Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Ringan
Ruangan aula masih terasa dingin meskipun Qian Feng telah pergi. Aroma sup yang tumpah bercampur dengan suasana canggung yang menekan.
Li Zhu masih berlutut di lantai dengan kepala tertunduk, wajahnya pucat. Sesekali ia melirik ke arah Jenderal Li Zhen, berharap pria itu akan membelanya.
Namun, Jenderal Li Zhen hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun menunjukkan belas kasihan.
Ling Zhi yang melihat putrinya terpuruk segera maju, memasang wajah penuh kepedihan.
“Suamiku, mohon ampuni Zhu’er. Dia pasti tidak sengaja. Mungkin dia terlalu gugup di hadapan Putra Mahkota .…”
Namun, sebelum Ling Zhi bisa melanjutkan ucapannya, Jenderal Li Zhen mengangkat tangannya.
“Cukup.” Suara dalamnya bergema di aula, membuat semua orang terdiam.
Jenderal Li Zhen menatap Li Zhu yang masih gemetar di lantai. “Kau telah mempermalukan keluarga di hadapan Putra Mahkota. Sebagai seorang gadis bangsawan, seharusnya kamu tidak bertindak ceroboh."
Li Zhu semakin menundukkan kepala, berusaha menahan tangis pura-pura.
“Hukumanmu,” lanjut Jenderal Li Zhen, “Adalah mempelajari kembali tata krama bangsawan. Kau tidak diizinkan keluar kamar sampai kau bisa menghafal seluruh isi buku tata krama.”
Suasana aula menjadi hening. Mata Li Mei menyipit di balik cadarnya.
Hanya itu?
Dulu, ia dicambuk hingga punggungnya penuh luka, tapi sekarang Li Zhu hanya dihukum membaca buku?
Xiao Lan yang berdiri di belakang Li Mei juga hampir tidak bisa menyembunyikan senyum puasnya. Meskipun hukuman itu ringan, melihat Li Zhu mendapatkan ganjaran sekecil apa pun sudah cukup membuatnya lega.
“Terima kasih, Ayah .…” suara Li Zhu terdengar bergetar, seolah merasa sangat bersalah.
Namun, dalam hati, Li Mei tahu gadis itu hanya berpura-pura. Kau bisa berakting sebaik yang kau mau, Li Zhu… tapi aku akan memastikan kau merasakan penderitaan yang sama sepertiku.
Li Yuan dan Li Shimin hanya diam, karena mereka tidak ingin membuat ayah mereka bertambah murka.
Setelah memberikan hukuman, Jenderal Li Zhen melanjutkan sarapan dengan sikap acuh tak acuh, seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.
Namun, ada sesuatu yang berbeda di wajahnya. Tatapan pria itu sesekali melirik ke arah Li Mei, seolah sedang menilai sesuatu.
Di sisi lain, jauh dari kediaman Jenderal Li, kereta kuda yang membawa Putra Mahkota Qian Feng melaju pelan menuju istana.
Di dalam kereta, wajah tampan Qian Feng memerah karena terkena sup panas.
Pelayan pribadinya duduk di sudut, menunduk tanpa berani bersuara.
Qian Feng menggertakkan giginya, amarahnya hampir meledak. Namun, ia berusaha menahan emosinya. Sebenarnya, alasan utama ia pergi bukan karena sup itu. Ia hanya tidak ingin membentak gadis yang dicintainya—Li Zhu.
Baginya, Li Zhu adalah gambaran wanita sempurna: lembut, berbudi luhur, berbakat dan cantik.
Namun, kenapa hatinya merasa gelisah sejak tadi? Qian Feng menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Saat itu, bayangan seorang gadis lain melintas di pikirannya.
Li Mei.
Gadis buruk rupa yang biasanya mengejar-ngejarnya seperti orang bodoh.
Tapi hari ini … gadis itu sama sekali tidak memperhatikannya.
Bahkan, tatapannya terasa dingin dan acuh, seolah Qian Feng tidak pernah berarti apa pun baginya.
Itu membuatnya merasa … tidak nyaman.
Qian Feng membuka matanya perlahan.
Apa yang terjadi pada Li Mei?
Sesuatu dalam dirinya mulai merasa penasaran. Namun, ia segera menepis pikiran itu.
Bagaimanapun juga, di matanya hanya ada Li Zhu—gadis yang ia anggap sebagai calon permaisurinya.
****
Li Mei dan Xiao Lan berjalan melewati halaman menuju paviliun mereka yang sederhana. Matahari pagi mulai meninggi, tetapi hawa sejuk masih terasa.
Xiao Lan terus menggerutu sepanjang jalan, ekspresi wajahnya penuh ketidakpuasan.
“Nona, ini sungguh tidak adil! Jika dulu Nona yang melakukan kesalahan, pasti sudah dicambuk tanpa ampun! Tapi Li Zhu hanya mendapat hukuman menghafal buku tata krama?!”
Xiao Lan menghentikan langkahnya, mengepalkan tangannya dengan geram.
“Kalau saja aku bisa—”
Li Mei tiba-tiba berhenti dan menoleh ke Xiao Lan. Tatapannya tenang, tetapi ada kilatan tajam di matanya.
“Tidak perlu mengeluh soal hal itu.”
“Tapi, Nona .…”
“Percayalah, Xiao Lan,” Li Mei melanjutkan dengan suara dingin, “Hukuman Li Zhu yang sebenarnya belum dimulai. Aku tidak akan membiarkan dia terus berada di atas tanpa merasakan apa yang aku alami dulu.”
Xiao Lan menelan ludah. Ia sudah terbiasa melihat sisi dingin Li Mei yang baru, tetapi tetap saja, ada sesuatu dalam nada suara tuannya yang membuat bulu kuduknya meremang.
Li Mei kembali melangkah dengan tenang.
“Daripada membuang waktu membicarakan mereka, lebih baik kau membantuku bersiap.”
Xiao Lan mengerjapkan mata, bingung. “Bersiap untuk apa, Nona?”
Li Mei berhenti di depan pintu paviliunnya, lalu menoleh dengan senyum samar di balik cadarnya.
“Seminggu lagi, aku akan kembali ke akademi.”
Xiao Lan terkejut. “Akademi?” Dia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba matanya berbinar. “Benarkah, Nona? Nona akan kembali ke akademi?!”
Li Mei mengangguk pelan.
Xiao Lan hampir tidak bisa menahan kegembiraannya. “Ini berita luar biasa! Semua orang di akademi pasti akan terkejut melihat perubahan Nona! Dulu mereka selalu meremehkan dan menertawakan Nona … tapi sekarang—”
Li Mei mengangkat tangannya, menghentikan ucapan gadis itu.
“Aku kembali ke akademi bukan untuk mereka,” katanya dengan nada datar. “Aku kembali karena ini adalah bagian dari jalanku.”
Xiao Lan terdiam, lalu mengangguk patuh.
“Aku mengerti, Nona.”
Sementara itu, dalam hati, Xiao Lan sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba.
Akademi yang dulu meremehkan Li Mei…
Akan segera melihat betapa mengerikannya Nona-nya yang sekarang.
***
Di dalam paviliunnya yang mewah, Li Zhu mengamuk seperti badai. Seluruh vas porselen berharga jatuh dan pecah berantakan, meja dihantam hingga berguncang, dan para pelayan menundukkan kepala, gemetar ketakutan.
Wajah Li Zhu yang biasanya manis dan penuh senyum kini dipenuhi amarah. Matanya merah, napasnya memburu, dan tangannya mengepal erat.
“Bagaimana bisa aku terjatuh?!” Suara teriakannya menggema di seluruh ruangan.
Aku yakin sudah melangkah dengan hati-hati! Tidak mungkin aku ceroboh!
Pikirannya terus berputar, mengingat kembali kejadian saat jamuan makan. Saat itu, dia bangkit dengan anggun, membawa semangkuk sup untuk Qian Feng, dengan niat menampilkan sisi lembutnya.
Namun, tiba-tiba, kakinya tersandung, tubuhnya limbung, dan sup panas itu tumpah tepat ke wajah Putra Mahkota!
Li Zhu menggigit bibirnya. Ada sesuatu … sesuatu yang aneh.
Saat kakinya tersandung, dia sempat merasakan ada angin dingin yang menyentuhnya. Tapi, bagaimana bisa?
Tiba-tiba, pikirannya teringat pada satu sosok—Li Mei.
Gadis itu … dia hanya duduk diam di tempatnya. Tapi, sikapnya yang terlalu tenang justru membuat Li Zhu semakin curiga.
Tidak … tidak mungkin. Li Mei bukan siapa-siapa. Dia hanya gadis rendahan yang selalu jadi bahan tertawaan karena tidak memiliki elemen. pikir Li Zhu
Namun, bayangan Li Mei yang tetap tenang di tengah kejatuhannya membuat dada Li Zhu terasa sesak.
Tidak! Aku tidak bisa membiarkan Li Mei terus seperti ini!
Dengan napas tersengal, Li Zhu mengangkat kepalanya, matanya penuh tekad dan kebencian.
“Aku harus menemukan cara untuk menjatuhkannya … sebelum dia benar-benar menjadi ancaman bagiku.”
Pelayan-pelayan di sekelilingnya hanya bisa menunduk, tidak berani bersuara sedikit pun. Mereka tahu, ini bukan kali pertama Nona Li Zhu menunjukkan wajah aslinya—wajah penuh ambisi yang tersembunyi di balik kepalsuan.
hopely ada season 2..anak2nya