NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25: Dinginnya Trocedaro

BAB 25: Dinginnya Trocedaro

Paris di akhir Desember 2025 adalah sebuah kanvas berwarna abu-abu yang elegan sekaligus kejam. Angin musim dingin menusuk hingga ke tulang, namun bagi Arini, suhu udara ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sambutan dingin dari industri mode Prancis. Kabar penolakannya terhadap Helena Vance telah mendahuluinya. Di kafe-kafe sekitar Rue Saint-Honoré, namanya dibisikkan bukan sebagai desainer berbakat, melainkan sebagai "wanita sombong dari Jakarta".

"Semua galeri besar mendadak penuh, Arini," lapor Rendra dengan wajah lesu saat mereka berkumpul di lobi hotel kecil di kawasan Marais. "Helena benar-benar menutup pintu untuk kita. Tidak ada satu pun ruang pamer yang mau menyewakan tempatnya untuk off-schedule show kita."

Arini menyesap teh hangatnya, menatap ke luar jendela yang buram oleh uap. Damar duduk di sampingnya, terlihat sangat gelisah. "Ini salahku. Seharusnya kau tidak perlu membela integritas industrimu demi aku," bisik Damar.

Arini meletakkan cangkirnya dengan bunyi denting yang tegas. "Kita sudah sampai di sini, Damar. Menoleh ke belakang hanya akan membuat jahitan kita lepas. Jika mereka tidak memberi kita panggung, maka kita akan membuat panggung kita sendiri."

"Maksudmu?" tanya Sari bingung.

"Kita punya sepuluh koleksi 'Benang Berdaulat'. Kita punya model-model yang setia ikut dari Jakarta. Kita tidak butuh galeri mewah," Arini berdiri, matanya berkilat penuh tekad. "Besok pagi, saat matahari terbit, kita akan mengadakan peragaan busana di trotoar depan Trocadéro, dengan latar belakang Menara Eiffel. Biarkan publik yang menjadi juri kita, bukan konsorsium."

Ide itu sangat gila. Melakukan peragaan busana di ruang publik tanpa izin resmi di Paris bisa berujung pada penangkapan. Namun, Arini tidak peduli. Ia sudah kehilangan suaminya, sahabatnya, dan hampir kehilangan bisnisnya. Ia tidak akan membiarkan egonya menghalangi mimpinya.

Keesokan harinya, pukul enam pagi, saat Paris masih tertidur di bawah selimut kabut, Arini dan timnya bergerak. Para model mengenakan gaun-gaun mahakarya Arini—sutra yang dijahit dengan benang emas, menggambarkan luka yang bertransformasi menjadi kekuatan. Arini sendiri mengenakan mantel hitam panjang dengan kancing emas bunga bakung dari Damar.

Saat musik dari speaker kecil mulai bergema, para model mulai berjalan di atas trotoar yang membeku. Orang-orang yang lewat—pekerja pagi, turis yang sedang memotret Eiffel, hingga para jurnalis mode yang kebetulan lewat—mulai berhenti. Mereka terpana. Keindahan pakaian itu, yang dipadukan dengan latar belakang Eiffel yang megah dan dramatisnya kabut pagi, menciptakan pemandangan yang sangat magis.

Seorang fotografer ternama dari majalah Street Style Paris yang sedang berada di sana segera mengarahkan lensanya. Kilatan kamera mulai bermunculan. Arini berdiri di ujung "catwalk" trotoar itu, wajahnya tegak menantang dinginnya angin.

Tiba-tiba, sebuah mobil hitam mewah berhenti di pinggir jalan. Helena Vance turun dari mobil tersebut. Ia menatap kerumunan yang mulai memadati trotoar, lalu menatap Arini. Keheningan terjadi selama beberapa detik di antara dua wanita kuat itu.

"Kau benar-benar tidak bisa dikendalikan, ya?" ujar Helena, suaranya hampir hilang ditelan angin.

"Saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan oleh seorang penjahit, Madam," jawab Arini tanpa gentar. "Jika kainnya tidak cukup lebar, saya akan menyatukan dua potong kain untuk membuatnya jadi baru."

Helena menatap salah satu gaun yang lewat di depannya—sebuah gaun dengan aksen jahitan kasar yang sangat artistik. Ia menyentuh bahu kain itu dan menyadari kualitas serat alam milik Damar. Untuk pertama kalinya, ada gurat kekaguman di wajah dingin Helena.

"Paris menyukai keberanian, Arini. Tapi Paris lebih menyukai mereka yang mampu mengubah skandal menjadi seni yang tak terbantahkan," bisik Helena. "Besok malam, ada slot kosong di Palais de Tokyo karena satu desainer mengundurkan diri. Jika kau bisa membawa energi trotoar ini ke sana, aku akan mempertimbangkan permintaanmu soal Damar."

Arini merasakan jantungnya berdegup kencang. Luka yang ia jahit dengan benang khianat itu kini telah membawanya pada babak yang paling menentukan. Ia menatap Damar di kejauhan, yang memberikan jempol tanda semangat. Arini tersenyum. Perang belum berakhir, tapi kemenangan pertama sudah ada di tangannya.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!