Kisah cinta dua insan dengan karakter bertolak belakang yang diawali dengan keterpaksaan demi bakti kepada kedua orang tua. Jelita Khairani, gadis cantik 21 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya tak dapat mengelak kala kedua orang tuanya menjodohkannya.
Namun siapa sangka yang di maksudkan sebagai calon suaminya adalah pria yang sama dengan seseorang yang ia juluki "ALIEN, MANUSIA KAYU, dan PRIA KAKU" seusai pertemuan pertama mereka.
Dialah Abima Raka Wijaya, pria dengan segala keangkuhan dengan masa lalu menyakitkan yang membuatnya tak mampu berdamai dengan diri tidak mungkin menerima begitu saja keputusan orang tuanya. Kehadiran Kinan di lubuk hatinya menjadi alasan utama ia tak dapat membuka diri pada sembarang wanita.
Akankah Raka melupakan Kinan dan menerima kehadiran Jelita? Bagaimana jika suatu saat sang mantan kekasih berniat kembali padanya?
Ig: desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghindar
Jelita menarik napas panjang dan mengusap sudut matanya yang basah. Perlahan dia melepaskan genggaman tangan Raka. Laki-laki itu sudah terlihat lebih tenang. Jelita merebahkan tubuhnya mencoba untuk kembali tertidur namun tak bisa.
Berkali-kali ia memaksakan matanya untuk terpejam namun kembali lagi mata itu terbuka lebar. Memandang langit-langit kamar yang terlihat gelap. Hanya dengan melihat Raka memimpikan wanita lain membuat Jelita merasa tidak nyaman.
"Kenapa gue jadi gini."Jelita membatin.
Dari awal dia tahu pernikahannya hanya sebatas tanda bakti kepada kedua orangtuanya. Jelita yang dulu begitu yakin bahwa tidak akan ada perasaan diantaranya kini mendadak ragu. Kenapa hatinya begitu berbalik dengan akalnya. Memikirkan hal itu Jelita menjadi pusing sendiri, Jelita tak juga tertidur hingga pagi hari.
Tidak ingin berlarut karena memikirkan Raka ia memilih melakukan ritual pribadinya lebih awal. Usai memakai pakaian kerjanya Jelita menghampiri Raka yang masih tertidur.
Ia tidak ingin kejadian beberapa hari lalu terulang, mengingat cerita Andra membuat Jelita merasa bersalah. Meski ia tidak menyukainya namun Jelita harus membiasakan diri untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang Istri.
"Pak Raka. Cepat bangun, anda harus bekerja." Jelita mengguncang bahu Raka pelan. Bukannya bangun Raka malah membelakangi Jelita dan kembali tertidur.
'Dih, ni kebo orang niat baik malah dicuekin' guman Jelita merasa kesal terhadap Raka yang seakan sengaja ingin menyusahkannya.
"Pak ... saya akan pergi lebih dulu. Silahkan lanjutkan jika Anda ingin tidur lagi."
Jelita menutup acara membangunkan Raka dengan kalimat demikian. Tanpa diduga usai Jelita mengucapkan itu Raka membuka matanya malas dan terduduk mengumpulkan nyawa, Raka beberapa kali menguap dan memutar lehernya yang kaku.
Jelita yang hendak meninggalkan Raka malah terdiam melihat pemandangan di hadapannya. Penampilan acak-acakan membuatnya tak berkedip. "Dia ngapain bangun tidur bikin gue mabok sih" Jelita menggelengkan kepalanya cepat. Jelita memilih untuk pergi lebih dulu kali ini, suasana hatinya sedang tidak baik untuk sarapan.
Melewati ruang tamu dengan pelan-pelan takut jika Mertuanya akan menahannya seperti kemarin. Dengan suasana hati yang terasa berbeda Jelita berusaha menikmati perjalanan ke kantor yang terasa sedikit dingin. Terlalu pagi untuk memulai hari, namun Jelita ingin berusaha untuk menetralkan suasana hatinya.
Tetap dengan wajah murung tak bersemangatnya Jelita menghampiri meja kerjanya. Belum ada rekan kerja di ruangan itu. Jelita membuka ponselnya untuk mencari sedikit hiburan. Sesekali dia tertawa melihat tayangan dari layar ponselnya, ketika video itu terhenti Jelita kembali terdiam.
Seakan tawanya barusan hilang begitu saja. Jelita memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing karena kurang tidur.
Rhania dengan gaya sok cantiknya menghampiri Jelita yang terlihat murung. Dengan tangannya menyilang diatas perut datarnya sudah jelas ia sangat ingin tahu permasalahan Jelita.
"Lo kenapa, Ta ?" tanya Rhania dengan tatapan penuh selidik.
"Kenapa gimana ? Gue sehat aja perasaan." Jelita menjawab malas pertanyaan sahabatnya.
"Duh, gini yah. Gue tau lo itu orangnya gimana." Rhania menggantung ucapannya.
"Lah terus kenapa ?" Jelita mendesak Rhania yang seakan menambah buruk suasana hatinya.
"Nih ngaca deh. Sejak kapan lo bisa keluar dengan bibir sepolos itu. Lo udah nggak punya uang buat beli lisptik." Ucap Rhania memperlihatkan layar ponselnya didepan wajah Jelita.
"Iya. Lipstik gue abis, pinjem dong." Jelita mengulurkan tangannya.
Lebih tepatnya bukan karena lipstiknya habis, tetapi fokusnya ketika bercermin tidak baik sampai dia melupakan hal itu. Begitu besar bayang-bayang Raka mempengaruhi aktivitasnya. Rhania yang percaya begitu saja memberikan lipstik kesayangannya pada Jelita.
"Nah. Gitukan enak, cerahan dikit." Rhania mengambil alih lipstik di tangan Jelita dan mengoleskannya kembali ke bibirnya yang sudah terlihat merona. Jelita hanya mampu menggelengkan kepala melihat ulah sahabatnya.
********
Raka yang menyadari Jelita telah pergi lebih dulu darinya merasa sedikit aneh. Ada apa dengan wanita itu, apa karena ia merasa malu dengan apa yang terjadi di meja makan tadi malam. Raka tidak ingin ambil pusing dan memilih untuk segera menghampiri kedua orang tuanya di meja makan. Dan seperti yang Raka duga Sang mama akan melemparkan berbagai pertanyaan kepadanya.
"Mantu Mama mana? Belum bangun ya?" Bu Rena menatap Raka yang baru saja mendaratkan tubuhnya.
"Udah pergi Ma, Mungkin dia ada urusan mendesak." Raka menjawab santai seperti biasa sambil menyantap sarapannya.
"Loh kok pakek acara mungkin sih, Ka. Kamu tu jadi suami harusnya tau istri mau kemana." Suara Bu Rena sedikit meninggi.
"Mama, Jelita bilang dia mau pergi duluan, dia nggak bilang mau kemana. Dan Raka nggak sempet nanya." Raka menjelaskan dengan nada yang masih terdengar lembut.
"Ya kamu tanya dong, lain kali kamu tu harus tau kemana dan ngapain aja Istri kamu. Kamu nggak takut Jelita main hati sama laki-laki lain dibelakang kamu." Nada Bu Rena terdengar lebih seperti ancaman.
"Dia tidak akan melakukan itu. Mama tenang aja," ucap Raka.
Bu Rena memancing Raka dengan ucapan itu karena ia tahu perasaan Putranya untuk Jelita. Tidak ada kekhawatiran yang ia tangkap dari mata Raka, menunjukkan jika Raka belum memiliki perasaan lebih kepada Jelita. Meski pelan-pelan Bu Rena telah bertekad akan masuk kedalam rumah tangga Anaknya.
Tak ingin jika nanti Raka kembali kepada mantan kekasihnya itu. Ia tahu betul perasaan anaknya tidak dapat dipaksakan begitu saja, namun sebelum Raka benar-benar kembali kepada wanita itu apa salahnya untuk tetap mencoba pikirnya.
"Pulang harus sama Jelita." Bu Rena kembali membuka suara
"Iya, Mama tidak perlu khawatir tentang hal itu." Raka beranjak meninggalkan meja makan dan meraih tas kerjanya yang diletakkan di kursi sebelahnya.
"Papa nggak khawatir dengan sikap Raka yang tak kunjung berubah seperti itu?" tanya Bu Rena menatap Suami disampingnya.
"Mama jangan ikut campur terlalu banyak. Raka dan Jelita itu sudah dewasa, lambat laun mereka juga akan saling membutuhkan nantinya." Pak Wijaya tidak ingin Istrinya terlalu berperan disini.
"Lambat laun, tapi kapan. Papa nggak liat Jelita udah dua kali ninggalin Raka kayak gini. Itu pasti karena Raka yang selalu teguh dengan sikap dinginnya yang persis seperti Papa." Bu Rena sedikit kesal mendengar Suaminya seolah menahan usahanya.
"Mama, tidak ada yang perlu di khawatirkan dalam hal ini. Raka akan menerima Jelita suatu saat nanti. Papa yakin itu " Pak Wijaya kekeh dengan pendiriannya.
"Terserah, Mama akan terus usaha demi kelanjutan hubungan mereka," tekad Bu Rena telah bulat dalam hal ini.
Semasa Raka kecil ia tidak bisa memberikan kasih sayang dan kebahagiaan penuh untuk anaknya. Ia yakin dengan adanya Jelita akan mengisi kehampaan hati Putranya yang sudah sejak lama membeku.
TBC 🌻
.
.
.
Semoga suka yah.
hheehhhh ngaca woi ngaca...
😤🤪🤣🤣
melanglang baca ulang novel²mu Aku tuh... nunggu novel baru mu...
penasaran Aku tuh...
apa AnetPras / DoraCipung
hhuuuuaaaaaaa gak sabarrr
mau kedua nya...