NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Zahira terpaksa bercerai setelah tahu kalau suaminya Hendro menikah lagi dengan mantan pacarnya dan pernikahan Hendro di dukung oleh ibu mertua dan anak-anaknya, pernikahan selama 20 tahun seolah sia-sia, bagaimana apakah Zahira akan melanjutkan pernikahannya atau memilih bercerai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 12

Zahira akhirnya sampai di desa kelahirannya. Udara pagi masih dingin dan segar, membelai lembut wajahnya—jauh dari hiruk-pikuk dan polusi kota. Suasana asri menyambut langkahnya, dengan hijaunya pepohonan dan suara alam yang menenangkan.

Meski terpencil, jalan-jalan di desa itu sudah beraspal rapi, bahkan sampai ke jalan kecil menuju sawah. Desanya kini telah menjadi desa wisata karena keasriannya yang tetap terjaga dengan baik.

Pandangan Zahira tertuju pada rumah panggung milik orang tuanya. Rumah itu tak banyak berubah sejak terakhir ia melihatnya, hanya kini di kiri dan kanannya berdiri dua rumah baru—rumah Zaenab, adik pertamanya, dan Zahid, si bungsu. Mereka bersaudara dengan selisih lima tahun, dan Zahid sampai sekarang masih belum menikah.

Zahira menarik napas dalam-dalam. Dengan langkah ragu, ia mulai melangkah memasuki pekarangan rumah masa kecilnya—tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan, luka, dan rindu.

Tampak dari kejauhan, kedua orang tuanya—Edi dan Yusni—keluar dari rumah panggung sederhana itu. Ibunya membawa parang kecil, mungkin hendak ke kebun, sementara sang bapak memanggul cangkul di bahunya. Mereka tampak kompak seperti biasa, berjalan berdampingan dengan tenang, seolah waktu tak pernah mengubah kebersamaan mereka.

Zahira terdiam memandangi mereka, hatinya mencelos. Cita-citanya dalam berumah tangga sebenarnya sangat sederhana: ia hanya ingin seperti bapak dan ibunya—setia pada satu pasangan, saling menopang hingga menua bersama. Tapi kenyataan tak seindah harapan. Rumah tangganya kandas, dan kini ia kembali pulang, membawa luka yang tak bisa disembunyikan.

Ada rasa sungkan yang menggelayut di hati Zahira saat melihat wajah-wajah yang dulu begitu akrab namun kini terasa jauh karena waktu dan keadaan. Kakinya nyaris tak sanggup melangkah lebih dekat. Tapi ia menegakkan bahunya, menarik napas panjang—ia harus kuat.

Ia harus bicara dengan orang tuanya. Harus jujur, walau kali ini ia kembali bukan sebagai anak yang sukses atau bahagia, melainkan sebagai perempuan yang gagal mempertahankan rumah tangganya.

"Kalau mereka marah... bahkan kalau mereka mengusirku sekalipun," batinnya lirih, "aku tinggal pulang ke Jakarta bersama adit dan untuk hidupnya yang akan datang dia akan pikirkan nanti."

Langkah Zahira pun maju perlahan. Tak ada jalan mundur. Hanya kejujuran dan keberanian yang bisa menuntunnya hari ini.

Zahira baru hendak mengucapkan salam, namun suara ibunya lebih dulu memecah keheningan pagi.

“Hira…” ucap Yusni dengan mata yang langsung berbinar penuh haru.

“Nak,” sambung Edi, suaranya berat namun hangat.

Tak kuasa menahan rindu yang membuncah, Zahira segera melangkah cepat dan memeluk ibunya erat.

Pelukan itu… masih sama. Masih hangat, masih menjadi tempat paling aman di dunia. Zahira bukanlah sosok yang cengeng, bukan pula wanita yang mudah menangis. Tapi di pangkuan ibunya, segala pertahanannya runtuh. Air matanya mengalir deras, melepaskan semua beban yang selama ini ia pendam sendiri.

Setelah beberapa saat, dengan mata sembab namun senyum mulai merekah, Zahira mencium tangan ayahnya dengan penuh hormat. Rumah ini… pelukan ini… adalah tempat yang selalu bisa memaafkan dan menerima, apa pun keadaannya.

Saat Zahira hendak diajak masuk ke dalam rumah oleh ibunya, tiba-tiba suara sinis terdengar dari samping, memecah suasana haru.

“Cih, orang kota baru pulang,” sindir Zaenab dengan senyum miring. “Masih ingat jalan pulang rupanya.”

Nada bicaranya dingin, penuh sindiran yang tajam.

Zahira menoleh perlahan. Tidak terkejut, hanya menghela napas pelan. Ia sudah terbiasa. Hubungannya dengan Zaenab memang tak pernah benar-benar akur sejak ia menikah dengan Hendro.

Dan untuk alasan pastinya, Zahira enggan mencari tahu lebih dalam. Dulu, ia terlalu fokus melayani suami, mengurus ibu mertua yang menuntut, dan membesarkan anak-anaknya.

Ia tak punya waktu—atau tenaga—untuk memahami sikap sinis adiknya itu. Yang jelas, setiap kali pulang, Zaenab selalu menyambutnya dengan sindiran. Zahira memilih diam. Karena terkadang, mengabaikan lebih bijak daripada mengorek luka yang tak perlu dibuka.

Namun Zahira punya satu kesimpulan sederhana: Zaenab iri. Ia iri karena Zahira pernah menikah dengan lelaki kota, punya kehidupan yang—setidaknya dulu—terlihat lebih mewah dan modern, sementara Zaenab menikah dengan pria kampung dan hidup di sekitar tanah yang sama sejak kecil.

Zahira menahan diri untuk tak membalas. Ia datang bukan untuk bertengkar, tapi untuk pulang. Meski luka lama kembali terasa perih, ia memilih diam… untuk kali ini.

“Emang kenapa?” sahut Zahira tak kalah sinis, tatapannya tajam namun tetap tenang.

“Zaenab, udah... jangan mulai berantem,” ucap Yusni cepat, mencoba menengahi sebelum suasana makin memanas. Nada suaranya tegas, tapi penuh lelah—ia tahu dua anak perempuannya ini tak pernah benar-benar akur.

Zaenab hanya mendengus, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik. Dengan wajah masam, ia masuk ke rumahnya sambil menggendong anak bungsunya yang masih kecil.

Saat Zahira baru akan melangkahkan kaki ke dalam rumah, tiba-tiba suara adik bungsunya terdengar dari arah samping.

“Hmm… ada istri pejabat rupanya?” sindir Zahid, suaranya datar tapi penuh makna.

Berbeda dengan Zaenab, Zahid justru menghampiri Zahira dan mencium tangan kakaknya dengan sopan. Sikapnya terlihat lebih santun, namun perkataan yang keluar selanjutnya justru terasa jauh lebih tajam dan menusuk.

“Begitu dong, sesekali tengok orang tua. Jangan terus-terusan ngurusin anak dan suami yang tinggi hati itu. Ingat kampung halaman. Jangan mentang-mentang udah kaya terus jadi jarang pulang,” ucap Zahid lugas, tanpa ragu, seolah menyimpan banyak ganjalan yang akhirnya ia lepaskan hari itu.

“Zahid!” bentak Edi dengan suara berat, menegur keras anak bungsunya.

Zahid terdiam sejenak, menatap ayahnya tanpa berkata-kata, lalu berbalik dan berjalan pergi menuju rumahnya tanpa menoleh lagi. Suasana yang semula penuh haru kembali diselimuti ketegangan yang menggantung di udara. Zahira menunduk, menyimpan semua luka itu dalam diam.

Zahira duduk di ruang tengah rumah panggung yang sederhana itu. Meski masih berdinding bilik bambu, rumah itu tampak rapi dan bersih, mencerminkan tangan-tangan yang telaten merawatnya. Udara pagi masuk melalui celah-celah dinding, membawa aroma kayu tua yang familiar dan menenangkan.

Ia termenung dalam diam, matanya menatap kosong ke lantai. Beberapa saat kemudian, ibunya datang membawakan segelas air dan meletakkannya di depannya dengan senyum hangat.

Edi, sang bapak, memperhatikan dengan tatapan penuh tanya. Ia sekilas bisa menebak bahwa anak sulungnya pasti sedang menghadapi masalah. Zahira memang jarang pulang—bahkan dalam tiga tahun terakhir, ia sama sekali tidak muncul, selalu berdalih pandemi COVID-19 sebagai alasan.

“Mana suami kamu, Nak?” tanya Edi akhirnya, suaranya pelan namun langsung menyentak hati Zahira.

Zahira tersentak. Padahal itu hanya pertanyaan sederhana—pertanyaan yang biasa ditanyakan seorang ayah. Tapi kali ini, pertanyaan itu terasa berat… terlalu berat. Lidahnya mendadak kelu, pikirannya kosong.

Belum sempat ia menjawab, pertanyaan lain menyusul.

“Mana Angga dan Anggi? Kok nggak diajak?” tanya Yusni sambil menatap wajah putrinya dengan lembut.

Dua pertanyaan beruntun itu seperti anak panah yang menghujam langsung ke hatinya. Dada Zahira sesak, seolah tak ada lagi ruang untuk menyimpan kesedihan. Ia tak sanggup menjawab. Bibirnya bergetar, tapi tak satu kata pun keluar.

Perlahan, Zahira merangkak mendekat, lalu memeluk ibunya erat. Tangisnya pecah di pelukan Yusni yang sudah menua, menggigil di antara rasa rindu, luka, dan kelelahan yang selama ini ia pendam sendiri. Ia bukan Zahira yang kuat seperti dulu… bukan lagi istri dari seorang pejabat kota… hanya seorang anak perempuan yang pulang dengan hati remuk dan harapan akan pelukan seorang ibu

1
Lee Mbaa Young
bisa menggunakan laptops masak gk tau Ada pemberitahuan sih. kn pasti Ada tanda kl ada pemberitahuan masuk.
FLA
ayo lanjut seruuu
Hasanah
enak aj kmu mau jemput Zahira Hendro ngak tau diri PD bnget kamu emang Zahira mau🤣
Liana CyNx Lutfi
jemput zahira krn mau dijadikan pembantu dsar laki2 kurang ajar ,ingat dro zahira itu bkn lg istrimu dasar laki2 serakah nuh urys anak durhakamu jngn nganggu zahira
Sulfia Nuriawati
bkn nya udah d talak kok mau d jemput, pede skali anda hendro, zahira lg berjuang utk muwujudkan cita²nya, jd urus aja, istri rs psk mu itu
Purnama Pasedu
PD si hendro
Purnama Pasedu
elegan
FLA
dih pede banget, emak mau Zahira ma elu lagi ngaca
stela aza
lanjut ,,, udh g sabar nunggu giliran Romlah ketahuan mencuri 🥰
FLA
uhh keren keren Za
FLA: gas lanjut lagi tor
SOPYAN KAMALGrab: terima kasih
total 2 replies
Purnama Pasedu
Zahira bisa kan
Purnama Pasedu
kena lagi zahira
Purnama Pasedu
itu anak bos ya,kena kamu
FLA
rasakan itu, senjata makan tuan kan Zahira di lawan
FLA: iya harus itu, masa dia yg makan duit nya eh orang lain di tuduh
stela aza: sekalian pecat terus penjara sama antek anteknya karena telah menggelapkan barang produksi,,,
total 4 replies
mahira
keren zahira
Hasanah
si Romlah pngen AQ ulek mukax
Lee Mbaa Young
Zahira terlalu polos dan nantang mkne di gitukan.
Pa lagi gk Ada cctv dan bekingan km akn kalah zahira.
sebagai orang Awam dan baru hrse diam dulu jng nantangin terang terangan.
kl dah lama dan tau kondisi lingkungan br lah gerak.
kl dah gini km bisa apa.😅.
stela aza
emank di garmen itu g ada cctv apa ,,, ini udh termasuk fitnah kejam dan tindakan kriminal ,,, ayo Zahira lawan PO Romlah kamu kan cerdas dan pintar jgn mau di tindas 🥰
kalea rizuky
cpet urus cerai resmi zahira
Purnama Pasedu
nuduh perlu bukti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!