Pelabuhan Hati Sang Idol

"Dok! Ada yang ingin bertemu," ucap salah satu staf menatap Randy yang sedang sibuk dengan dokumen di atas mejanya.

Pria paru baya itu langsung mengerutkan keningnya bingung. Dia mencoba mengingat apa dia memiliki janji dengan orang lain, akan tetapi dia tidak ada janji hari ini. Randy langsung melepaskan kaca matanya lalu menatap ke arah staf itu.

"Apa dia memiliki janji sebelumya?" Tanya Randy datar, karena mengingat masih banyak pasien yang harus dia tangani.

"Tidak, Tuan. Tapi mereka bilang penting. Ini tentang Dokter Cheesy."

Mendengar nama putrinya, Randy langsung menghela napas panjang. Dia mengangguk kecil sebagai isyarat jika orang itu boleh masuk.

Tidak berselang lama, dua orang memasuki ruangannya dengan senyum penuh kehangatan. Melihat kehadiran keduanya, perasaan Randy tiba-tiba terasa aneh. Dia menatap lekat ibu dan anak itu sambil mencari alasan kedatangan mereka.

"Sore, Dok. Maaf menganggu." Tania tersenyum hangat lalu duduk di depan Randi, di ikuti oleh Yoga, dia langsung mencium tangan Randy dengan penuh kehormatan. Sudah seperti calon menantu idaman saja.

"Ada apa? Apa kalian ingin konsultasi? tapi saya adalah dokter kandungan," ucap Randy menatap keduannya bergantian.

"Tidak, Dok. Kami tidak sakit, tapi ada hal penting yang ingin kami bicarakan. Tadi kami datang ke rumah anda, tapi tidak ada orang di sana. Jadi kami langsung ke sini saja," Jelas Tania dengan begitu sopan.

Randy hanya bisa terdiam mendengar ucapan Tania, mungkin istrinya sedang ada urusan di luar jadi tidak ada orang di rumahnya.

"Baiklah. Ada perlu apa?" Tanya Randy penasaran.

"Kami ingin melamar putri Anda."

Mendengar ucapan Tania, Randy langsung terdiam sambil menatap bingung wanita itu. Melamar putrinya, bukankah putra Diandre sudah menikah. Dia memang sama sekali tidak tau soal perceraian antara Sarah dan juga Yoga. Jadi, wajar jika dia mengira jika Yoga masih mempunyai istri.

"Bukankah putra anda sudah menikah?" tanya Randy dengan nada rendah, tapi penuh penekanan.

"Kami sudah bercerai, Dok.

"Bercerai?" Tanya Randy tersenyum kecil. "Sekarang kamu ingin menjadikan putriku sebagai istrimu. Memang kamu sudah siap menjadi imam yang baik untuknya?"

"Aku siap, Dok. Aku adalah putra tunggal keluarga Diandre. Jadi, aku jamin jika kehidupan putri anda akan terjamin. Dia tidak perlu bersusah payah lagi bekerja sebagai dokter. Aku akan memberikan kehidupan yang mewah untuknya," jelas Yoga penuh keyakinan.

"Maaf! Tapi menurut keluarga kami materi bukanlah segalanya." Randy menatap tegas keduanya. "Lebih baik saya bicarakan kepada putri saya terlebih dahulu."

Mendengar ucapan Randy, Tania terlihat tersenyum sinis. Dia merasa jika Randy seperti merendahkan keluarganya, lagipula Cheesy hanyalah seorang dokter kandungan, sungguh beda jauh dengan putranya yang seorang CEO dan penerus keluarga Diandre.

"Baiklah! Kami akan menunggu keputusan anda dengan senang hati. Ini kartu nama saya." Yoga meletakkan kartu namanya lalu pamit dengan sopan, sangat berbeda dengan Tania yang langsung memperlihatkan sifat aslinya.

Randy hanya tersenyum mengangguk lalu meletakkan kartu nama itu di saku jasnya. Dia bangkit dari duduknya lalu mengantarkan Yoga dan Tania sampai ke pintu. Namun, saat ingin membuka pintu, pintu itu lebih dulu terbuka.

"Pa!" ucap Cheesy menerobos masuk tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum," ucap Randy menggeleng kecil melihat kelakuan putrinya itu.

"Eh, lupa! Assalamu'alaikum, Pa." Cheesy tersenyum kecil sehingga membuat kecantikannya semakin terpancar.

"Ternyata dia sangat cantik. Pantas saja Yoon-gi sangat mencintainya."

*****

"Tuan! Paman Rayyan ingin bertemu." Adnan melihat Yoon-gi masih terlelap dalam tidurnya. Sebenarnya dia tidak berani membangunkan bosnya itu. Namun, orang yang ingin bertemu dengan bosnya itu adalah orang yang sangat penting, jadi dia tidak mungkin di terkam oleh Yoon-gi karena menganggu tidur nyenyak pria itu.

"Paman Rayyan?" Tanya Yoon-gi sambil membuka matanya yang terasa sangat berat.

Tumbuhnya masih terasa sangat lelah, dia masih nyaman dengan bantal guling dan juga selimutnya itu. Namun, mendengar siapa yang datang, dia juga tidak berani untuk mengabaikannya.

Yoon-gi mencoba merenggangkan tubuhnya lalu duduk termenung di atas ranjang. Cukup lama dia berusaha mengumpulkan nyawa, hingga akhirnya dia turun dari ranjang lalu berjalan keluar dengan separuh nyawa yang masih melayang.

Hanya mengunakan celana bokser dan juga baju kaos oblong, tidak lupa dengan rambut yang acak-acakan dan juga wajahnya yang sama sekali belum di cuci. Dia berjalan menuruni anak tangga dan melihat para oppa tampan duduk santai di sofa sambil menatap ke arahnya.

"Pagi, Paman!" sapa Yoon-gi santai sambil berjalan lurus ke arah dapur.

Dengan wajah acak-acakan dia mengambil air mineral yang ada di dalam kulkas. Kerongkongannya terasa begitu kering, sehingga dia menghabiskan satu botol air mineral sekaligus.

Melihat kelakuan Yoon-gi, para papa muda itu hanya bisa menggeleng kecil. Walaupun seorang artis terkenal, tetapi Yoon-gi memiliki kebiasaan sendiri saat berada di rumah.

"Ada apa? kenapa paman repot-repot datang kemari?" tanya Yoon-gi menghempaskan tubuhnya di sofa sambil menatap aneh para oppa tampan itu.

"Paman ingin membicarakan soal almarhum mommymu," ucap Rafi tegas, sehingga membuat Yoon-gi langsung menatap ketiga pria itu dengan penasaran.

"Mommy!" gumam Yoon-gi dengan mata berkaca-kaca.

Walaupun sudah dewasa, dia juga sangat merindukan sosok ibu. Kasih sayang seorang Ibu yang sangat dia rindukan selama ini. Jika bisa dibilang, dia sama sekali tidak merasakan nikmat memiliki ibu. Bagaimana tidak, saat dia masih sangat membutuhkan sosok itu, ibunya malah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Apa kamu tidak penasaran dengan kematian ibumu yang tidak wajar?"

"Aku tau paman. Tapi aku belum menemukan waktu yang tepat. Aku akan membiarkan mereka bersenang-senang dulu, setelah itu ... "

Bersambung......