemasan yang mendalam.
"Tidak masalah. Lagipula, yang ada di sini saat ini adalah pelayan bibiku. Dia adalah orang yang penting bagi bibi, jadi aku tidak bisa mengabaikannya," Pangeran Lysander berkata dengan senyum ramah, suaranya lembut dan meyakinkan.
Dengan langkah percaya diri, dia menghampiri Lucian dan aku, mengenakan jubah berkilau yang menandakan kedudukannya yang tinggi. "Berlutut," Lucian berbisik, dan dengan cepat kami berdua berlutut, meskipun rasa sakit menyusup ke hati kami. Namun, aku akan menahannya saat ini demi situasi ini.
"Pelayan pribadi bibi, kan? Mungkin kamu sudah mengenal aku, Pangeran Pertama. Namaku adalah Lysander Darius Deluna. Kenapa kamu bisa berpakaian seperti pengemis seperti ini?" Dengan senyuman ramah, Lysander berbicara, matanya yang biru menyorotkan rasa khawatir dan kepedulian.
Aku yang mendengar namanya hanya diam dan tetap berlutut dengan tenang, menunggu perintah selanjutnya. Serahkan saja semuanya kepada paman Lucian.
"Pangeran, maafkan saya yang menghadap Anda dengan pakaian tidak senonoh seperti ini. Namun, saat dalam perjalanan, saya diserang oleh segerombolan monster. Saya tidak dapat bertarung, jadi saya hanya bisa bersusah payah melarikan diri," Lucian menjawab dengan suara yang penuh kesakitan, nada-nada cemas jelas terdengar.
"Kasihan sekali." Lysander menunjukkan wajah yang sedih, dan rasa empati terpancar dari ekspresinya. "Untung saja kamu aman." Lysander tersenyum, lalu menoleh ke arahku. "Lalu siapa dia?" Lysander bertanya, tatapannya sekarang penuh rasa ingin tahu.
"Dia adalah pelayan magang yang saya bawa. Saya memutuskan untuk pensiun, dan saya sudah lama menyiapkan pengganti, jadi saya membawanya saat ini untuk belajar sedikit," Lucian menjelaskan dengan senyuman bangga, menunjukkan rasa tanggung jawabnya.
"Itu bagus." Lysander mengangguk, senyum lebar tak pernah hilang dari wajahnya. "Belajar itu penting untuk masa depan, jadi teruskan dan berusahalah." Lysander tersenyum seakan memberikan saran, suaranya memberi semangat.
"Terima kasih," aku menjawab dengan nada datar, mencoba menjaga ketenangan di tengah situasi yang mendebarkan ini.
Lysander tersenyum lebih lebar, lalu menatap kepala kesatria. "Dia adalah pelayan bibiku, biarkan dia masuk." Setelah berkata demikian, Lysander kembali ke kereta kudanya, gerakannya anggun dan penuh percaya diri.
Kereta kuda kembali berjalan, dan gerbang Kekaisaran terbuka lebar, menampakkan jalan setapak yang megah. Aku dan Lucian berdiri dengan tenang, menyaksikan semuanya, lalu kami berdua melangkah masuk ke dalam Kekaisaran yang megah, merasakan aura keagungan dan kekuasaan di sekeliling kami.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup