NovelToon NovelToon
Dear, Anak Presdir

Dear, Anak Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Ada cowok yang pikirannya masih di zaman batu, yang menganggap seks cuma sekedar kompetisi. Semakin banyak cewek yang ditiduri, maka semakin jantan dia.

Terus ada juga yang menganggap ini cuma sebagai salah satu ajang seleksi. Kalau goyangannya enak, maka mereka bakal jadian.

Ada lagi yang melihat ini cuma buat kesenangan, tanpa perlu ada keterikatan. Ya, melakukannya cuma karena suka. Sudah, begitu saja.

Dan ada juga cowok yang menganggap seks itu sesuatu yang sakral. Sesuatu yang cuma bisa mereka lakukan sama orang yang benar-benar mereka sayangi.

Nah, kalau gue sendiri?

Jujur, gue juga nggak mengerti. Gue bahkan nggak tahu apa arti seks buat gue.

Terus, sekarang gue ada di sini sama Carolline?

Gue baru kenal dia, jadi gue nggak ada niatan buat tidur sama dia. Tapi kalau soal bikin dia puas?

Itu cerita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jujur Itu Penting

"Whisky rasanya kayak tanah."

Gue selalu bilang begitu. Udah sering juga debat sama saudara-saudara gue soal ini. Tapi lihat saja sekarang, gue malah duduk di sofa di apartemen gue, megang segelas whisky.

Mungkin gue lagi menyiksa diri sendiri gara-gara tadi berurusan sama cewek orang. Secara teknis, sih, cowoknya setuju. Tapi tetap aja, itu nggak bikin gue lebih nyaman. Kenapa gue selalu kejebak di situasi kayak begini tanpa sengaja?

Gue udah habisin hampir setengah botol whisky yang Dino simpan di lemari barnya. Tentu saja apartemen ini punya minibar kecil, tempat Dino sok-sokan jadi bartender tiap kali bikin pesta. Ada semua jenis minuman di sana, tapi gue malah milih minuman yang paling nggak gue suka.

Karena gue idiot.

Dan karena whisky yang paling minim bikin gue sakit kepala besok paginya. Gue juga jarang minum. Baru beberapa teguk saja udah berasa efeknya.

Gue makin membenamkan badan ke sofa, kepala miring ke samping buat melihat jendela gede yang mengarah ke balkon. Langit lagi dicat warna oranye pas matahari mulai tenggelam. Cahaya senja makin redup, dan entah kenapa gue keinget saudara-saudara serta temen-temen gue pas hari itu, di pantai, sebelum kebanyakan dari mereka cabut ke universitas masing-masing. Salah satu kenangan terbaik yang gue punya.

Dulu, itu cuma sekadar api unggun di pantai biasa. Tapi sekarang, kalau gue pikir lagi, rasanya ajaib banget.

Dan sekarang?

Gue ada di kota ini, berusaha menjalani hidup. Nggak yakin sih gue sukses atau enggak. Tapi ya, setidaknya masih ada Dino di sini.

Gue dengar pintu apartemen kebuka. Pasti Dino. Jadi gue cuek aja, terus minum lagi.

Tapi ternyata yang muncul dari lorong malah Vey.

Dia berdiri di sana, jelas-jelas kaget lihat gue megang gelas ini. atau mungkin lebih tepatnya, melihat gue dalam keadaan begini.

"Minum di hari Kamis?" Dia taruh dua kotak pizza dan sekantong Pepsi dua liter di meja dapur. "Minggu yang berat, ya?"

Oh, iya.

Kamis.

Malam film.

Gue lupa.

"Hidup itu susah," gumam gue pelan.

"Apa?" Vey ngelirik gue sambil buka kulkas. "Gue nggak dengar."

Dia benahi rambutnya, bikin cepol asal, terus ngeluarin botol Pepsi dari kantong dan taruh ke dalam kulkas. Gue masih diam, mata gue mengikuti setiap gerakannya kayak orang bego. atau lebih tepatnya, kayak orang bego yang lagi mabok.

Dia pakai skinny jeans sama atasan ketat tanpa lengan. Gue bisa lihat satu garis samar yang lebih terang di pangkal selangkanya.

habis beresin semua, dia jalan ke arah gue, terus jatuhkan badannya ke ujung sofa.

"Lo nggak papa?"

"Kenapa gue harus nggak papa?" Gue balas datar.

Dia meringis, jelas bingung. "Nggak tahu, sih. Tapi lo bukan tipe yang suka minum, apalagi di hari biasa gini."

"Lo nggak tahu apa-apa soal gue."

Gue nggak ngerti kenapa gue ngomong kayak gitu. Nadanya tajam, agak nyebelin. Vey juga kaget, ekspresinya langsung berubah.

"Oke, lo lagi bad mood," dia nyender ke sofa sambil buang napas. "Tapi mabok nggak bakal selesaikan masalah lo, Asta."

Gue diam.

Memandang dia lama.

Kenapa harus dia?

Vey cantik, tapi Carolline juga. Jadi, kenapa tadi kepala gue malah keisi bayangan Vey waktu gue sama Carolline?

Apa karena Vey nggak bisa jadi milik gue?

Itu alasannya?

Tapi terus, gue ingat momen-momen kecil yang pernah kita lewatin bareng. Ketawa bareng waktu masak di dapur. Ngeledekin Dino pas nonton film. melihat dia sok-sokan ngeluarin jokes yang selalu garing, tapi tetap percaya diri. Dan kesukaan anehnya sama biskuit asin pakai tuna.

Dan saat itu juga, gue sadar.

Gue suka dia.

Itu bedanya Vey sama Carolline. Carolline emang cakep, tapi gue nggak kenal dia. Nggak kayak gue kenal Vey. Dan semua hal tentang Vey, gue suka.

Gue menutup mata sebentar, merasa nyesek sendiri.

Bagus, Asta. Lo suka pacar sahabat lo sendiri. Lo makin hancur.

Gue memperhatikan Vey yang masih berdiri di depan gue, tangannya masih ada di atas tangan gue yang megang botol. Matanya lembut, penuh pengertian, tapi juga tegas.

"Udah cukup, Asta," suaranya lirih.

Gue melirik ke arah tangannya, lalu balik lagi ke wajahnya. Ada beberapa helaian rambut yang lepas dari cepolnya. Bibirnya sedikit terbuka, kayak mau ngomong sesuatu tapi ragu.

Gue langsung buang pandangan.

"Ini bukan cara buat ngatasin masalah," dia lanjut ngomong, lalu mencoba narik botol dari tangan gue.

Tapi gue keburu meraih gelas kosong dan nuang lagi.

"Terus, gimana caranya gue harus ngatasin ini?" suara gue datar, tapi ada sesuatu yang berat di dalamnya.

Gue nggak ngerti kenapa. Ini bukan cuma soal Carolline. Bukan cuma soal Vey. Ini sesuatu yang lebih dalam. Luka yang nggak pernah benar-benar sembuh, yang entah kenapa masih menyelip di sudut hati gue dan suka muncul tiap ada kesempatan.

Yang terjadi di gang itu, bukan cuma kesialan yang gue harus lupain. Itu ninggalin sesuatu di dalam gue, sesuatu yang bikin gue gampang marah, gampang frustrasi. Dulu, gue nggak pernah kayak gini. Gue nggak pernah jadi orang yang emosinya meledak-ledak, yang kesal cuma karena hal kecil.

Tapi sekarang?

Bahkan hal sekecil ini bisa bikin kepala gue panas.

Mungkin keluarga gue benar. Mungkin gue emang harus ke terapi.

Gue belum sempat mikir lebih jauh waktu suara Dino nyelonong masuk ke ruangan.

"Eh, lo semua mulai pesta tanpa gue?" dia menyengir lebar, taruh buku-buku ke atas meja di dekat pizza. Vey langsung mundur selangkah, balik duduk di sofa. "Wah, whisky? Elegan juga, Asta."

Dia jalan ke kulkas, ngerogoh isinya, lalu keluar sambil bawa kaleng bir. "Tapi sorry, gue lebih suka bir. Lo nikmatin aja minuman mahal lo itu, Pak Pejabat."

"Dino." Vey manggil dia, nadanya lebih serius. Dia ngasih kode yang gue nggak ngerti. "Bukan waktunya."

"Sejak kapan lo jadi ngebosenin gini, Beb?" Dino buka birnya sebelum duduk di samping gue. "Ada yang spesial?"

"Hidup emang tai."

Dino mengangguk.

"Cheers." Dia angkat botol birnya dan nabrakin ke gelas gue. Gue udah kebanyakan alkohol, jadi hampir saja gelasnya jatuh. Untung Dino sigap menyelamatkan sebelum gue bisa megang lagi dengan benar.

"Lo baik-baik aja, bro?"

"Terbaik."

"Gue nggak pernah lihat lo mabok lagi sejak kelulusan gue."

Dia natap gue. Gue cuma menyengir terus geleng-geleng kepala.

"Mau tahu alasannya?" Gue ngangkat gelas whisky ke arah Vey.

Dino angkat kening sebelum noleh ke dia.

"Ayo, dong." Vey kelihatan tegang, tapi diam aja. Gue teguk minuman gue tanpa lepasin tatapan dari dia. Pas gelas gue turun lagi, gue nyeletuk, "Kenapa? Nggak seberani tadi?"

Dino balik natap gue. "Ada sesuatu yang gue nggak tahu?"

Vey mengapit bibirnya rapet-rapet. "Dia mabok, Dino."

"Orang mabok biasanya ngomong jujur, Vey." jawab Dino santai.

"Ada yang mau lo omongin ke gue?" tanyanya ke gue.

Gue lihat Vey. Muka dia pucat banget, kayak orang lupa napas. Sayangnya, otak gue yang udah direndam alkohol nggak bisa mikir jernih. Tiba-tiba, gue keinget Anan yang pernah bilang kenapa dia selalu ngomong jujur.

..."Jujur itu nggak gampang, Asta, tapi kebenaran tetap penting, walaupun bikin nggak nyaman atau nyakitin. Pada akhirnya, semua bakal kebongkar juga. Dan kalau itu keluar dari mulut lo sendiri, bukannya dari orang lain, rasanya beda."...

Gue benar-benar milih timing terburuk buat mengikuti kata-kata Anan.

"Gue suka Vey."

Hening.

Beberapa detik, yang kedengaran cuma suara es di gelas gue yang nabrak kaca tiap kali tangan gue goyang pas mau nyeruput lagi.

1
Ummi Yatusholiha
udah deh phyton kamu harus berusaha tegas ke melvin dan tinggalin melvin. ibu kamu gak akan bangga dgn keadaan kamu sekarang,yg ada pasti beliau sangat kecewa sama kamu.
cobalah utk hidup normal phyton
Ummi Yatusholiha
tuh ketahuan kan sama si melvin.. deg degan deh
Ummi Yatusholiha
egois banget si malvin
Ummi Yatusholiha
vey juga kok gitu sih,deket sama vino dan ngaku kecewa karna vino blm bisa move on dari bessie, tapi malah godain asta juga.. gatel gak tuh
Ummi Yatusholiha
kirain asta gak bakal tergoda sama vey,secara asta kan udah kesemsem banget sama selma.
arif didu
oo baru ngeh, jd si uar piton ini gay?
Ummi Yatusholiha
𝚘𝚊𝚕𝚊𝚊𝚊𝚊,𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚜𝚜𝚒𝚎 𝚖𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚒 𝚍𝚒𝚗𝚘.. 𝚒𝚔𝚞𝚝 𝚔𝚊𝚐𝚎𝚝 𝚋𝚊𝚛𝚎𝚗𝚐 𝚊𝚜𝚝𝚊
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚛𝚞𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚜𝚒 𝚖𝚊𝚕𝚟𝚒𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎 𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔 𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚎 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗.
𝚜𝚊𝚕𝚞𝚝 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊,𝚠𝚊𝚕𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚖𝚊𝚕𝚟𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚍𝚒𝚊 𝚝𝚍𝚔 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊,𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚗𝚐𝚎𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗
Ummi Yatusholiha
𝚘𝚖𝚎𝚐𝚘𝚝,𝚐𝚊𝚔 𝚗𝚢𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊 𝚜𝚒 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔 𝚝𝚘𝚡𝚒𝚍 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔 𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚊𝚜𝚒𝚊𝚗 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗, 𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚠𝚊𝚑 𝚊𝚗𝚌𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔 𝚍𝚎𝚑
Ummi Yatusholiha
𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚔𝚊𝚑
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚎𝚝𝚊𝚑𝚞𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚜𝚜𝚒𝚎 𝚔𝚊𝚗 🤭
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚢𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚗𝚒𝚛𝚒𝚊,𝚐𝚎𝚐𝚊𝚛𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚐𝚘 𝚝𝚘 𝚙𝚊𝚛𝚝𝚢.
𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚍𝚘𝚗𝚐 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
𝚝𝚞𝚑 𝚊𝚜𝚝𝚊,𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚙𝚘𝚛𝚝 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚑𝚢𝚝𝚘𝚗.. 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚍𝚘𝚗𝚐 𝚋𝚛𝚘𝚘𝚘
Ummi Yatusholiha
𝚢𝚊 𝚊𝚖𝚙𝚢𝚞𝚗 𝚊𝚜𝚝𝚊𝚊𝚊𝚊,𝚖𝚎𝚕𝚘𝚠 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚍𝚎𝚑 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚘𝚠𝚘𝚔.
𝚜𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚌𝚘𝚌𝚘𝚔 𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
anan zielle,kangen kalian deh 🥰🥰
Ummi Yatusholiha
selma terima gak tuh ajakan asta 😊
Rainn
Kak sorry ini cerita asta? Anan belum ya kak? Aku lupa smpet kaget kirain asta itu aman, lah kok sma carolin bukan sma ze 🥹 trnyata asta ya si bungsu 🤭
Rainn: Yg anan zee season 2 kapan updte kak?
Nah ini nih ciri khas nya teka teki yg amazing 🤤
DityaR: Anan udah tenang sama Zee, kak.
Asta bukan juga sama carroline, tapi sama .....
total 2 replies
Ummi Yatusholiha
𝚔𝚊𝚢𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚙𝚜𝚒𝚔𝚘𝚕𝚘𝚐 𝚍𝚎𝚑..
𝚜𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚐𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚗 𝚓𝚊𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊𝚒𝚗 𝚟𝚎𝚢..𝚐𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚔𝚕𝚘 𝚊𝚜𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚟𝚎𝚢
Ummi Yatusholiha
𝚑𝚊𝚍𝚎𝚞𝚑 𝚊𝚜𝚝𝚊𝚊𝚊,𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚌𝚊𝚠 𝚍𝚎𝚑 𝚔𝚕𝚘 𝚐𝚒𝚝𝚞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!