Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-29
Menangis, dalam temaram lampu penerangan dalam kamarnya yang sengaja di hidupkan haya sebatas itu saja.
"Ma, Pa, maafkan Dryana" gumamnya, Dryana sudah memeluk sebuah foto kedua orang tuanya.
"Aku akan menjadi orang yang miskin sebentar lagi, semua yang mama dan papa berikan sudah habis oleh mereka semua, aku tak bisa berbuat apa-apa" kembali tangisan tersedu itu berlanjut kembali.
Lalu kemudian, sebuah panggilan dari ponselnya mengejutkan dirinya, tertera nama Evan disana, Dryana segera menenangkan dirinya dan segera mengangkatnya.
"Are you okey Sweety?" Pertanyaan yang terdengar terang membuat hati Dryana bertambah sakit, ingin sebenarnya menumpahkan semua kesedihan ini bersama dengan Evan, tapi bisa apa, Evan tak mungkin berada di sisinya saat ini.
"Dryana, kau masih disana?" Kembali Evan bertanya karena tak mendapati suara apapun, "Dry, apa aku harus ke tempatmu sekarang juga?"
"Apa kau bisa?" Ucap lirih Dryana.
"Tentu saja"
"Mereka akan menghajarmu Ev, tetaplah di tempatmu, besok kita bertemu"
"Apa ada masalah Sweety?"
"Hem, aku ingin menangis saat ini, aku_' terdengar isakan yang tak bisa lagi di tahan oleh Dryana.
Ceklek!
Ponsel sengaja dimatikan oleh Dryana, tak ingin membuat cemas Evan yang tak mungkin berada didekatnya saat ini juga.
Dryana lalu merebahkan dirinya diatas kasur, ingin secepatnya mengistirahatkan semuanya, fisik dan pikirannya terasa begitu lelah.
"Ev, kenapa aku malah merindukanmu disaat seperti ini, kau menyebalkan sekali" gumam Dryana yang segera menenggelamkan dirinya ke dalam selimut tebal.
Hampir saja Dryana memejamkan mata, namun keinginan itu segera terjaga, ada sesuatu yang dirasakan lain dalam kamarnya, seperti,_"
"Akh!"
Dryana berteriak saat wajahnya menyembul keluar dan melihat sesuatu yang begitu dekat dengannya.
"Sstt" secepat itu sebuah tangan membungkam mulutnya.
Dalam keadaan penerangan yang remang, dengan sekuat tenaga Dryana meronta dan menendang apapun itu yang sudah ada di depannya.
"Bug!"
"Ouhg, kau kejam sekali sweety!"
"Evan!" Teriak Dryana selanjutnya.
Tangannya segera meraih knop lampu utama, dan akhirnya bisa melihat dengan jelas sosok Evan yang tengah menggosok tangannya, mungkin karena tendangan Dryana yang reflek untuk melindungi diri terlalu keras mengenai lengan Evan.
"Apa yang kau lakukan disini?, dan_ bagaimana bisa sampai ke kamarku Ev!?" Heran rasanya Dryana saat benar-benar nyata melihat kekasihnya sudah berada didepannya.
"Aku merindukan mu, apa kau mengucapkan Mantra untuk membuatku terbayang-bayang dirimu Dry?"
"Ish, enak saja!" Dryana bersungut-sungut, lalu kemudian segera bergegas menghampiri pintu kamarnya, membuka sedikit dan melongok keluar memastikan keadaan aman.
Dryana berbalik, lalu segera berlari kecil berhamburan ke dalam pelukan Evan, "Ev, aku juga merindukanmu" ucapnya lirih, sengaja menyembunyikan wajahnya ke dalam dada bidang Evan, lalu kemudian terdengar isakan.
"Ada apa hem?, sepertinya keadaan wanitaku ini sangat menyedihkan" ucap Evan yang membiarkan saja Dryana semakin erat memeluknya.
"Aku akan jatuh miskin Ev"
"Aku yang akan membuatmu kaya lagi"
"Tidak mungkin, aku sudah tak punya apapun Ev"
"Aku yang akan memberikan kau apapun"
"Jangan menghayal Ev, mereka sudah menjual perusahaan ku, aku tak punya uang lagi nanti"
"Nanti aku yang akan memberikan kau uang yang banyak Sweety"
"Aku serius Ev"
"Aku juga"
"Evan!"
"Hem, jangan teriak, aku belum melakukan apapun padamu"
Plak!
"Dasar Mesum!"
"Aku mesum dengan wanita ku sendiri, tak ada yang salah"
"Salah!, aku sedih dan kau harusnya menghiburku, bukan malah menggodaku Ev"
"Apa kau tergoda Sweety?" Evan kini malah memberikan usapan lembut di lengan Dryana dengan tatapan menggoda.
"Hentikan Ev!"
"Oh ayolah, aku bahkan belum memulai apapun" Evan lalu tertawa melihat bibir Dryana yang sudah cemberut, setidaknya wanita yang di sayanginya saat ini sudah sedikit rileks akan masalahnya.
"Sini!" Evan lalu menarik Dryana, bukan untuk duduk di sampingnya, tapi malah membuat posisi HOT, dimana Dryana seperti wanita yang di siap di mangsa saat duduk di atas Pa-ha Evan saat ini.
"Mozart Company akan kembali padamu Sweety, percaya padaku, untuk sementara hanya berpindah tangan saja, jangan khawatir"
"Benarkah?" Dryana yang tadinya akan berontak turun dari pangkuan Evan justru kini malah merasa nyaman.
Evan tersenyum dalam anggukan, tapi Dryana masih sedikit ragu akan ucapannya, bagaimana mungkin Evan bisa memastikan semua itu.
"Apa buktinya?"
Evan nampak terdiam, dan Dryana akhirnya menarik nafas panjang.
"Kau hanya ingin menghiburku kan?" Tanya Dryana.
Evan menjawab dengan senyuman lebarnya saja, lalu Dryana membalasnya ,tersenyum tipis dan mencium pipi Evan.
"Terimakasih Ev, bagaimana pun usahamu tidak sia-sia, bebanku disini sudah sedikit terangkat" Dryana menunjukkan satu jarinya di dadanya.
"Hem, syukurlah, aku tak ingin melihatmu sedih lagi, tersenyum selalu sweety, aku menyukai hal itu, mengerti?"
Dryana kembali memberikan senyumannya, dan kemudian beranjak dari pangkuan Evan saat merasakan ada sesuatu yang mulai bergerak di bawah sana.
"Tegangan tinggi Sweety" ucap Evan berusaha menenangkan miliknya yang mulai meronta dari tadi.
"Dasar, kau sangat berbahaya Ev!"
"Bagaimana kalau kita nikah saat ini juga?"
Puk!
Dryana segera melempar Evan dengan benda kecil yang ada di atas nakasnya.
Keduanya kini melanjutkan perbincangan asik diatas kasur, ingat, hanya perbincangan, tak ada adu mekanik karena Dryana sudah memperingatkan sebelumnya.
Dryana membuka hatinya, bercerita semua suka duka yang dialami mulai masa kecil, remaja dan sampai dia bertemu dengan Evan pada akhirnya.
Evan hanya mendengarkan, sesekali melemparkan candaan yang kadang membuat Dryana tertawa dan juga kesal secara bergantian, semua dilakukan Evan untuk membuat sang kekasih lupa akan kesedihannya.
Tak terasa pada akhirnya Dryana capek sendiri, tertidur dengan kepala berada di pangkuan Evan.
"Hem, akhirnya" batin Evan, lalu segera membenarkan posisi Dryana dengan nyaman.
Saat dirinya akan beranjak dari atas kasur, Dryana reflek menahan tangannya.
"Jangan meninggalkan ku Ev" ucapnya lirih dengan mata yang masih terpejam, jelas sekali hal itu dilakukan di bawah alam sadarnya.
Evan tersenyum, berhenti sejenak, lalu membungkuk, perlahan mencium bibir dan kening Dryana dengan lembut.
"Tidurlah Sweety, aku akan menemanimu" ucapnya lirih dengan tangan yang membelai anak rambut yang berserakan di wajah Dryana.
Tak lama Dryana tenang kembali, Evan kini berhasil melepaskan diri dan segera menyambar ponsel miliknya yang ada diatas meja.
"Terimakasih sudah membantuku mendapatkan Mozart Company dengan mudah"
"Tentu saja Tuan, itu bukan hal yang sulit dengan kondisi pemilik Gurven Company yang kebingungan dana saat ini"
"Baiklah, lanjutkan rencana berikutnya"
"Besok saya pastikan Sandiago Gurven ada dalam genggaman kita Tuan"
"Hem, makin cepat makin baik, terimakasih kerja kerasmu"
"Tidak masalah Tuan Evan, saya hanya ingin segera keluar dari tugas berat menggantikan anda di SpeedStar Corporat, saya sungguh tak tahan banyak teman bisnis mengira saya pemiliknya"
Evan tertawa, tau benar jika orang yang menggantikannya saat ini mungkin begitu kewalahan mengurusi SpeedStar Corporat yang semakin berkembang pesat.
Yang sudah senyam senyum saat baca, yuk segera ketik KOMEN dahsyatnya, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.