Zahwa adalah seorang gadis soleha yang cantik dan juga baik hati, rela menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya kepada anak temannya pak Gunawan Wijaya demi membalas budi kepada temannya itu, karna dulu disaat mereka kesusahan ekonomi pak Gunawan lah yang telah bembatu memberikan modal kepada ayahnya.
Anton Wijaya adalah pria yang memiliki wajah tampan dengan tubuh yang perfek, ditambah lagi dengan kekayaan keluarganya yang sudah pasti jatuh kepadanya sebagai anak laki laki membuat setiap wanita terpesona dan ingin menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Zamartha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Anton Kembali ke kantor dengan perasaan kesal, wajahnya nampak sekali terlihat penuh dengan amarah, sehingga membuat semua orang merasa takut untuk menyapanya, karyawanya hanya menundukan kepala saat berpapasan dengannya karna mereka melihat tidak biasanya wajah atasan mereka seperti itu.
Sampai di dalam ruanggannya Anton berteriak sangat keras, hingga mengagetkan sekertarinnya, sekertarisnya pun berlari menuju ruangan Anton mencoba mencari tahu apa yang terjadi, namun dia terkejut karna melihat semua yang ada diatas meja kerja Anton sudah berserakan dilantai, dia tidak berani masuk apa lagi untuk bertanya, ia membiarkan atasannya yang sedang marah dan kembali ke tempatnya
"Kenapa Sarah kenapa." hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Anton dengan sangat keras.
Beberapa kali Anton mencoba menghubungi Sarah, namun tidak pernah ada jawaban dari prempuan itu, dan terakhir dia mencoba menelpon lagi, tapi ternyata Sarah sudah mematikan hp nya. Anton benar benar kesal dan akhirnya dia memutuskan pergi keluar dari kantornya. Sekertaris Anton pun segera masuk dan membereskan semua kekacawan yang terjadi setelah Anton pergi, ini kali keduanya ia melihat Anton marah sampai seperti ini, karna dulu Anton pernah melakukan hal yang sama saat mengetahui kepergian Sarah.
Ditoko kuenya Zahwa tertidur setelah puas menangis, ia terbangun saat Lina mengetuk pintu dan memanggil manggil dirinya, Zahwa pun bangun dan membukakan pintu.
"Mbak kenapa." Tanya Lina saat Zahwa keluar dari dalam kamar, ia nampak heran karna melihat penampilan Zahwa yang sudah tidak karuan.
"Aku tidak apa apa Lin. Ada apa.?" ucap Zahwa dan bertanya kembali.
"Mbak ada beberapa pelanggan yang ingin memesan kue, tapi aku belum menerimanya, persediaan bahan kita hampir habis karna untuk membuat kue yang kita bagikan kemarin, aku akan menelpon kembali pelanggan jika mbak mau menerimannya." Ucap Lina menjelaskan permasalahan yang ada di toko mereka.
"Jika kalian mampu untuk membuatnya trima saja pesanan itu, urusan bahan nanti biar mbak yang menelpon dan memesan semua keperluan kalian, tapi jika tidak sanggup membuatnya, ya sudah tolak saja." Zahwa berbicara seperti tidak punya semangat hidup.
"Jangan khawatir mbak kami semua sanggup mengerjakannya." Ucap Lina meyakinkan Zahwa.
"Apa mbak ingin makan sesuatu? biar nanti saya suruh anak anak untuk membelikan." sambung Lina.
"Tidak usah Lin, mbak tidak lapar." tolak Zahwa.
"Mbak kenapa? Ceritalah dengan ku, siapa tau bisa mengurangi masalah mbak." Lina benar benar kasihan melihat penampilan Zahwa.
"Mbak benar benar tidak apa apa Lin, aku hanya merindukan orang tua ku." Ucap Zahwa dan air matanya kembali membasahi pipinya karna mengingat ayah dan ibunya.
"Kalau begitu kenapa mbak tidak minta suami mbak saja untuk menghantarkan pulang ke kampung, apa suami mbak tidak mengizinkan?." ucap Lina, dia sedikit bingung biasanya Zahwa bisa pulang sesuka hatinya, atau memang suaminya yang tidak mengizinkan.
"Tidak semudah itu Lin, mbak sekarang sudah menikah, jadi mbak punya tanggung jawab untuk mengurus suami dirumah."
Lina menerima saja alasan yang diberikan Zahwa, dia mengangguk seakan akan mengerti dengan penjelasan Zahwa, meski sebenarnya dia tidak begitu percaya dengan ucapan Zahwa, karna nampak sekali prempuan itu sedang berbohong dan menutupi sesuatu, hanya saja Lina tidak ingin ikut campur terlalu dalam urusan pribadi Zahwa, apa lagi itu menyangkut urusan rumah tangga atasannya.
Zahwa pulang kerumah seperti biasanya dia sudah merapikan lagi penampilannya sebelum kembali kerumah, agar tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya tadi di toko. Zahwa sholat dan makan malam sendiri tanpa di temani Anton, mertuanya beberapa kali menanyakan keberadaan Anton, tapi Zahwa juga tidak mengetahui dimana keberadaan suaminya. Zahwa kembali ke kamarnya, ia berusaha menghubungi suaminya namun sama sekali tidak ada jawaban. Zahwa tidak bisa tidur karna menghawatirkan suaminya dan memutuskan untuk mengaji sambil menunggu suaminya itu pulang.
Yang ditunggu tunggu pun akhirnya pulang juga saat hampir jam dua belas malam, Anton melemparkan jas yang ia pakai ke sofa, Zahwa yang melihat wajah kesal suaminya merasa bingung karna tadi pagi saat berangkat kerja suaminya itu nampak begitu ceria.
"Alhamdulillah mas sudah pulang, dari mana saja mas." Zahwa menghampiri suaminya dan ingin menyalami suaminya.
Namun yang dituju tidak menjawab, bahkan Anton tidak menghiraukan tangan Zahwa yang ingin menyalaminya. Anton membating tubuhnya ke atas kasur lalu menarik selimut dan tertidur. Zahwa benar benar merasa bingung dengan sikap suaminya, ia mengambil Jas yang tadi dilempar Anton dan meletakkannya ke dalam keranjang pakaian kotor yang ada di dalam ruang pakaian. Zahwa mematikan lampu lalu pergi tidur dengan memunggungi suaminya, dan terlihat mereka nampak saling memunggungi.
Pagi hari Anton berangkat kerja lebih awal, bahkan ia sama sekali tidak ikut sarapan dan pergi tanpa memperdulikan Zahwa.
Ya Allah ada apa lagi dengan suamiku. Batin Zahwa, ia benar benar bingung dengan perubahan sikap Anton lagi.
"Ada apa dengan Anton nak, apa kalian bertengkar.?" mama Melinda berusaha menanyakan sesuatu kepada menantunya, karna melihat sikap dingin Anton terhadap Zahwa, merasa ada yang aneh dengan putranya itu bukankah akhir akhir ini putranya sudah bisa menerima kehadiran Zahwa.
"Tidak ma, mungkin mas Anton ada pekerjaan penting di kantor." Zahwa menjawab sambil tersenyum berusaha menutupi kegundahan hatinya dan menutupi sikap Anton yang tiba tiba berubah lagi.
Anton tidak pergi ke kantor, dia menuju apartemen Sarah dan berusaha menemui prempuan itu, namun saat tiba dia tidak menemukan Sarah, entah wanita itu tidak ada di apartemen atau memang tidak mau menemui Anton.
Dia pergi karna sudah hampir satu jam menunggu namun tidak menemukan Sarah di apartemennya. Akhirnya lagi lagi Anton pergi dengan menelan kekecewaan karna tak berhasil menemukan Sarah.