Gubrakkk
Nala Casandra memegang kepalanya, dia baru saja membaca sebuah novel dan sangat kesal. Dia marah sekali pada seorang antagonis yang ada di novel itu. Sangking kesalnya, dia melemparkan novel itu ke dinding, siapa sangka novelnya mental kena kepalanya, sampai dia jatuh dari sofa.
Dan siapa sangka pula, begitu dia membuka matanya. Seorang pria tengah berada di atas tubuhnya.
"Agkhhh!" pekik Nala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Mengkambinghitamkan Asih
Ratih Jayengwati panik, dia tergagap. Ayahnya Mahapatih Rakai Sanggara juga sudah kembali ke istana bersama dengan prabu Jayalodra. Dia harusnya bersama dengan ayahnya, tapi karena ingin satu kereta kuda dengan Galuh Parwati. Maka saat ini dia berada dalam situasi ini.
Matanya berkaca-kaca, jelas sekali dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Ratu Sekar Arum.
"Hamba.. hamba..." Ratih Jayengwati tergagap.
Tapi, kemudian dia melihat ke arah Asih. Ide itu datang dari asih. Bukan darinya.
Brukk
"Mohon ampun Gusti Ratu!"
Ratih Jayengwati berlutut di depan ratu Sekar Arum.
"Hamba sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan oleh Asih, Gusti Ratu!"
Asih yang sudah ketakutan dan lebih dulu berlutut di depan jenderal Mahesa Wulung tampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ratih Jayengwati.
"Raden ayu" lirihnya.
Nala yang memperhatikan ekspresi kekecewaan yang begitu besar dari Asih. Mengerti betul, kalau Ratih Jayengwati, saat ini tengah melemparkan semua kesalahan kepada pelayannya itu.
'Dia kejam sekali! dia menjadikan pelayan setianya kambing hitam' batin Nala.
Dan saat dia bicara seperti itu di dalam hatinya. Pangeran Arga Yudha Kertajaya sudah ada di sampingnya.
"Aku salah..." bisik pria itu.
Nala terkesiap, sejak kapan pangeran Arga Yudha Kertajaya berpindah posisi menjadi di sampingnya. Kan tadinya ada di dekat Selir agung Galuh Ayu dan putri Galuh Parwati.
Nala yang terlanjur kesal pada pangeran Arga Yudha Kertajaya memilih untuk diam dan menghindar dari pria itu. Mendekati para pelayannya.
Pangeran Arga Yudha Kertajaya menghela nafas, dia tahu dia salah. Dia sudah beberapa kali bertanya pada Sekar Nala, itu sama saja dia meragukan istrinya itu.
"Gusti Ratu, apa yang di lakukan oleh Asih. Tidak ada hubungannya sama sekali denganku. Aku tidak tahu kenapa dia begitu jahat, tolong ampuni aku Gusti Ratu. Namun meski begitu, dia adalah pelayanku Gusti Ratu. Kesalahannya ini, juga karena aku terlalu memanjakan dan bersikap lembut padanya. Aku Ratih Jayengwati putri tunggal Mahapatih Rakai Sanggara, bersedia menerima hukuman atas kejahatan yang di lakukan oleh pelayanku Asih, Gusti Ratu!"
Brukk
Ratih Jayengwati bahkan bersujud, dan benturan dari kepalanya ke lantai itu membuat semua yang ada di tempat itu terkejut. Tak terkecuali Nala.
'Wah, bakat aktingnya luar biasa. Kenapa dia tidak jadi supir truk saja? menyebalkan!' batinnya kesal.
Nala bisa melihat betapa terkejutnya semua orang. Apalagi tadi, Ratih Jayengwati jelas-jelas membawa nama ayahnya. Rasanya tidak mungkin, bibinya yang gilaa kekuasaan itu akan menghukumnya berat.
"Sungguh tidak tahu terimakasih. Lihat berapa majikanmu membelamu pelayan Asih. Tidak tahu diri itu juga ada batasnya. Kamu sudah membawa majikanmu dalam masalah besar!"
"Pantas saja kamu tahu tempat persembunyian para penjahat itu, Asih! ternyata kamu pelakunya" tambah Selir agung Galuh Ayu.
Nala hanya menggelengkan kepalanya. Keduanya sepertinya sudah terpengaruh dengan ucapan Ratih Jayengwati. Padahal kalau mereka mau mentelaah lebih lanjut. Mana mungkin sih, seorang pelayan bisa melakukan semua itu. Untuk membayar seorang penjahat, mereka bisa menggunakan uang gaji mereka selama satu tahun. Sedangkan penjahatnya itu ada empat orang. Memangnya Asih punya uang sebanyak itu.
Nala hanya bisa menghela nafas panjang. Dan melihat ke jenderal Mahesa Wulung. Dia hanya bisa berharap para satu-satunya orang yang tidak memihak siapapun itu.
Dan ketika Nala melihat ke arah sang jenderal. Ternyata sang jenderal juga tengah melihat ke arahnya.
"Mohon ampun Gusti Ratu, setidaknya untuk membayar empat pengawal, paling tidak harus menggunakan 100 keping perak. Sementara gaji Asih dalam satu tahun, mungkin hanya sekitar 24 keping perak. Hal ini...."
Nala terlihat mengangguk setuju, jenderal Mahesa Wulung memang bisa di andalkan.
"Aku memang terlalu memanjakannya Gusti Ratu!" sela Ratih Jayengwati.
Dan Nala yang melihat itu menghela nafasnya.
"Aku selalu memberikan banyak hadiah untuk Asih, Gusti Ratu"
"Maafkan saya Raden ayu. Lalu apa motif dari Asih, kenapa dia mau mencelakai putri Galuh Parwati?" tanya jenderal Mahesa Wulung lagi.
Nala sudah sangat khawatir. Ratih Jayengwati terus berkilah. Sementara tidak ada yang membantu jenderal Mahesa Wulung. Dengan nama ayahnya, dan mengkambinghitamkan Asih, sepertinya Nala sudah tahu seperti apa akhir dari kasus ini.
***
Bersambung...