🏆Novel Legendaris🏆
Kisah seorang gadis berusia 17 tahun yang dipaksa menikah untuk menggantikan adik kandungnya yang di lamar oleh keluarga Van Rogh Costel III tetapi adiknya, yang bernama Jingmi menolak lamaran keluarga bangsawan tersebut yang mengakibatkan kemarahan keluarga Van Rogh Costel III.
Untuk meredakan amarah keluarga Van Rogh Costel III maka Jia Li yang merupakan anak kedua keluarga imigran bermarga Kwee yang sukses itu terpaksa di nikahkan dengan anak pertama Van Rogh Costel III yaitu Van Costel IV anak laki-laki keluarga bangsawan di Rumania.
Sayangnya Van Costel IV yang akan dinikahkan dengan Jia Li, dia bukanlah manusia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Melepas Ho
Ho menghampiri Heng seraya mengusap-usap wajah Heng di depannya lalu dia memeluk erat tubuh Heng.
''Heng ! Apa yang sedang terjadi ? Kau baik-baik saja, bukan ?'', tanya Ho.
Ho mempererat pelukannya sambil menahan nafasnya.
''Jangan menakuti aku Heng ! Bicaralah padaku, Heng !'', ucap Ho.
Ho semakin mendekap Heng tapi dia merasakan ada yang lain pada Heng.
''Heng ! Kenapa tubuhmu dingin sekali ?'', tanya Ho.
Ho meraba tubuh Heng dengan panik lalu menatapnya tajam.
''Kau tidak sakit, bukan ? Lukamu sudah sembuh kan, Heng !?'', kata Ho.
Heng tak kuasa menahan luapan hatinya yang sedih.
Dia terguncang saat Ho menanyakan keadaannya saat ini. Dan Heng tidak mampu berkata sebenarnya.
Heng takut jika Ho tahu bahwa dirinya telah menjadi hantu, saudaranya itu akan ikut menyusulnya.
''Ho, pergilah dari sini !'', kata Heng dingin.
Ho tersentak kaget seraya memandang ke arah Heng bingung.
''Apa ? Kenapa ?'', tanya Ho. ''Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku, Heng ???''
Ho mengguncang-guncang tubuh Heng yang pucat.
''Apa maumu ???'', teriak Ho.
''Biarkan aku yang mengurus urusan disini ! Dan cepatlah pergi !'', sahut Heng.
''Apa katamu ? Pergi ?'', kata Ho.
''Iya, dia bukan manusia yang seperti kamu pikirkan, Ho'', lanjut Heng.
''Siapa ? Siapa maksudmu ?'', tanya Ho.
Heng memejamkan matanya saat Ho menatapnya marah.
''Dalca II ??? Dia ???'', kata Ho lagi.
Heng terdiam.
''Itu bukanlah urusanku ! Masa bodoh dengan dia ! Yang aku pikirkan adalah kamu ! Kamu ! Ho !'', sahut Ho.
Ho mengguncangkan kembali tubuh Heng keras.
''Ada apa denganmu ? Kenapa kamu menyuruhku pergi ? Lalu bagaimana denganmu ?'', tanya Ho panik.
''Aku... Aku akan tinggal di sini sampai urusan di hutan Hoia Baciu selesai...'', sahut Heng.
''Kau ? Lalu aku ini apa ? Kau anggap aku apa, Heng ???'', kata Ho.
Ho mbelalakkan kedua maatanya sambil menunjuk pada dirinya sendiri.
''Aku ini siapa bagi mu Heng ?'', ucap Ho lagi.
''Ho... Dengarkanlah aku...'', sahut Heng.
''Tidak !'', ucap Ho.
Ho mengangkat tangannya ke arah Heng.
''Tidak ! Tidak akan ! Aku sudah cukup untuk mendengarkanmu Heng !'', kata Ho.
Ho mendongakkan kepalanya kemudian mengeluh marah.
''Aku pernah mendengarkanmu tapi pada kenyataannya kau tidak dalam keadaan baik-baik saja !'', ucap Ho.
Ho menatap Heng tajam.
''Saat terakhir aku meninggalkanmu di dasar jurang itu ! Aku tidak berpikir kau akan baik-baik saja ! Pikiranku kosong tapi aku berusaha tetap melanjutkan tugas itu'', sahut Ho.
Ho memandang Heng sendu.
''Kau tahu Heng bahwa aku sudah bertekad untuk menyerahkan hidupku pada Dalca II seandainya aku harus mati tapi...'', kata Ho.
Kedua mata Ho berkaca-kaca sedih seraya menarik nafasnya dalam-dalam.
''Tapi... Aku teringat padamu dan harus kembali untuk menyelamatkanmu karena itu aku berusaha bertemu dengan Dalca II...'', ucap Ho.
Ho menelan ludahnya kemudian melanjutkan lagi perkataannya.
''Aku !? Aku berpikir mungkin pria menyeramkan itu akan membantuku untuk menyelamatkanmu''.
Heng terpejam dengan tubuh bergetar hebat.
''Dan kau tiba-tiba datang..., dan semuanya terselesaikan dengan mudah...'', lanjut Ho.
''Aku tahu itu, dan maaf jika aku tidak dapat memenuhi janjiku padamu, Ho'', sahut Heng.
''Apa maksud perkataanmu ?'', kata Ho.
''Aku mohon kamu dengarkan aku sekali ini saja, Ho ! Tolong pergilah dari hutan ini secepatnya !'', sahut Heng.
Heng menatap Ho serius tapi tatapan Heng tidak mampu dia tutupi.
''Pergi ??? Coba kamu ulangi perkataanmu itu ??? Pergi ???'', jawab Ho.
''Iya, pergilah ! Pergilah dari sini ! Dan pergilah dariku !'', kata Heng.
Heng mendorong tubuh Ho kasar seraya memandanginya penuh kebencian.
''Pergi Ho ! Pergi !!!'', teriak Heng.
Heng putus asa karena dia tidak mampu mengatakannya pada Ho yang terjadi.
Dia hanya mampu memaksa Ho untuk menjauh dari dirinya dengan menyuruhnya pergi.
Itu yang hanya bisa Heng lakukan agar Ho membencinya dan meninggalkannya tanpa harus tahu apa yang terjadi pada dirinya sebenarnya.
''Pergi kataku !!!'', teriak Heng.
Heng mengarahkan telapak tangannya ke arah Ho yang berdiri mematung.
Ho tidak pernah menyangka akan mendapatkan balasan Heng sekasar itu.
''Pergi Ho !!!'', teriak Heng lantang.
Bersamaan itu pula muncul sinar kuning kemerah-merahan dari telapak tangan Heng yang meluncur cepat ke arah Ho.
''Ho !!! Pergilah !!! Selamat tinggal Ho !!!'', teriak Heng.
Air mata Heng mengalir deras saat melihat ke arah Ho yang berdiri kebingungan.
Pada saat itu juga cahaya kuning menghantam badan Ho keras sehingga menyebabkan Ho terdorong ke belakang dengan cepat.
''Heng !!!'', teriak Ho.
Ho tak mampu menahan desakan sinar kuning yang mengenai tubuhnya itu.
Tubuh Ho terpental jauh dari area hutan Hoia Baciu.
Saat dia melihat ke arah Heng.
Ho menyadari akan sesuatu pada Heng, dia menyaksikan sendiri dengan kedua matanya sendiri perubahan yang terjadi pada Heng.
Tubuh Heng berubah perlahan-lahan menjadi bayangan yang terus memudar dari pandangannya.
''Heng !!!'', teriak Ho.
Ho berteriak kencang memanggil Heng yang telah menghilang.
Baru Ho sadari dengan ucapan wanita berjubah kuning itu bahwa Heng telah tiada.
''Heng !!! Heng saudaraku !!! Jangan pergi Heng !!!!", panggil Ho.
Namun, semua sudah tidak dapat kembali lagi.
Heng akan tetap selamanya menjadi hantu dan tinggal di dalam hutan Hoia Baciu.
Tidak ada lagi sosok Heng yang akan menemani Ho dalam kehidupannya sehari-hari.
Ho menyesal karena dia baru menyadari bahwa Heng telah tiada tanpa sempat mengucapkan kata selamat tinggal dengan benar.
''Seharusnya aku membawamu bersamaku, Heng...'', ucap Ho lirih.
Ho menangis sekencang-kencangya hingga dia tidak lagi melihat bahwa sinar kuning yang membawa tubuhnya itu bergerak jauh hingga kembali ke rumah Kwee Lan.
Tubuh Ho terus terdorong cepat menuju masuk ke dalam area rumah Kwee Lan.
Masuk menuju ke arah kamar pribadinya yang ada di rumah itu.
Ho terhempas pelan ke atas tempat tidurnya. Dan sinar yang membawanya tadi turut lenyap menghilang dari sekitar Ho.
Pandangan Ho nanar, dia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
''Heng...'', gumam Ho.
Ho beranjak dari tempat tidurnya lalu berlari tapi kakinya terantuk meja yang ada di ruangan itu.
Membuat Ho terjatuh terduduk ke atas lantai kamarnya.
BRUK...
''Heng !?'', ucap Ho.
Ho menangis tersedu-sedu dengan tubuh membungkuk di atas lantai.
Tangis Ho pecah kembali, meratapi kepergian Heng dari sisinya yang tidak akan pernah lagi kembali dalam hidupnya.
''Heng... Kenapa kau pergi ??? Mana janjimu yang akan selalu baik-baik saja ketika aku pergi darimu ???'', ucap Ho.
Tangan Ho mengepal erat hingga membiru sedangkan tubuhnya bergetar hebat.
Ho menangis tapi dia tidak dapat mengeluarkan air matanya lagi.
Kedua matanya terasa kering dan pedih saat dia tahu bahwa Heng tidak akan pernah kembali ke sisinya lagi untuk selama-lamanya.
Berteriak yang hanya kini Ho bisa lakukan untuk meluapkan kesedihannya yang dalam.
Sedih, kehilangan Heng yang tidak akan pernah lagi kembali padanya.
lom ada endingnya
diasaat Antolin memohon mohon lo aja hati u aja membatu. giliran itu baru so soan. aku bantuin karena dia ga tau apa apa.
Heh Kalau mau nolongin orang dengan tulus gak mungkin lo itu masih berbelit dengan masakelam yang lo alami. kesannya gak ikhlas nolonginnya. Katanya GURU kok kelakuan tak mencerminkan seorang Guru/Pooh-pooh/.
disaat Dimitri Peka ,Masonn gak peka.
di saat mason bicara ambigu disitulah Dimitri bertanya kemudian disaat dimitri berbicara ambigu disitulah mason juga bertanya tanya./Shame//NosePick//Pooh-pooh/
Teruslah kalian berdua planga plongo
terus kami yang baca juga ikut bertanya tanya dengan percakapan kalian yang ambigu/Shame/
wahai wanita...
cintailah aku...