Setelah setahun menikah Jira baru tahu alasan sesungguhnya kenapa Bayu suaminya tidak pernah menyentuh dirinya.
Perjalanan bisnis membuat Jira mengetahui perselingkuhan suaminya. Pengkhianatan yang Bayu lakukan membuat Jira ingin membalas dengan hal yang sama.
Dia pun bermain dengan Angkasa, kakak iparnya. Siapa sangka yang awalnya hanya bermain lama kelamaan menimbulkan cinta diantara mereka. Hingga hubungan terlarang itu menghasilkan benih yang tumbuh di rahim Jira.
Bagaimanakah nasib pernikahan Jira dan Bayu? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Angkasa dengan Jira?
Ikuti terus kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Angkasa dan Jira tidak langsung ke kantor.Mereka terlebih dahulu datang ke tempat meeting. Setelah berkendara selama dua puluh menit dari apartemen maka disinilah mereka. Di ruangan VIP sebuah restoran bintang lima.
Jira dan Angkasa duduk bersebelahan menunggu rekan bisnis yang akan meeting dengan mereka.
Baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi, pintu ruangan kembali terbuka. Muncullah dua orang laki-laki dan satu perempuan dengan pakaian yang sangat seksi menampilkan lekuk tubuhnya. Bahkan belahan dadanya sangat rendah hingga bagian itu sedikit menyembul keluar.
"Maaf kami terlambat." perempuan itu berucap membuat Jira dan Angkasa menatap wanita yang sebelumnya tidak terlihat jelas karena berdiri di belakang dua pria yang berjalan di depannya.
Angkasa mengkerut dalam kemudian menatap Stevan dan Bastian dengan sorot mata yang tajam secara bergantian. Bastian santai dia hanya mengangkat kedua bahunya lalu duduk di salah satu kursi disana.
Stevan merasa terpojok saat Angkasa terus menatap dirinya. Hatinya berteriak minta tolong namun tidak bisa. Dia diancam. Tidak bisa berbuat bebas. Pernikahannya menjadi taruhan disini. Dan dia tidak ingin gagal menikah dan kehilangan calon istrinya.
"Maafkan aku Angkasa." Stevan berharap Angkasa mendengar permintaan maaf yang dia ucapkan dalam hati. Semoga.
Di bawah meja Angkasa menautkan jari jemari nya dengan milik Jira.
Jira yang tadinya terpaku menatap wajah Selly kini teralihkan saat sentuhan itu dia rasakan. Rasanya lembut dan menenangkan saat melihat mata teduh Angkasa.
Wanita ular itu duduk di tengah-tengah antara Stevan dan Bastian. Jengah. Itu yang dirasakan oleh dua lelaki yang mengapit duduk Selly.
"Apa kau tidak bisa menjauh dariku? Tubuhku sedikit alergi dengan perempuan?" ucap Bastian dengan nada kesal.
"Apa kau seorang LGBT. Oh aku rasa iya sebab kau alergi dengan perempuan." jawab Selly tidak kalah kesal saat mendengar ucapan lelaki tampan di sampingnya.Tampan tapi menyebalkan menurut Selly.
Selly tersenyum menatap Jira. Senyuman penuh dengan misteri.
"Apa kabar Jira?" sapa Selly.
Jira mencoba tersenyum. Dalam senyum dia sungguh muak dengan kelakuan Selly.
"Kabarku selalu baik nona. Dan lebih bahagia dari sebelumnya." senyum lebar Jira tunjukkan kepada Selly bahwa setelah semua yang wanita itu lakukan tidak membuat dia terpuruk dan sedih.
Sial
Setiap melihat Jira tersenyum membuat dadanya terasa sakit. Iri hati yang sudah lama dia rasakan terhadap Jira membuatnya tidak terima jika wanita itu bahagia.
*
Meeting berlangsung selama satu jam. Dingin . Itulah suasana di restoran saat itu. Tidak ada kehangatan seperti sebelumnya saat mereka berkumpul membahas pekerjaan tanpa Selly. Wanita itu selalu saja merusak suasana.
Stevan mencoba memberi isyarat kepada Angkasa untuk berbicara berdua. Sepertinya tidak berhasil. Angkasa terlihat datar tanpa ekspresi.
Stevan menendang kaki Bastian seolah meminta bantuan. Melihat wajah Stevan, Bastian menghela nafas. " Dia yang punya masalah aku yang repot."
Saat akan berbicara mulut Bastian kembali tertutup ketika Selly mengeluarkan pertanyaan di luar konteks kerja.
"Pak Angkasa apa anda sudah menikah?"
"Cari mati dia." gumam Bastian.
Perut Jira terasa mual saat Selly mulai mencari perhatian dengan Angkasa.
Angkasa diam. Lelaki itu tidak berniat untuk menjawab sama sekali.
Selly melebarkan senyum. Tidak marah dan kembali bertanya. "Seperti apa wanita idaman pak Angkasa?"
"Yang tidak cerewet dan banyak tanya."
Sontak jawaban Angkasa membuat Bastian tertawa pun dengan Stevan. Namun Stevan berusaha kuat menahan tawanya. Dia tidak ingin Selly marah dan kembali mengancamnya.
"Sorry." ucap Bastian merasa puas melihat wajah masam Selly.
Tiba-tiba Jira mendorong kursinya ke belakang. Membuat perhatian semua orang teralih kepadanya.
"Aku ingin ke toilet sebentar."
"Perlu aku temani cantik?" goda Bastian membuatnya mendapat tatapan tajam dari Angkasa.
"Oke-oke. Dia milikmu." ucap Bastian sambil mengangkat kedua tangannya. Seperti sedang menyerah.
Mendengar interaksi mereka membuat Selly tersulut rasa tidak suka. Tangan sudah terkepal di bawah meja dengan kuat. Hingga kuku-kukunya mulai memutih dan pucat.
Namun sekuat tenaga dia harus bersikap biasa. Tujuannya agar dia mendapat kesan baik dari Angkasa.
"Saya akan menyusul nona Jira ke toilet." ucap Selly.
Mendengar itu Angkasa menjadi tidak tenang. Dia akan menyusul Jira namun langkahnya terhenti saat Stevan memegang lengannya.
"Angkasa tolong aku." ada nada keputusasaan terdengar saat Stevan mengucapkan kalimat itu.
Dahi Angkasa mengkerut dalam syarat akan pertanyaan. "Apa sebenarnya yang telah terjadi?"
Dan akhirnya Stevan menceritakan apa yang menjadi bebannya tadi. Angkasa mendengarkan dengan baik. Matanya berkilat-kilat penuh amarah mendengar cerita Stevan.
"Aku akan mengurusnya." itulah kata-kata yang keluar dari bibir Angkasa sesaat setelah Stevan berhenti bercerita.
Lega. Rasanya sangat lega saat beban itu Stevan bagi dengan Angkasa. Hanya temannya ini yang bisa dia andalkan. Semoga saja Angkasa berhasil mengusir wanita licik itu dari hidupnya.
Beberapa menit berlalu Jira kembali. Angkasa senang Jira baik-baik saja.
"Kau oke."
"Yes, I'am okay."
***
"Brengsek."
Bayu melempar semua barang yang ada di kamarnya. Dia marah saat menerima surat dari pengadilan yang berisi gugatan cerai dari Jira.
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Kalau di awal namanya pendaftaran ya. Hi hi hi
"Jira Sialan. Aku tidak akan bercerai denganmu." tekad Bayu dalam hati.
Ada rasa tidak rela saat dia harus kehilangan istrinya. Kenapa dia baru sadar. Kemana pikiran dia selama ini. Tentu saja otak lelaki itu penuh dengan Selly sehingga tidak dapat berpikir dengan jernih. Selalu saja dicuci dengan selangkangan Selly hingga dia terlena selama setahun ini.
Itulah Bayu. Bodoh dan mudah diperdaya oleh perempuan.
"Semua gara-gara Selly si wanita sialan itu."
*
Di dalam toilet Selly menggertakkan gigi. Marah. Rasanya dia ingin menjambak dan mencakar-cakar wajah Jira yang sangat sombong tadi. Ucapannya terus terngiang di telinganya.
Dia menarik nafas mencoba mengontrol emosinya.
Setelah tenang dia keluar dari toilet.
Setelah sampai di ruangan mereka semua sudah pergi. Stevan, Bastian, Jira dan Angkasa tidak ada disana. Yang ada hanya pelayan yang sedang membersihkan meja.
Marah. Sangat marah. Selly mencengkeram erat rok hitam pendek miliknya dengan kuat. Matanya berkilat-kilat penuh dengan amarah. Giginya terkatup rapat. Dadanya naik turun.
"Sial, dasar Jira sialan. Aku akan terus menghancurkan hidupmu."
up dete..