Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Malam yang Tenang
Di bawah langit malam yang dihiasi bintang-bintang, Che Tian berjalan santai mengikuti Ye Qingxian.
Suasana di antara mereka terasa hening.
Ye Qingxian tampak sedikit canggung, sesekali mencuri pandang ke arah Che Tian. Namun, setiap kali tatapan mereka bertemu, ia langsung memalingkan wajahnya dengan pipi yang semakin memerah.
"Kita sudah sampai," katanya akhirnya, berhenti di depan sebuah kamar tamu yang cukup luas.
Che Tian menatap pintu itu sebentar lalu mengangguk.
Namun, saat ia hendak masuk, suara Ye Qingxian terdengar lirih di belakangnya.
"Tuan Che Tian..."
Che Tian berbalik, melihat gadis itu yang masih menundukkan kepalanya.
"Aku... Aku ingin mengucapkan terima kasih."
"Terima kasih?"
"Ya... Karena telah menyembuhkan Ayah."
Che Tian terdiam sejenak sebelum tersenyum kecil.
"Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya melakukan apa yang kuinginkan."
Ye Qingxian mengangkat wajahnya, menatapnya dengan sedikit ragu.
"Tapi... kenapa Anda melakukan ini? Anda bahkan tidak meminta imbalan apa pun."
Che Tian menatap langit sebentar sebelum berkata,
"Mungkin karena aku merasa kagum dengan keluargamu."
Ye Qingxian sedikit terkejut.
"Kagum?"
"Ya. Ayahmu memiliki kesempatan untuk meminta apa pun dariku, tapi ia hanya menginginkan keselamatan putrinya. Tidak banyak orang yang bisa tetap teguh seperti itu."
Ye Qingxian menggigit bibirnya, matanya sedikit berkaca-kaca.
"Ayah memang orang yang baik..." gumamnya pelan.
Che Tian tersenyum kecil, lalu mengulurkan tangannya.
Ye Qingxian sedikit terkejut saat tangan hangat itu menepuk kepalanya dengan lembut.
"Kau juga memiliki hati yang baik, Qingxian. Aku yakin di masa depan, kau bisa menjadi seseorang yang luar biasa."
Ye Qingxian langsung membeku.
Dugun.
Dugun.
Jantungnya berdetak semakin cepat.
Ini pertama kalinya ada seseorang—terutama seorang pria—yang menepuk kepalanya seperti itu.
Wajahnya langsung merah padam.
"A-Aku... u-uhm...!"
Sebelum ia bisa mengucapkan sesuatu, Che Tian sudah menarik tangannya kembali dan berbalik.
"Baiklah, sudah malam. Kau juga harus beristirahat."
Ye Qingxian masih berdiri di tempatnya, merasa jantungnya belum kembali normal.
Namun, akhirnya ia hanya mengangguk cepat dan berlari pergi.
Saat punggung gadis itu menghilang dari pandangan, Che Tian tersenyum kecil sebelum memasuki kamarnya.
Keesokan Harinya
Matahari pagi perlahan menyinari kota.
Di kediaman keluarga Ye, suasana terasa lebih hidup dari biasanya.
Kabar tentang kesembuhan Ye Chen sudah menyebar, dan para pelayan serta anggota keluarga Ye merasa lega sekaligus bahagia.
Saat Che Tian keluar dari kamarnya, ia melihat beberapa orang dari keluarga Ye menatapnya dengan penuh rasa hormat.
Bahkan beberapa istri Ye Chen diam-diam mencuri pandang ke arahnya dengan wajah merah.
Namun, sebelum mereka bisa mengatakan sesuatu, suara keras terdengar dari arah ruang utama.
"AYAH!!!"
Suara Ye Mo yang penuh kegembiraan menggema.
Che Tian tersenyum kecil. Sepertinya Ye Chen sudah sadar.
Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju aula utama.
Di sana, Ye Chen terlihat duduk di kursinya dengan ekspresi kaget sekaligus kagum.
Tubuhnya yang dulu tampak lemah kini kembali segar, bahkan auranya terasa lebih kuat dari sebelumnya.
"Aku... Aku benar-benar sembuh...?" gumamnya sambil mengepalkan tangannya.
Ye Mo, Ye Qingxian, dan para istri Ye Chen terlihat berkumpul di sekitarnya, ekspresi mereka penuh kebahagiaan.
Saat mereka melihat Che Tian memasuki ruangan, semua mata langsung tertuju padanya.
Ye Chen segera berdiri dan membungkuk dalam.
"Tuan Che Tian... Saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih..."
Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, Che Tian hanya melambaikan tangannya santai.
"Sudah kubilang, ini adalah kehendakku sendiri. Tidak perlu terlalu dipikirkan."
Ye Chen menatapnya dengan penuh rasa hormat sebelum menghela napas panjang.
"Baiklah. Tapi setidaknya, izinkan aku menawarkan sesuatu sebagai bentuk rasa terima kasihku."
"Oh? Apa itu?"
Ye Chen menatap Ye Qingxian sebentar sebelum berkata,
"Mulai hari ini, aku menyerahkan putriku sepenuhnya kepadamu."
"...Hah?"
Ye Qingxian yang mendengar itu langsung tersedak.
"A-Ayah! Apa maksudmu?!"
Ye Chen hanya tersenyum kecil.
"Bukankah kau sudah setuju untuk pergi bersamanya? Aku hanya menegaskan lagi bahwa mulai sekarang, kau adalah murid sekaligus tanggung jawab Tuan Che Tian. Itu berarti, kau harus menaatinya, melayaninya, dan menghormatinya seperti seorang guru... atau lebih dari itu."
Kata-kata terakhir Ye Chen terdengar sedikit menggoda, membuat Ye Qingxian semakin merah padam.
Che Tian hanya tersenyum kecil.
"Baiklah, aku akan menjaganya."
Ye Qingxian menundukkan wajahnya, tidak berani menatap siapa pun.
Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kehidupannya akan berubah mulai hari ini.
Dan entah mengapa, ada sedikit rasa bahagia di dalam dadanya.
---Tamat bab 11---