Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Anisa mengernyit setelah menutup pintunya. Dia berjalan mendekat dengan beberapa pertanyaan, mengapa dua orang itu hanya berdiam, tanpa menyentuh makanan yang baru saja dia buat.
"Apa kalian tidak suka masakanku?" tegur Anissa yang sudah berdiri di sebrang.
"Tuan melarangku, Nona! Katanya suruh menunggu anda terlebih dahulu," cibir Gara melirik kesal ke arah Adam.
"Oh seperti itu. Sekarang makan saja!"
Dengan cepat, Gara langsung saja membuka piringnya dan menyendokan nasi goreng tersebut dalam kedalam piringnya.
"Kau juga makan!" ucap Adam terasa dingin.
Anissa perlahan menggeser kursinya, dan mulai menjatuhkan tubuhnya disana. Matanya memandang kearah Gara, karena pria muda itu sejenak terdiam dari kunyahannya.
"Rasanya tidak enak?" cemas Anissa.
"Luar biasa ... Sangat enak!" kedua mata Gara seketika berbinar, karena mulutnya terasa dimanjakan oleh makanan buatan Anissa.
"Syukurlah, sekarang habiskan saja!" ucap Anissa lega.
Adam perlahan juga memasukan sendok kedalam mulutnya, menikmati nasi goreng hangat tersebut. Tidak dapat dia pungkiri, masakan Anissa benar-benar enak.
Drrt! Drrt!
Setelah mengecas ponselnya, kini ponsel Anissa bergetar diatas meja, tanda ada beberapa panggilan masuk. Dan salah satunya adalah panggilan Mika, yang hampir puluhan kali menghubunginya.
Anissa menyudahi makannya, lalu beranjak dari meja makan menuju ruang tengah. Dahinya berkerut, karena tidak biasanya sang sahabat terlihat sepanik itu..
"Ya ALLAH Nissa ... Akhirnya ponselmu aktif juga!" sela Mika yang tidak memberikan sahabatnya ruang untuk berbicara.
"Aku baik-baik saja, Mika! Hanya kemarin ada sedikit masalah, jadi aku harus menyelesaikannya! Memangnya ada apa?" kata Anissa setelah menjatuhkan tubuhnya diatas sofa.
"Sekarang jawab pertanyaanku ... Kamu ada dimana? Cepat pulang dan temui suamimu! Aku tidak ingin kamu menyesal atas sikapmu ini, Nissa!"
Anissa semakin dia buat bingung. Ada apa sebenarnya, mengapa Mika menjadi sesimpati itu pada Prabu. Padahal, sahabatnya itu belum pernah bertemu dengan suaminya.
"Kamu mengenal Prabu?"
Mika mendesah pelan, "Asal kamu tahu, Niss ... Pria yang hampir pingsan saat di tolong Anjas waktu lalu ... Dia ternyata Prabu, suamimu!"
Degh
Anissa spontan bangkit dari duduknya, dengan mata membola terkejut.
"Sudah beberapa hari dia dirawat di rumah sakit, karena penyakitnya! Tadi, asistenya datang kesini bersama suamimu. Dan asal kamu tahu ... Dia memaksakan diri keluar dari rumah sakit sebelum waktunya, demi mencarimu, Nissa sayang! Wajahnya sudah seperti mayat hidup. Pucat sekali," papar Mika mengingat kesehatan Prabu waktu lalau.
Tubuh Anissa seketika membeku. Tatapanya kosong kedepan, sambil menggelengkan kepala.
"Katakan di mana dia, Mika?" tanya Anissa bergetar. Air matanya sudah menggumpal dibalik pelupuk.
"Dia menuju Yogja! Aku pikir kamu berada disana, menunggu ibu mertuamu."
Tut!
Anissa langsung memutus panggilanya sepihak. Tanpa berpikir dua kali, dia langsung bergegas masuk kedalam kamarnya dengan wajah secemas mungkin.
"Ada apa?" tegur Adam, saat Anissa keluar dari kamar.
"Apa asistenmu dapata mengantarkanku kembali kerumah sakit di Yogja? Aku harus kesana malam ini juga," ucap Anissa menahan tangis.
Gara langsung berdiri. Dia menatap Tuannya menunggu persetujuan.
"Biar saya saja yang mengantarkan!" putus Adam.
Gara duduk kembali, dan melanjutkan makannya.
Anissa dan Adam langsung keluar dari Apartement sedikit tergesa. Pikiran Anissa hanya tertuju pada suaminya, membayangkan ucapan Anjas saat lalu menceritakan bagaimana parahnya penyakit Prabu.
*
*
*
"Fahmi, tolong belikan masker diapotik sana! Saya tunggu kamu disini."
"Untuk apa, Tuan?" heran Fahmi.
"Kamu pikir, aku dapat bertemu dengan ibu dengan wajahku seperti ini," jawab Prabu sinis.
Fahmi hanya mengangguk, lalu segera pergi dari sana.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.
Dan hingga saat ini, Prabu masih setia menggenggam ponselnya. Yang dimana terdapat foto sang istri disana. Tanganya terulur mengusap wajah Anissa, dengan rasa sesak yang begitu menyeruat.
'Aku lemah tanpamu, Anissa! Tolong kembalilah. Kau obatku! Jika hingga kini kau belum bertemu juga ... Maka darimana aku mendapat kesembuhan ini'
Tangan Prabu masih sibuk mengusap foto wallpaper tersebut. Matanya mendadak memanas, karena termat rindu dengan istrinya.
"Tuan ... Ini!" setelah tiba, Fahmi langsung menyodorkan selembar masker untuk dipakai oleh Tuannya.
Setelah itu, Prabu sedikit merapikan rambutnya, dan juga kemeja yang saat ini dipakainya. Setelah semuanya siap, Mereka berdua berjalan kembali menuju ruang rawat bu Laksmi.
Sementara di luar, Mobil Adam baru saja terparkir dihalaman rumah sakit. Anissa keluar terlebih dulu, tanpa peduli pria yang sudah mengantarkannya.
'Apa terjadi sesuatu pada keluarganya?' batin Adam, yang juga langsung turun, dan sedikit berlari menyusul Anissa.
Baru saja Fahmi memegang handle pintu ruangan bu Laksmi, tiba-tiba dari arah sebrang ...
"Prabu ...." teriak Anissa sedikit berlari, saat melihat suaminya ada didepan matanya.
Degh
Prabu menegang. Suara itu sangat dia rindukan. Seketika dia menoleh kebelakang. Dan benar saja, Anissa sudah ada didepan matanya.
Tanpa berpikir dua kali, Anissa langsung memeluk tubuh suaminya. Dia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang sang suami, sambil terisak.
Tak hanya Anissa saja, Prabu juga terisak disana. Dia mengeratkan pelukan tanganya pada tubuh sang istri, seolah tidak ingin membiarkan Anissa lepas kembali.
"Maafkan aku, Anissa ...." lirih Prabu yang sejak tadi mengecupi pucuk kepala sang istri, di sela isakan tangisnya.
Anissa masih terdiam, membiarkan air matanya luruh. Tidak dapat dia akui, ternyata serindu ini dia dengan suaminya.
Adam hanya terdiam, saat dia baru tiba disana. Cukup lama dia memandangi keduanya berpelukan. Dia rasa, jikalau dia mendekat, mungkin akan menimbulkan beberapa pertanyaa pada suami Anissa. Dengan itu, Adam lebih memilih pergi dari sana.
Anissa perlahan melerai pelukan Prabu. Tanganya terulur untuk membuka masker wajah suaminya. Dan betapa terkejutnya dia, saat mendapati wajah Prabu sangat pucat bak tiada darah.
"Maafkan aku ...." lirih Anissa memegang wajah pucat Prabu.
Tangan Prabu juga terangkat untuk memegangi tangan Anissa. Kemudian dia mengambilnya untuk di cium begitu lama.
"Tolong jangan tinggalkan aku lagi ...." mohon Prabu melalui sorot matanya.
Anissa mengangguk lemah. Dia lalu memeluk tubuh suaminya kembali.
"Nyonya ... Lebih baik Tuan segera mendapat menanganan, karena kesehatanya belum sepenuhnya stabil!" sela Fahmi mendekat.
Anissa mengusap sisa air matanya. Dia hampir lupa, jika saat ini ada sang asisten yang tengah melihat sikap konyolnya.
"Ikuti ucapanku! Aku akan merawatmu ...." lirih Anissa menatap lekat mata Prabu.
"Benar Tuan! Anda harus segera mendapat penanganan dari dokter!"
Bak tersihir oleh suara lembut sang istri. Prabu hanya mengangguk, saat tanganya di tarik Anissa untuk menemui seorang dokter.
Wajah Prabu dua kali lebih seger dari sebelum dia bertemu Anissa. Sejak tadi senyumnya mengembang, dengan tangan menggenggam kuat tangan istrinya.
..............
..............
"Tidak ada siapa-siapa? Tapi ... Tadi kok kayak ada seseorang bergumam disini ya?"
dah tau penyakitan mlh nikah tp nyiksa istrinya bawa pulang wanita lain pula.
semoga smpat minta maaf ke anisa sebelum mati tu si Prabu.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.