NovelToon NovelToon
Kesempatan Kedua: Sang Putri

Kesempatan Kedua: Sang Putri

Status: tamat
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yulianti Azis

Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.

Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.

Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:

[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]

Ya!

Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.

INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlalu Ringan

Ruangan aula masih terasa dingin meskipun Qian Feng telah pergi. Aroma sup yang tumpah bercampur dengan suasana canggung yang menekan.

Li Zhu masih berlutut di lantai dengan kepala tertunduk, wajahnya pucat. Sesekali ia melirik ke arah Jenderal Li Zhen, berharap pria itu akan membelanya.

Namun, Jenderal Li Zhen hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun menunjukkan belas kasihan.

Ling Zhi yang melihat putrinya terpuruk segera maju, memasang wajah penuh kepedihan.

“Suamiku, mohon ampuni Zhu’er. Dia pasti tidak sengaja. Mungkin dia terlalu gugup di hadapan Putra Mahkota .…”

Namun, sebelum Ling Zhi bisa melanjutkan ucapannya, Jenderal Li Zhen mengangkat tangannya.

“Cukup.” Suara dalamnya bergema di aula, membuat semua orang terdiam.

Jenderal Li Zhen menatap Li Zhu yang masih gemetar di lantai. “Kau telah mempermalukan keluarga di hadapan Putra Mahkota. Sebagai seorang gadis bangsawan, seharusnya kamu tidak bertindak ceroboh."

Li Zhu semakin menundukkan kepala, berusaha menahan tangis pura-pura.

“Hukumanmu,” lanjut Jenderal Li Zhen, “Adalah mempelajari kembali tata krama bangsawan. Kau tidak diizinkan keluar kamar sampai kau bisa menghafal seluruh isi buku tata krama.”

Suasana aula menjadi hening. Mata Li Mei menyipit di balik cadarnya.

Hanya itu?

Dulu, ia dicambuk hingga punggungnya penuh luka, tapi sekarang Li Zhu hanya dihukum membaca buku?

Xiao Lan yang berdiri di belakang Li Mei juga hampir tidak bisa menyembunyikan senyum puasnya. Meskipun hukuman itu ringan, melihat Li Zhu mendapatkan ganjaran sekecil apa pun sudah cukup membuatnya lega.

“Terima kasih, Ayah .…” suara Li Zhu terdengar bergetar, seolah merasa sangat bersalah.

Namun, dalam hati, Li Mei tahu gadis itu hanya berpura-pura. Kau bisa berakting sebaik yang kau mau, Li Zhu… tapi aku akan memastikan kau merasakan penderitaan yang sama sepertiku.

Li Yuan dan Li Shimin hanya diam, karena mereka tidak ingin membuat ayah mereka bertambah murka.

Setelah memberikan hukuman, Jenderal Li Zhen melanjutkan sarapan dengan sikap acuh tak acuh, seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.

Namun, ada sesuatu yang berbeda di wajahnya. Tatapan pria itu sesekali melirik ke arah Li Mei, seolah sedang menilai sesuatu.

Di sisi lain, jauh dari kediaman Jenderal Li, kereta kuda yang membawa Putra Mahkota Qian Feng melaju pelan menuju istana.

Di dalam kereta, wajah tampan Qian Feng memerah karena terkena sup panas.

Pelayan pribadinya duduk di sudut, menunduk tanpa berani bersuara.

Qian Feng menggertakkan giginya, amarahnya hampir meledak. Namun, ia berusaha menahan emosinya. Sebenarnya, alasan utama ia pergi bukan karena sup itu. Ia hanya tidak ingin membentak gadis yang dicintainya—Li Zhu.

Baginya, Li Zhu adalah gambaran wanita sempurna: lembut, berbudi luhur, berbakat dan cantik.

Namun, kenapa hatinya merasa gelisah sejak tadi? Qian Feng menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Saat itu, bayangan seorang gadis lain melintas di pikirannya.

Li Mei.

Gadis buruk rupa yang biasanya mengejar-ngejarnya seperti orang bodoh.

Tapi hari ini … gadis itu sama sekali tidak memperhatikannya.

Bahkan, tatapannya terasa dingin dan acuh, seolah Qian Feng tidak pernah berarti apa pun baginya.

Itu membuatnya merasa … tidak nyaman.

Qian Feng membuka matanya perlahan.

Apa yang terjadi pada Li Mei?

Sesuatu dalam dirinya mulai merasa penasaran. Namun, ia segera menepis pikiran itu.

Bagaimanapun juga, di matanya hanya ada Li Zhu—gadis yang ia anggap sebagai calon permaisurinya.

****

Li Mei dan Xiao Lan berjalan melewati halaman menuju paviliun mereka yang sederhana. Matahari pagi mulai meninggi, tetapi hawa sejuk masih terasa.

Xiao Lan terus menggerutu sepanjang jalan, ekspresi wajahnya penuh ketidakpuasan.

“Nona, ini sungguh tidak adil! Jika dulu Nona yang melakukan kesalahan, pasti sudah dicambuk tanpa ampun! Tapi Li Zhu hanya mendapat hukuman menghafal buku tata krama?!”

Xiao Lan menghentikan langkahnya, mengepalkan tangannya dengan geram.

“Kalau saja aku bisa—”

Li Mei tiba-tiba berhenti dan menoleh ke Xiao Lan. Tatapannya tenang, tetapi ada kilatan tajam di matanya.

“Tidak perlu mengeluh soal hal itu.”

“Tapi, Nona .…”

“Percayalah, Xiao Lan,” Li Mei melanjutkan dengan suara dingin, “Hukuman Li Zhu yang sebenarnya belum dimulai. Aku tidak akan membiarkan dia terus berada di atas tanpa merasakan apa yang aku alami dulu.”

Xiao Lan menelan ludah. Ia sudah terbiasa melihat sisi dingin Li Mei yang baru, tetapi tetap saja, ada sesuatu dalam nada suara tuannya yang membuat bulu kuduknya meremang.

Li Mei kembali melangkah dengan tenang.

“Daripada membuang waktu membicarakan mereka, lebih baik kau membantuku bersiap.”

Xiao Lan mengerjapkan mata, bingung. “Bersiap untuk apa, Nona?”

Li Mei berhenti di depan pintu paviliunnya, lalu menoleh dengan senyum samar di balik cadarnya.

“Seminggu lagi, aku akan kembali ke akademi.”

Xiao Lan terkejut. “Akademi?” Dia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba matanya berbinar. “Benarkah, Nona? Nona akan kembali ke akademi?!”

Li Mei mengangguk pelan.

Xiao Lan hampir tidak bisa menahan kegembiraannya. “Ini berita luar biasa! Semua orang di akademi pasti akan terkejut melihat perubahan Nona! Dulu mereka selalu meremehkan dan menertawakan Nona … tapi sekarang—”

Li Mei mengangkat tangannya, menghentikan ucapan gadis itu.

“Aku kembali ke akademi bukan untuk mereka,” katanya dengan nada datar. “Aku kembali karena ini adalah bagian dari jalanku.”

Xiao Lan terdiam, lalu mengangguk patuh.

“Aku mengerti, Nona.”

Sementara itu, dalam hati, Xiao Lan sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba.

Akademi yang dulu meremehkan Li Mei…

Akan segera melihat betapa mengerikannya Nona-nya yang sekarang.

***

Di dalam paviliunnya yang mewah, Li Zhu mengamuk seperti badai. Seluruh vas porselen berharga jatuh dan pecah berantakan, meja dihantam hingga berguncang, dan para pelayan menundukkan kepala, gemetar ketakutan.

Wajah Li Zhu yang biasanya manis dan penuh senyum kini dipenuhi amarah. Matanya merah, napasnya memburu, dan tangannya mengepal erat.

“Bagaimana bisa aku terjatuh?!” Suara teriakannya menggema di seluruh ruangan.

Aku yakin sudah melangkah dengan hati-hati! Tidak mungkin aku ceroboh!

Pikirannya terus berputar, mengingat kembali kejadian saat jamuan makan. Saat itu, dia bangkit dengan anggun, membawa semangkuk sup untuk Qian Feng, dengan niat menampilkan sisi lembutnya.

Namun, tiba-tiba, kakinya tersandung, tubuhnya limbung, dan sup panas itu tumpah tepat ke wajah Putra Mahkota!

Li Zhu menggigit bibirnya. Ada sesuatu … sesuatu yang aneh.

Saat kakinya tersandung, dia sempat merasakan ada angin dingin yang menyentuhnya. Tapi, bagaimana bisa?

Tiba-tiba, pikirannya teringat pada satu sosok—Li Mei.

Gadis itu … dia hanya duduk diam di tempatnya. Tapi, sikapnya yang terlalu tenang justru membuat Li Zhu semakin curiga.

Tidak … tidak mungkin. Li Mei bukan siapa-siapa. Dia hanya gadis rendahan yang selalu jadi bahan tertawaan karena tidak memiliki elemen. pikir Li Zhu

Namun, bayangan Li Mei yang tetap tenang di tengah kejatuhannya membuat dada Li Zhu terasa sesak.

Tidak! Aku tidak bisa membiarkan Li Mei terus seperti ini!

Dengan napas tersengal, Li Zhu mengangkat kepalanya, matanya penuh tekad dan kebencian.

“Aku harus menemukan cara untuk menjatuhkannya … sebelum dia benar-benar menjadi ancaman bagiku.”

Pelayan-pelayan di sekelilingnya hanya bisa menunduk, tidak berani bersuara sedikit pun. Mereka tahu, ini bukan kali pertama Nona Li Zhu menunjukkan wajah aslinya—wajah penuh ambisi yang tersembunyi di balik kepalsuan.

1
Nur Rma
mantap x ceritanya.... semangat trus berkarya 💪
♤avcdssi★°•°
Jalan cerita yang seruh disetiap bab, tidak berteleh-teleh sangat ringkas. pokoknya keren🤗🥰
FHR
😍😍
nuranura
bagus kok..semangat
Vikry Paais
aneh, pria kuat tp dibunuh segampang itu
Vikry Paais
lahhhhh kok mereka tahu Bai Zhi???
Vikry Paais
nahh ini kan asik thor.. jalan ceritanya gak tertebak😍
Vikry Paais
selalu saja begini, apa sih thor
Vikry Paais
lohhh, kan kaisarnya rambut panjang
Vikry Paais
plotnya membosankan
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Kalau gak usah silahkan pindah aja. Ini bacaan gratis.
total 1 replies
Lili Inggrid
bagus

semngat thor
Desi linda Saputri
gak usah didengerin kak...
biarin aja...palingan dia iri sama author...kaya dia bisa aja bikin novel...
emang dasar julid...
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Makasih akak 🫶
total 1 replies
Desi linda Saputri
jadi Avatar ya li mei...
Desi linda Saputri
Hay authorrku yang cantikkkk...aku udah baca novel kakak ini berulang2 tapi aku gak pernah komen...novelmu bagus bikin susah move on dari ceritanya...🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Makasih akak cantik 🤗🤗😍😍😍😍
total 1 replies
Desi linda Saputri
baguss li mei...
Desi linda Saputri
semangat li mei😍😍😍
dk
jenderal Li dan 2 anak laki lakinya bakal menyesal sedalam dalamnya
$ᑕĥ¡ẓน𝕣υ: Baca karyaku juga kak
judulnya "Kebangkitan Sima Yi"

Sima Yi menunduk dalam. 'Bisa-bisanya aku berpikir wanita ini akan membenci anaknya hanya karena sifat buruk pemilik tubuh sebelumnya…' batinnya, sambil merutuki pikirannya sendiri.

Tatapan hangat Wen Jiao membuatnya tersadar, bahwa seorang ibu tidak akan membenci anaknya hanya karena kekurangan atau kesalahan yang dilakukan anaknya.

"Terima kasih, Ibu," ujar Sima Yi akhir, tanpa ragu memeluk erat tubuh Wen Jiao yang jauh lebih kecil darinya. Pelukan itu hangat dan menenangkan, seolah semua keraguan dan rasa bersalah di hatinya terangkat dari dadanya.

semoga suka/Hey/
total 1 replies
dk
semangat li mei
kamu hebat
tidak usah lagi mengharapkan sesuatu dr mereka yg sudah menyakiti mu berkali kali
B0t Channel
ini kaisar satu lama2 nyebelin😇
B0t Channel
Wu Liang, sy pun ikut frustasi dengan Tuan mu itu😭🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!