Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Menghindar, Semakin dijahili
Jessy dan William yang berada di luar kota beberapa hari yang lalu, membuat Yuliana selalu makan di dapur bersama pelayan lainnya.
Tapi hari ini, karena buru-buru, ia memilih menyantap sarapan yang ada di tas meja, yang tentunya hanya di peruntukan untuk Sean.
"Aku harus makan cepat, aku tidak mau bertemu laki-laki itu," batinnya sembari melihat sekitar, dan mengunyah sarapan ala barat itu dengan cepat.
Dua telur, dua roti, sosis serta saosnya ditelan paksa untuk mengisi perutnya yang kosong.
Beruntung pagi ini, ia tidak merasa mual parah seperti sebelumnya. Sehingga sarapan kecil itu cukup untuk mengisi perutnya.
Saat ia tengah menggigit sosisnya suara pelayan menyapa membuatnya panik.
"Selamat pagi Tuan."
Sapaan itu artinya Sean sudah berada di sana. Yuliana segera memasukkan sisa potongan sosis ke mulut, hingga mulutnya menggembung penuh, ia mengambil segelas airnya, dan segera berlari pergi saat Sean baru saja menarik kursinya.
Sean menatap dengan mulut terbuka, melihat Yuliana sudah hilang dari pandangan.
"Larinya begitu cepat. Bisa-bisa anakku kenapa-napa," gumamnya tanpa sadar, ucapannya itu berharap akan hadirnya anak yang selalu ditolaknya.
Sean menarik kursinya, melirik piring bekas makan Yuliana. Ia yang awalnya tidak terlalu memikirkan kejadian tadi, membuatnya seketika paham tingkah Yuliana.
Pria itu menyinggung senyum puas, merasa kejahilannya itu akan membuat Yuliana tidak nyaman berada di sana.
Hm, ternyata hati pria itu belum menentu. Terkadang ia ingin menerima anak di kandungan Yuliana, namun terkadang ingin menolaknya.
Sean menarik piring yang tersedia sarapan yang sudah ditata sedemikian rupa. Menikmati dengan tenang seorang diri. Ia yang sudah merasa biasa akan hal itu, tentu sama sekali tidak merasakan yang namanya kesepian.
Beberapa saat menikmati makanannya. Alex datang menyusul, ikut bergabung duduk tepat di sebelah Sean.
"Apa hari ini ada meeting?" tanya Sean tanpa mengalihkan perhatian dari makanannya.
"Ya, meeting dengan karyawan, membahas proyek tiga triliun itu," jawab Alexander yang dibalas deheman ringan oleh Sean.
"Lalu kegiatan lainnya apa?" tanya Sean memasukkan potongan sosis dalam mulutnya, sembari menunggu jawaban Alex yang juga sudah berhadapan dengan sarapannya.
"Model untuk produk tas yang baru launching belum ada. Ada tiga model yang sudah dipilih, tinggal memilih yang mana ingin digunakan. Saya harap, kamu tidak memilih-milih lagi Sean," ucap Alex berharap Sean tidak menjadi pemilih untuk saat itu.
"Tidak mungkin aku tidak memilih, jika modelnya tidak menarik," balas Sean dengan santai sembari memasukkan suapan terakhir makanannya.
Ia lalu meneguk air mineral untuk membersihkan sisa makanan dalam mulutnya.
"Potongkan buah apel untukku!" perintahnya pada pelayan yang berdiri menunggu di sana.
"Em, Maaf Tuan. Ada dua sisa apel pagi ini. Tapi, keduanya sudah diambil Nyonya Anna," lapor sang pelayan memberitahu, membuat Sean terdiam dengan perasaan agak kesal, karena tidak mendapat yang diinginkan.
"Ke mana wanita itu sekarang?" tanya Sean dengan suara dinginnya.
"Dia ada di taman belakang Tuan," jawab sang pelayan sembari menunduk hormat.
Ya, halaman belakang, tempat yang selalu menjadi tempat favorit Yuliana. Pria itu segera bangkit. Baru saja membalikkan tubuhnya, teguran Alex sudah melayang.
"Jangan mengganggunya! Hanya apel saja, kamu ingin masalah?"
Sean menoleh, melirik tajam pada Alex. "Aku rasa kau tertarik dengannya? Makanya selalu membelanya berlebihan begitu," sahut Sean memandang curiga.
Dengan santai Alex menjawab. "Dia sedang mengandung penerus keluarga Sawyer, dan dia orang jauh, yang masih awam dengan orang sini, tugasku adalah menjaganya, tentu aku harus melakukan yang terbaik."
Sean menaikkan sebelah alisnya, menatap Alex. Ia lalu menyinggung senyumnya sinis. "Jangan ikut campur, aku hanya ingin bicara sebentar. Lagi pula aku tidak akan membunuhnya," ucapnya dengan santai.
"Sarapanlah dengan baik!" lanjutnya, kemudian membalikkan tubuh, melanjutkan niatnya menuju halaman belakang.
"Hm, aku ingin sedikit bermain-main dengan wanita itu lagi," batin Sean menyeringai membayangkan apa saja yang akan ia lakukan nantinya.
"Jika dia semakin menghindari ku, maka akan semakin ku dekati, hingga dia pergi dengan sendirinya dari sini," batin Sean sudah melihat punggung Yuliana yang duduk dibangku tengah lapangan.
up yg bnyk y Thor