Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Data Tidak Ditemukan (Revisi)
Linlin menatap pintu yang baru saja ia tutup dengan ekspresi datar. Ia menepuk-nepuk tangannya, seolah-olah baru saja membuang sesuatu yang mengganggu.
“Gadis itu terlalu berisik,” gumamnya pelan.
"..."
Di belakangnya, Yi Hang masih berdiri terpaku, menatap Linlin dengan ekspresi yang sulit diartikan. Di satu sisi, ia terkejut dengan cara Linlin menangani Jia Li—begitu santai, begitu dominan, dan sama sekali tidak terganggu dengan reaksi orang lain.
Di sisi lain...
“…Kenapa kau menatapku seperti itu?” Linlin bertanya tanpa menoleh.
Yi Hang tersadar dari lamunannya. Ia berdeham pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya. “Tidak. Aku hanya… tidak menyangka kau sekuat itu.”
Linlin berbalik dan menaikkan satu alisnya. “Apa aku terlihat lemah sebelumnya?”
Linlin menyeringai. “Aku bisa melakukan lebih dari itu.”
Yi Hang menelan ludah. Ia tidak tahu harus kagum atau takut.
Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Linlin menatapnya dengan penuh arti.
“Ngomong-ngomong… Apakah gadis tadi calon istrimu?”
Yi Hang langsung tersedak. “A-apa? Tidak! Tentu saja tidak!”
Sebagai tanda penolakan yang lebih jelas, ia bahkan mengibaskan tangannya dengan panik. Linlin mengamati reaksinya dengan mata menyipit, lalu mengangguk kecil seolah menyimpulkan sesuatu.
“Hm… Begitu ya.”
Linlin menatap ke arah Yi Hang dan menyeringai. "Hei, Yi. Aku jadi penasaran. Kenapa kau tidak pernah menggubris gadis itu? Bukankah dia cukup cantik?"
Yi Hang mengerutkan kening. "Aku tidak menyukainya seperti itu."
Linlin menatapnya dengan penuh arti. "Hmm…"
Linlin mengangguk-angguk, seolah-olah menilai sesuatu. “Lalu… apa kau memiliki seseorang yang kau sukai?”
Yi Hang terdiam. Pertanyaan itu terdengar sederhana, tetapi mengapa ia merasa ada sesuatu yang mengganjal?
“Belum ada,” jawabnya akhirnya.
Linlin mengamati wajahnya sejenak. “Begitu.”
Yi Hang menatapnya balik. "Kau terdengar seperti sedang menyelidikiku."
Linlin tertawa kecil dan berjalan kembali ke kursinya. "Bukan menyelidik, hanya penasaran."
Linlin mengamati reaksinya, lalu mengangguk kecil.
Yi Hang menghela napas lega. “Tunggu, kenapa kau bertanya seperti itu?”
Linlin mengangkat bahu. “Karena reaksimu menarik.”
Yi Hang mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
Linlin hanya tersenyum misterius.
Yi Hang terdiam sejenak, lalu kembali mengingat sesuatu. Ia masih penasaran dengan kekuatan Linlin tadi.
“Bagaimana kau bisa sekuat itu?” tanyanya akhirnya.
Linlin memiringkan kepalanya. “Kau ingin tahu?”
Yi Hang mengangguk.
Linlin mendekat, membuat Yi Hang secara refleks mundur. Jarak mereka semakin dekat, dan Yi Hang bisa mencium wangi samar dari rambut Linlin.
Linlin mencondongkan tubuhnya sedikit dan berbisik, “Itu rahasia.”
Yi Hang langsung terdiam.
"Sial," pikirnya. "Kenapa dia begitu misterius?"
Saat ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri, Linlin mengerutkan kening.
"Kenapa dia melamun begitu?" pikirnya.
Linlin mengangkat tangan dan melambaikannya di depan wajah Yi Hang. Namun, pria itu tetap tak berkedip, seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Merasa kesal, Linlin akhirnya mengambil tindakan lebih ekstrem. Ia menepuk kedua pipi Yi Hang dengan kedua tangannya. "Hey.. Yi...!"
Yi Hang tersentak kaget. Wajahnya langsung memerah karena terkejut, dan ia mundur selangkah.
"A-apa yang kau lakukan?!" tanyanya dengan suara sedikit bergetar.
Linlin menatapnya santai. "Menyadarkanmu."
Yi Hang membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali. Pipinya masih terasa hangat di tempat Linlin menepuknya tadi.
"Kenapa aku jadi gugup begini?" pikirnya, sementara wajahnya semakin memerah.
Linlin menatapnya dengan ekspresi datar, lalu mendengus pelan. "Kenapa wajahmu merah? Kau sakit?"
Yi Hang mengalihkan pandangan dengan cepat. "T-tidak! Aku hanya... kaget!"
Linlin tersenyum kecil. "Hmm, benarkah?" tanyanya dengan nada menggoda.
Yi Hang buru-buru berjalan ke dapur dengan alasan mengambil air minum, padahal sebenarnya ia ingin menenangkan diri.
Sementara itu, Linlin menatap punggung pria itu dan tertawa kecil.
Saat Yi Hang bergegas ke dapur, suara yang hanya bisa didengar Linlin tiba-tiba berbicara dengan nada usil.
[Pemilik, kau lihat itu? Wajahnya merah padam! Jantungnya pasti berdebar kencang. Wah, benar aku duga, sepertinya dia memang tertarik padamu~]
Linlin mendengus pelan, mengambil posisi duduk yang lebih nyaman. "Diamlah. Itu hanya reaksi biasa."
[Hah? Reaksi biasa? Ayolah, Pemilik. Jangan pura-pura tidak melihat bagaimana dia terus melirikmu. Bahkan tadi dia sampai melamun karena terpesona padamu!]
Linlin mengangkat satu alisnya. "Terpesona? Aku pikir dia malah takut padaku setelah melihatku mengangkat gadis itu dengan mudah."
[Takut? Hahaha! Justru sebaliknya! Dia pasti semakin penasaran! Bayangkan, seorang gadis ramping dan cantik seperti dirimu bisa mengangkat seseorang dengan satu tangan. Itu bukan hal yang biasa, pemilik!]
Linlin menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi kayu di ruang tamu. "Jadi menurutmu, dia tertarik padaku?" tanyanya.
[Jelas! Bahkan aku yakin kalau dia sudah mulai jatuh hati. Tinggal tunggu waktu sampai dia mulai mencari-cari alasan agar kau tetap tinggal di sini lebih lama.]
Linlin terkekeh pelan. "Kau terlalu banyak bicara, Sistem."
[Tapi aku benar, kan?~]
Linlin menutup matanya sejenak sebelum membuka kembali. “Jangan berlebihan.”
[Aku tidak berlebihan! Coba lihat bagaimana dia terus melirikmu!]
Linlin menatap Yi Hang yang terlihat gelisah. Pria itu berusaha menghindari tatapannya, tetapi dari cara ia menggenggam cangkir di tangannya, jelas ia sedang gugup.
Linlin tersenyum kecil. “Kau pikir dia tertarik padaku?”
[Tertarik? Hah! Aku berani bertaruh dia sudah mulai mencari-cari alasan agar kau tetap tinggal lebih lama di sini.]
Linlin hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. Entah kenapa, percakapan dengan sistem ini sedikit menghiburnya.
Yi Hang muncul dari dapur dengan wajah yang lebih tenang, meskipun samar-samar masih ada rona merah di pipinya. Ia berdiri canggung di depan Linlin, menggaruk tengkuknya sebelum akhirnya membuka suara.
“Aku ingin mengajakmu berkeliling desa. Mau?” tanyanya, nada suaranya sedikit ragu.
Linlin mengangkat alisnya. Tawaran ini sedikit di luar dugaan. Ia tidak menyangka pria ini akan berinisiatif mengajaknya jalan-jalan. Bisa jadi ini kesempatan bagus untuk mengenal lingkungan sekitar.
[Pemilik, lihat! Dia sudah mulai mencari alasan untuk menghabiskan waktu bersamamu! Bukankah aku bilang dia tertarik?]
Linlin mendengus dalam hati. "Tertarik katamu? Sepertinya dia lebih canggung daripada tertarik."
[Oh? Kalau begitu, kenapa wajahnya merah saat kau menepuk pipinya tadi?]
Linlin mengabaikan sistem itu dan malah menatap Yi Hang dengan ekspresi santai. “Boleh juga.”
Yi Hang tersenyum tipis dan mengangguk.
Linlin berdiri, meregangkan tubuhnya sejenak sebelum menatap Yi Hang dengan mata penuh rasa ingin tahu. “Baiklah, ayo kita pergi.”
Mereka keluar dari rumah, disambut udara sore yang segar. Matahari mulai condong ke barat, cahayanya yang keemasan membuat desa tampak lebih hangat. Linlin menarik napas dalam-dalam, menikmati ketenangan yang jarang ia rasakan.
Saat langkah mereka mulai menyusuri jalanan tanah yang sedikit berbatu, Yi Hang melirik Linlin dari sudut matanya. Wanita itu tampak santai, seolah tidak ada beban sama sekali. Pakaian yang ia berikan terlihat pas di tubuhnya, meskipun Linlin masih sedikit canggung saat memakainya.
Dalam hati, Yi Hang menghela napas pelan. "Semoga wanita ini tidak pergi ke mana-mana…"
Entah sejak kapan, perasaan aneh mulai muncul dalam dirinya. Ia tahu Linlin bukan bagian dari desa ini. Pakaian dan caranya berbicara berbeda. Bahkan kekuatannya juga di luar nalar. Tapi anehnya, ia tidak ingin Linlin pergi.
Linlin yang tidak menyadari pergolakan batin Yi Hang, justru menikmati udara segar dan pemandangan desa kuno ini.
"Jadi, desa ini punya berapa keluarga?" tanyanya sambil melihat sekeliling.
Yi Hang langsung tersadar dari lamunannya. “Hmm… sekitar lima puluh keluarga. Tapi hanya beberapa yang tinggal dekat sini. Sisanya tersebar di bagian lain desa.”
Linlin mengangguk. “Apa semua orang di sini bertani?”
“Sebagian besar, ya. Beberapa juga menjadi pemburu atau tukang kayu.”
Linlin menyapu pandangannya ke rumah-rumah sederhana yang mereka lewati. Anak-anak kecil bermain di depan rumah, sementara beberapa wanita terlihat menjemur pakaian. Pemandangan yang jauh dari hiruk-pikuk dunia asalnya.
Yi Hang masih menatapnya sesaat sebelum kembali menunduk, menyembunyikan senyum kecil di wajahnya.
Yi Hang dan Linlin berjalan santai di sepanjang jalan desa yang masih sepi. Udara sore begitu segar, membuat Linlin sedikit meregangkan tubuhnya, menikmati suasana yang jauh berbeda dari tempat asalnya.
Tiba-tiba, Linlin melirik ke arah Yi Hang dan bertanya, “Apakah kau memang asli warga desa ini?”
Yi Hang menoleh padanya, lalu menggeleng pelan. “Ah, tidak. Sebenarnya aku tinggal di sini baru dua tahun. Sebelumnya aku tinggal bersama Kakek Dong.”
Linlin mengerutkan alisnya. “Kakek Dong?”
Yi Hang mengangguk, matanya terlihat menerawang. “Dia yang membawaku ke desa ini dan memberiku tempat tinggal. Aku merawatnya selama setahun… sampai akhirnya dia meninggal dunia.”
Linlin bisa melihat sedikit kesedihan di mata Yi Hang. Ia tidak bertanya lebih lanjut soal kematian Kakek Dong, tapi rasa penasarannya tetap ada. “Kalau begitu, keluarganya di mana sekarang?”
Yi Hang melirik ke ujung desa dan menjawab, “Mereka ada di sana, di bagian paling jauh.”
Linlin mengikuti arah pandangan Yi Hang, tetapi tidak bisa melihat apa pun dari tempatnya berdiri. “Tapi…?”
Yi Hang menoleh lagi ke arahnya, ragu sejenak sebelum melanjutkan, “Nanti kau juga akan bertemu dengan mereka.”
Linlin mengangkat satu alis. “Kenapa kau terdengar seperti khawatir terhadap sesuatu?”
Yi Hang tersenyum tipis, lalu kembali melangkah. “Aku hanya berharap mereka tidak membuat masalah denganmu.”
Linlin menyipitkan matanya. “Jadi, mereka sering membuat masalah?”
Yi Hang tidak langsung menjawab. Ia hanya mendesah pelan sebelum akhirnya berkata, “Mereka tidak pernah benar-benar menerimaku. Sejak Kakek Dong meninggal, hubungan kami semakin jauh. Aku sudah tidak ada urusan dengan mereka, tapi entah kenapa mereka selalu mencoba mengusik kehidupanku.”
Linlin mengangguk-angguk paham. Ia bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tapi jika ada yang berani mencari masalah dengannya, maka mereka harus siap menerima akibatnya.
“Apa mereka akan menyulitkanmu selama ini?” tanya Linlin sambil melirik Yi Hang dengan tatapan menyelidik.
“Ya.” jawab Yi Hang menghela nafas panjang.
Linlin menyipitkan matanya, semakin tertarik dengan pria di depannya. “Kenapa kau tidak pergi saja kalau mereka selalu menyulitkanmu?” tanyanya dengan nada santai, meskipun dalam benaknya, ia benar-benar ingin tahu alasan Yi Hang tetap bertahan di desa ini.
Linlin semakin penasaran. “Belum saatnya?” ulangnya, menatap Yi Hang dengan penuh selidik. “Apa kau punya alasan khusus untuk tetap di sini?”
Yi Hang menatap lurus ke depan. “Aku punya urusan yang belum selesai.”
Linlin bisa merasakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Dalam hati, Linlin semakin yakin bahwa pria ini bukanlah orang sembarangan. Dilihat dari wajah tampannya yang sedikit terlalu sempurna untuk seorang pria desa, serta otot-otot tersembunyi di balik pakaiannya, ia tampak seperti seseorang yang memiliki latar belakang lebih rumit dari yang terlihat.
Karena penasaran, Linlin segera bertanya pada sistem dalam pikirannya. "Hei, bisakah kau memberikan informasi tentang pria ini?"
[Maaf, pemilik. Data tidak ditemukan.]
Linlin mengerutkan kening. "Apa? Bukankah kau mengatakan bisa mengetahui segalanya? Mencari informasi pria ini saja tidak bisa."
[Aku memang bisa, tapi… entah kenapa aku tidak bisa mengakses informasi tentang pria ini. Seolah-olah… dia tidak tercatat dalam sistem.]
Linlin semakin penasaran. "Apa maksudnya? Apa dia bukan orang biasa? Atau dia juga melintasi waktu sepertiku?"
[Pemilik, aku juga ingin tahu. Tapi aku benar-benar tidak bisa melacaknya.]
Linlin kembali menatap Yi Hang yang masih berjalan di sampingnya dengan wajah datar, seolah tidak menyadari bahwa dirinya sedang diamati.
"Menarik…" pikir Linlin.
Jika bahkan sistem yang katanya bisa mengetahui segala hal tidak bisa melacak Yi Hang, itu berarti pria ini memiliki rahasia bukan?
Besuk isinya manipulasi
lanjut💪💪💪💪