NovelToon NovelToon
Mengapa, Harus Aku?

Mengapa, Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:258
Nilai: 5
Nama Author: Erni Handayani

Alisha Alfatunnisa, putri dari pemilik pondok pesantren yang populer di kotanya. Belum menikah meski menginjak umur 29 tahun. Hati yang belum bisa move on karena Azam sang pujaan hati, salah melamar kembaran nya yaitu Aisha.

Peperangan batin dilalui Alisha. Satu tahun dia mengasingkan diri di tempat kakeknya. Satu tahun belum juga bisa menyembuhkan luka hati Alisha. Hingga datang sosok Adam, senior di kampusnya sekaligus menjadi rekan duet dalam menulis.

Apakah kehadiran Adam bisa menyembuhkan luka hati Alisha? Atau masih ada luka yang akan diterima Alisha? Cerita yang menguras air mata untuk kebahagiaan sang kembaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Bila masaku telah tiba hanya ingin engkau yang ada di sisiku. Untuk terakhir kalinya,aku menatap wajah sendu itu.

Beribu panah telah aku lepaskan tepat di ulu hatimu. Kitalah pemeran utama dalam pengorbanan cinta.

Aku, kamu juga kenangan. Akan menyatu dalam satu waktu, dalam satu ruang, dalam satu persinggahan.

Cinta yang abadi di surga nanti. Kehidupan yang kekal tanpa tiada yang memisahkan.

Janji yang aku ucapkan pada Tuhan, meski aku tak tahu apa itu akan terjadi.

Karena yang kumau hanya kebahagiaanmu, yang menjadi doaku disetiap waktu. Bila kamu tahu apa yang aku rasa, tak akan kamu sanggup mengucap kata tak peduli padaku.

Hingga detik ini kamulah pemilih hati, meski raga tak menyatu. Bukan berarti cinta ini tak ada lagi untukmu. Tetap kamu yang terindah di dalam hidupku, dalam setiap tarikan napas namamu yang kuucap.

Sakit itu pasti telah mendarah daging di tubuhmu, menciptakan suatu rasa jengah yang ingin kamu hempaskan.

Jika kamu tahu, aku bersembunyi dalam rasa sakit yang mendalam. Saat melihatmu dalam dekat tapi di batasi dinding yang megah. Hancur hatiku kala melihat air matamu jatuh menganak sungai karena aku.

Kita bermain dalam percintaan, berkorban untuk orang yang kita sayang. Terlalu lucu jika di rasa, saling mencinta tapi saling menyakiti karena keadaan, dalam tekanan sebuah takdir yang tak pernah terlintas dalam pikiran.

Ingin aku tahu apa kabar hatimu hari ini? Agar tenang hatiku setelah kasih lama berlalu. Akan aku dukung semampuku dalam doa. Meski itu menyakiti diri sendiri.

Selamat membuka hati baru, untuk memulai kisah yang indah. Dalam untaian kebahagiaan yang kau damba.

Selamat berbahagia untukmu, pemilik hati yang tak pernah bisa aku dekap dalam ikatan suci. Biar aku nikmati semua ini dalam kesakitan yang mendalam tanpa seorangpun yang tahu.

Karena aku juga kamu, yang bisa bersandiwara pura-pura bahagia. Layaknya sang bintang film ternama.

Dalam sebuah kenangan, Mira-ku .

Gemetar seluruh tubuhku membaca postingan Akzhamil di instagram. Dia tengah menulis novel seri kedua Rembulan Tanpa Malam. Tak terasa air mata ini membanjiri pipiku.

Dalam sebuah kenangan. Dia kembali bermain kata yang melukiskan duka lara cinta yang tak bersatu. Mira telah menjadi Elsa , yang membuat gila dia dalam permainan percintaan.

Ratusan komentar membanjiri postingan Akhzamil, tak ada satupun yang dia balas. Seolah membiarkan para penggemarnya larut dalam kesedihan yang dia ciptakan melalui aksara.

Aku tak tahu mengapa yang di rasakan Akhzamil begitu mengusik relung hatiku. Mengapa bisa bertepatan dengan aku yang mengambil langkah untuk membuka hati pada Kak Adam. Sebuah kebetulan kah? Atau hanya aku yang larut dalam pesona diksi yang di mainkan Akhzamil.

Suara getar dari ponsel menyadarkan aku, membawa aku pada sebuah kesadaran.

[Jam berapa aku datang, Alisha]

Sebuah pesan masuk dari Kak Adam, senyumku mengembang membaca deretan huruf yang dia kirim.

[Habis isya sekalian, kak]

Ku kirim jawaban singkat untuk Kak Adam.

Lama aku terpaku menatap layar ponsel, yang masih menampilkan postingan Akhzamil.

Entah mendapat keberanian dari mana, aku mencoba untuk mengomentari postingannya.

"Cinta sejati akan menemukan jalannya untuk bersatu. Meski dia pernah singgah di lain hati, bermain dalam percintaan. Tersasar jauh pada sebuah pengorbanan, tapi akan tetap kembali pada kita. Karena cinta itu suatu emosi yang tinggi perlu di pahami, agar tidak berubah menjadi napsu yang membabi buta. Bersabar dan berkorban adalah jalan yang bisa kita tempuh untuk kebahagiaan orang yang kita cinta."

Waktu bergulir cepat, membawa hari dari siang pada malam. Aku baru saja selesai salat magrib, bersiap diri untuk acara malam ini. Allah, semoga rencana kita kali ini sama. Aku ingin meniti kebahagiaanku, tak ingin larut dalam sebuah rasa sakit.

Sudah cukup aku bersedih, saatnya aku memikirkan diri ini. Azam dia akan menjadi seorang ayah sebentar lagi, akan lengkap kebahagiaan dia setelah ini. Jika aku tak segera membuka hati menerima tawaran Kak Adam, aku akan semakin terjebak pada rasa sakit sendiri.

Aku mematut diri di depan cermin, menyunggingkan senyum untuk menghalau rasa gelisah sejak semalam.

"Alisha Alfatunnisa, sudah cukup peperangan batinmu. Dunia ini luas, jalan masih panjang, raih kebahagiaanmu saat ini. Sebelum cinta membunuhmu!" aku berbicara pada diri sendiri untuk meyakinkan langkah yang aku ambil.

"Kak ada Umi Zulfa," bisik Inayah saat aku membantu menyiapkan makanan di dapur. Mendengar Umi Zulfa darahku berdesir.

Bukan apa-apa pasti dia akan menyinggung perihal tentang aku yang masih lajang. Entah aku tak tahu masalahnya apa hingga ia begitu membenciku dan selalu mengusik hati ini denga ucapan pedasnya. Semua anggota keluarga tahu, termasuk juga Inayah.

"Biarkan saja Inayah! Umi Zulfa kan kakaknya Ayah!" balasku dengan memaksakan senyuman.

"Dia pasti bikin rusuh nanti, Kak!" ucap Inayah.

Aku kembali tersenyum, apa yang Inayah ucapkan juga mengusik pikiranku.

"Jangan berprasangka buruk dulu nggak baik, Inaya. Udah ayo siapin ini biar bisa di mulai acaranya."

"Iya kakakku yang cantik,"jawab Inayah yang sukses membuat aku tersenyum

Aku melirik jarum jam di dinding yang menunjukan pukul 19:45, Kak Adam belum terlihat juga batang hidungnya. Apa dia tidak jadi ke sini?

Makan malam di mulai tanpa kehadiran Kak Adam, salah aku juga tidak memberitahu Ayah jika Kak Adam aku undang. Aku hanya memainkan makanan di piringku, Azam juga Aisha tampak sumringah dengan baju couple yang membuat mereka serasi.

"Nanti kalau kita nikah, aku mau pakai baju couple tiap ada acara penting."

"Nggak malu di katain anak kembar nanti."

"Nggak lah biar orang lain tahu kita pasangan serasi. Biar nggak ada yang lirik kamu dan mengira kamu masih gadis."

"Termasuk warna pink?"

"Apapun warnanya yang penting couple sama kamu, Alisha Alfatunnisa!"

Sekilas ingatan saat melihat pasangan yang tengah di mabuk cinta, hingga rela memakai baju pink untuk couple. Hadir di ingatan saat itu Azam juga berbicara yang membuat aku tergelak tawa, bagaimana bisa dia yang benci warna pink mau memakai untuk aku.

Aku menggeleng cepat agar ingatan itu lenyap dari pikiran.

"Kenapa kamu geleng kepala, Alisha? Iri liat kembaranmu pakai baju couple?"

Deg, ucapan Umi Zulfa membuat aku memandang tak percaya. Apa dia punya indera ke-enam hingga tahu apa yang aku pikirkan.

"Maksud, Umi Zulfa apa?" tanyaku tak mengerti.

Semua menghentikan gerak tangan untuk memasukan makanan ke mulut. Ucapan Umi Zulfa menarik perhatian semua, termasuk Aisha.

"Iya iri kamu belum bisa kayak itu pakai baju couple karena belum nikah."

Ribuan panah menghujam ulu hati, apa yang aku pikirkan terjadi. Umi Zulfa selalu membahas itu. Apa masalah sebenarnya aku untuk Umi Zulfa, selalu merongrong hatiku.

"Aku nggak iri, Umi!" balasku lirih.

"Umur kamu udah mau 30 tahun, nggak takut jadi perawan tua yang ujung-ujungnya dapat duda?" kembali Umi Zulfa menikam hatiku dengan kata-kata.

"Mba Yu,ini acara bahagia kita. Jangan merusak suasana dengan menyudutkan Alisha." kali ini Ayah angkat bicara. Air mata telah berada di ujung mata. Aku benar-benar jengah dan ini yang aku nggak suka jika ada acara keluarga.

"Salah aku apa sama, Umi? Alisha hanya belum menikah bukan tidak ingin menikah. Kasih tau Alisha salahnya dimana, Mi?" akhirnya lolos juga pertanyaan yang lama mengendap di pikiran.

1
Afu Afu
jangan bucin alisha,buka hati buat yg lain percm menghro Azam istri nya jg SDH hmil apa yg mau km hrapkan ,plis deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!