NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan tanpa Pemenang

Ruangan terasa dingin saat Dante dan Valeria saling menatap.

Dante menyesap anggurnya perlahan, lalu meletakkan gelasnya di atas meja dengan tenang. “Jadi, mau kau jelaskan ke mana saja kau pergi malam ini?”

Valeria tersenyum samar, melangkah mendekat. “Kau mengawalku sekarang?”

Dante tetap diam, matanya mengamati setiap gerakan Valeria dengan ketelitian seorang pemburu.

“Enzo berbicara padamu,” lanjutnya, suaranya lebih rendah. “Dan aku ingin tahu apa yang kalian bicarakan.”

Valeria menghela napas, lalu melepaskan mantel hitamnya dan meletakkannya di sofa. “Apa kau benar-benar berpikir aku sedang merencanakan sesuatu di belakangmu?”

Dante menyandarkan diri ke kursinya. “Aku tidak berpikir. Aku tahu.”

Mata Valeria menyipit. “Lalu, apa yang akan kau lakukan? Membunuhku?”

Dante tertawa pendek, tetapi tatapannya tetap dingin. “Belum.”

Valeria mendekat, berdiri hanya beberapa langkah dari Dante. “Aku tidak suka diperintah, Dante. Dan aku lebih tidak suka dituduh tanpa alasan.”

Dante menegakkan tubuhnya, tatapannya mengancam. “Jangan bodoh, Valeria. Kau mungkin bisa bermain-main dengan orang lain, tapi aku tidak sepolos itu.”

Valeria tersenyum miring. “Dan aku tidak sebodoh yang kau pikir.”

Ketegangan di antara mereka semakin menebal.

Dante bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Valeria, lalu mencengkeram dagunya dengan kuat. “Kalau kau benar-benar tidak berkhianat, buktikan.”

Valeria menatapnya tanpa rasa takut. “Dan kalau aku menolak?”

Dante menatapnya lebih dalam, lalu mendekatkan wajahnya hingga napas mereka hampir bersentuhan. “Maka kau akan melihat apa yang terjadi pada orang-orang yang berani mengkhianatiku.”

Valeria tersenyum kecil, tetapi sorot matanya dingin. “Begitu? Maka kau juga akan melihat apa yang terjadi jika seseorang mencoba mengendalikanku.”

Dante menahan napas sesaat. Valeria bukan hanya wanita biasa dalam hidupnya—dia adalah api yang membakar segalanya.

Dan sekarang, Dante menyadari bahwa dia mungkin telah menciptakan sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan.

Mereka berdiri dalam diam, saling menantang.

Hingga akhirnya, Valeria berbalik, mengambil mantelnya, dan berjalan menuju pintu.

“Aku akan membuktikan bahwa aku tidak berkhianat, Dante,” ucapnya tanpa menoleh. “Tapi jangan pernah berpikir bahwa aku tunduk padamu.”

Pintu tertutup dengan keras, meninggalkan Dante dalam diam.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa tidak bisa membaca langkah selanjutnya.

Dante tidak mengejar Valeria malam itu. Ia membiarkannya pergi, tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh satu pertanyaan: Seberapa jauh Valeria akan melangkah?

Namun, jawaban itu datang lebih cepat dari yang ia duga.

Dua malam kemudian, Valeria kembali ke vila, tetapi kali ini, dia tidak sendiri.

Dante sudah menunggunya di ruang tamu, duduk dengan tenang di sofa. Luca berdiri di belakangnya, matanya penuh kewaspadaan.

Saat Valeria masuk, dua anak buahnya berjalan di belakangnya—dua pria yang seharusnya setia pada Dante.

Dante tersenyum tipis. “Menarik,” gumamnya. “Kau bahkan tidak berusaha menyembunyikannya lagi.”

Valeria hanya melepas mantelnya dengan santai, mengabaikan ketegangan yang memenuhi ruangan. “Apa maksudmu?”

Dante bangkit dari sofa, melangkah perlahan ke arahnya. “Dua orang yang mengikutimu itu… Mereka dulu milikku.”

Valeria menyilangkan tangan di dadanya. “Sekarang mereka milikku.”

Dante terkekeh, tetapi matanya tidak menunjukkan tawa. “Jadi itu tujuanmu selama ini?” tanyanya, suaranya rendah. “Mengambil kekuasaanku?”

Valeria menatapnya tanpa gentar. “Bukan mengambil,” ucapnya. “Merebut.”

Ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya. Luca menatap Dante, meminta perintah hanya dengan tatapannya, tetapi Dante mengangkat tangannya—belum saatnya.

“Kenapa?” tanya Dante, langkahnya semakin dekat hingga hanya berjarak beberapa inci dari Valeria. “Kau punya segalanya. Kekuatan, perlindungan, bahkan posisimu di sampingku. Kenapa masih menginginkan lebih?”

Valeria tersenyum kecil, tetapi ada kegilaan di matanya. “Karena aku bukan seseorang yang puas hanya dengan menjadi bayanganmu, Dante.”

Dante mencengkeram rahangnya dengan keras, tetapi Valeria tidak menunjukkan rasa takut. “Kau ingin menjadi aku?”

Valeria menatapnya dengan tajam. “Aku ingin melampauimu.”

Dante tertawa pelan, tetapi genggamannya semakin erat. “Dan kau pikir aku akan membiarkan itu terjadi?”

Valeria mendekatkan wajahnya, berbisik, “Itulah bagian terbaiknya, amore. Aku tidak butuh izinmu.”

Dante merasakan darahnya mendidih. Valeria bukan hanya sekadar ancaman—dia adalah musuh yang ia ciptakan sendiri.

Dengan kasar, Dante melepaskan cengkeramannya. “Kalau begitu, mari kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah sebelum aku menghancurkanmu.”

Valeria tersenyum sinis. “Aku menunggu tantangan itu.”

Malam itu, perang dingin di antara mereka berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

Dante dan Valeria tidak lagi sekadar sepasang kekasih—mereka adalah dua predator yang siap saling menerkam.

Ruangan itu terasa lebih panas dari sebelumnya. Bukan karena api di perapian, tetapi karena api dalam diri mereka—dua psikopat yang sama-sama menolak untuk tunduk.

Dante mendekat lagi, mengabaikan detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia meraih Valeria, kali ini lebih kasar, jari-jarinya mencengkeram bahunya hingga meninggalkan bekas merah di kulitnya.

“Kau pikir bisa melampauiku?” suaranya serak, matanya gelap oleh amarah. “Aku sudah hidup dalam dunia ini lebih lama darimu, Valeria. Aku membangun kerajaan ini dengan darah dan kehancuran.”

Valeria hanya tertawa pelan, napasnya sedikit terengah karena genggaman Dante. Tapi bukan ketakutan yang terpancar dari matanya—melainkan kegembiraan.

“Darah dan kehancuran?” Valeria mendekatkan wajahnya, bibirnya hampir menyentuh telinga Dante. “Lucu sekali, karena aku juga seperti itu.”

Dante mendorongnya ke dinding dengan keras. Suara benturan memenuhi ruangan, tetapi Valeria hanya tertawa, seolah-olah itu hanyalah permainan.

“Apa kau menikmati ini?” Dante berbisik tajam.

Valeria mengangkat dagunya, tatapannya liar. “Tentu saja. Kau?”

Dante menekan tubuhnya ke arah Valeria, menatapnya tanpa berkedip. Ia bisa mencium aroma parfumnya—campuran manis dan sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang hampir seperti… bau darah.

“Kau tidak tahu batas,” desis Dante.

Valeria menyeringai. “Dan itu yang membuatku lebih berbahaya darimu.”

Dante mencengkeram lehernya, bukan untuk membunuh—tetapi untuk merasakan bagaimana denyut nadinya tetap stabil, seolah-olah tidak ada ancaman di hadapannya.

“Berhati-hatilah, Valeria,” Dante memperingatkan. “Aku tidak akan segan-segan membunuhmu jika kau melewati batas.”

Valeria hanya tertawa pelan, tangannya meraih rahang Dante dan menatapnya langsung dengan mata penuh kegilaan.

“Oh, amore… Aku sudah melewati batas itu sejak hari pertama kita bertemu.”

Dan saat itu, Dante menyadari satu hal:

Valeria tidak akan pernah tunduk.

Dan mungkin, itu yang membuatnya semakin tergila-gila padanya.

Dante seharusnya membunuh Valeria saat ini juga. Tapi tangannya tetap di lehernya, hanya menekan cukup kuat untuk mengingatkan, bukan untuk menghabisi.

Valeria menatapnya dengan mata liar, penuh kesenangan. Ia mengangkat satu tangan dan menyusuri jari-jarinya di sepanjang lengan Dante, sentuhannya nyaris seperti rayuan, tapi ada bahaya di baliknya.

"Kau tidak akan melakukannya," bisiknya, suaranya penuh tantangan.

Dante mengencangkan cengkeramannya, membuat Valeria mendongak sedikit, tapi ekspresinya tetap sama—gembira, hampir mendekati euforia.

"Jangan terlalu percaya diri," Dante mendesis. "Kau bukan satu-satunya yang menikmati permainan ini."

Valeria tertawa kecil, suara manisnya bertentangan dengan kekejaman di matanya. "Kalau begitu, ayo buat lebih menarik," katanya sambil menyelipkan belati kecil dari balik gaunnya dan menekannya ke sisi perut Dante.

Dante membeku sejenak, merasakan ujung pisau tajam yang siap menembus kulitnya kapan saja. Tapi bukannya mundur, ia justru tersenyum.

"Benar-benar berani," gumamnya. "Tapi kau lupa sesuatu, Valeria."

Dalam sekejap, Dante menangkap pergelangan tangan Valeria, memelintirnya dengan keras hingga pisau itu jatuh. Dengan cepat, ia membalikkan tubuh Valeria, membantingnya ke dinding, kali ini lebih brutal.

Valeria tersenyum meskipun kesakitan. "Itu yang aku suka darimu, Dante," katanya terengah. "Kau tidak pernah mengecewakan."

Dante mencengkeram rambutnya, menariknya agar wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. "Kau semakin membuatku ingin membunuhmu," suaranya nyaris seperti geraman.

Valeria mengangkat alisnya, bibirnya sedikit bergetar karena menahan tawa. "Atau semakin membuatmu ingin menaklukkanku?"

Dante menatap matanya—mata seorang psikopat yang sama gilanya dengannya.

Ia tahu, Valeria tidak akan pernah tunduk.

Tapi dia juga tahu, dia tidak bisa melepaskannya.

Mereka adalah dua api yang bertabrakan, dua monster yang saling menginginkan dan menghancurkan di saat bersamaan.

Dante melepaskannya dengan kasar. "Permainan ini belum berakhir," katanya sebelum berbalik meninggalkan Valeria.

Valeria menyentuh lehernya yang masih terasa cekikan Dante, lalu tersenyum kecil.

"Tentu saja belum," bisiknya, matanya berkilat.

Dan dia sudah menyiapkan langkah selanjutnya.

1
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!