NovelToon NovelToon
Civil War: Bali

Civil War: Bali

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Tamat / Spiritual / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:597
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Di masa depan, dunia telah hancur akibat ledakan bom nuklir yang menyebabkan musim dingin global. Gelombang radiasi elektromagnetik yang dahsyat melumpuhkan seluruh teknologi modern, membuat manusia kembali ke zaman kegelapan.

Akibat kekacauan ini, Pulau Bali yang dulunya damai menjadi terjerumus dalam perang saudara. Dalam kehidupan tanpa hukum ini, Indra memimpin kelompok Monasphatika untuk bertahan hidup bersama di tanah kelahiran mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Pada malam yang mencekam di kota Amlapura, Aryandra terlihat berdiri tegak dengan sorot mata yang tajam. Di sampingnya, Alex juga tampak mengepalkan kedua tangannya dengan erat, seolah siap untuk menghantam musuh yang berani mendekat. Mereka berdua saat ini sedang berhadapan dengan Ashura, sang pemimpin absolut wilayah Karangasem.

Meskipun Ashura dapat membunuh seseorang hanya dengan satu pukulan, kedua lawannya kali ini tidak boleh diremehkan sama sekali. Aryandra memiliki kecepatan serangan bagaikan kilat yang menyambar. Sementara itu, Alex memiliki kekuatan fisik yang mumpuni untuk berhadapan langsung dengan Ashura. Kombinasi keduanya adalah ancaman serius bagi sang raksasa dari Karangasem.

“Baiklah, cukup basa-basinya!” Teriak Ashura dengan suara menggelegar, seolah menggetarkan seluruh medan perang. Ia kemudian memasang kuda-kuda seperti seorang pesumo yang siap meremukkan tubuh musuhnya. Matanya menatap tajam, bagaikan seekor hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

"Ayo kita lanjutkan pertarungannya!" Seru Ashura dengan penuh semangat.

Dengan langkah besar yang mengguncang tanah, Ashura berlari ke arah Alex dan Aryandra. Ia mengangkat tinjunya, seolah siap untuk membunuh salah satu dari mereka. Namun, kedua panglima pasukan Badung itu tidak terlihat gentar sama sekali. Alex melangkah maju untuk melindungi Aryandra yang berada di belakangnya. Setiap otot yang ada di badannya terlihat sudah siap untuk menerima segala serangan dari Ashura.

Pertarungan pun dimulai. Ashura dan Alex saling melemparkan pukulan satu sama lain. Tinju Ashura melesat cepat seperti peluru, lalu mendarat tepat di wajah Alex. Suara benturan terdengar keras hingga membuat Alex terhuyung ke belakang. Namun, Aryandra tidak tinggal diam. Dengan gerakan yang sangat cepat, ia menebas paha Ashura menggunakan pedangnya. Meski tidak terlalu dalam, tebasan itu terasa menyengat seperti api yang membakar kulit.

Ashura kemudian meraih rantai berat yang tergeletak di sampingnya, sebagai senjata untuk menghadapi tebasan pedang Aryandra. Rantai itu berputar di udara hingga menciptakan dengungan suara yang memekakkan telinga.

Aryandra kemudian mencoba untuk melancarkan tebasannya lagi, tetapi Ashura berhasil menangkis serangan itu menggunakan rantainya. Saat senjata mereka saling beradu, sebuah percikan api tercipta di antara mereka, seolah menambah kesan dramatis pertarungan.

Di tengah perkelahian sengit itu, Alex menarik sebuah kapak besar yang selama ini terikat di punggungnya. Dengan raungan keras, ia mengayunkan kapaknya ke arah Ashura dengan kekuatan penuh. Namun, serangan itu terlalu lambat bagi Ashura, sehingga ia dapat menghindarinya dengan mudah.

“Akhirnya kau mengeluarkan itu juga, Alex!” Teriak Ashura dengan semangat yang membara. Ia memutar rantainya lagi, lalu mengayunkannya ke arah kepala Alex. Untungnya, Alex berhasil menangkis cambukan rantai itu dengan menggunakan kapaknya.

Tanpa membuang waktu, Alex segera melontarkan sebuah tinju ke wajah Ashura. Pukulan itu berhasil mendarat dengan keras, namun senyuman Ashura malah semakin melebar. Tanpa ampun, Ashura membalas dengan sebuah tendangan keras ke ulu hati Alex hingga membuat napasnya terengah-engah.

“Minggir, Alex!” Teriak Aryandra memperingatkan dengan suara lantang. Ia kemudian melesat di antara mereka berdua, dengan pedangnya yang berhasil menebas dada Ashura. Akan tetapi, tebasan itu masih belum cukup untuk melumpuhkan sang raksasa Karangasem.

Ashura tersenyum sinis melihat sayatan yang terukir di dadanya. “Lumayan juga. Tapi, serangan itu tidak cukup untuk membunuhku!” Ejek Ashura sambil mengibaskan rantainya ke arah Aryandra. Meski berhasil menghindar, tapi serangan itu membuat Aryandra berada di posisi yang terpojok.

Alex, dengan tubuhnya yang masih gemetaran menahan sakit, segera mendorong Ashura menjauh dari Aryandra. Ia kemudian mengayunkan sebuah pukulan uppercut ke dagu Ashura, tapi serangan itu berhasil ditangkap dengan mudah.

Ashura terlihat semakin buas. Wajahnya memerah dan senyumannya semakin lebar hingga memperlihatkan taring-taringnya yang tajam. Ia mengibaskan rantainya dengan liar hingga memaksa Alex untuk mengambil posisi bertahan.

Dari arah samping, Aryandra tiba-tiba melesat seperti sebuah kilatan cahaya. Pedangnya menebas betis kanan Ashura dengan cepat, dilanjutkan dengan tebasan lain ke tangan kirinya. Dalam sekejap, ia sudah berada di belakang Ashura untuk menebas bagian belakang lututnya. Ashura merasakan rasa sakit yang bertubi-tubi, sehingga amarahnya semakin membara.

“Sialan kau!” Teriak Ashura sambil menghempaskan rantainya ke arah Aryandra. Serangan itu berhasil dihindari, namun amukan Ashura semakin tak terkendali. Kibasan rantainya semakin cepat dan pukulannya semakin kuat. Alex terkena tendangan yang membuatnya terhempas beberapa langkah ke belakang, sementara Aryandra kesulitan untuk menyerang balik.

Mereka berdua melangkah mundur secara perlahan untuk menghindari serangan Ashura yang semakin ganas. Tiba-tiba, Ashura memegang ujung rantainya untuk memperpanjang jarak serang. Dengan kecepatan yang nyaris tak terlihat, rantai itu melesat ke arah wajah Alex.

Beruntungnya, Alex berhasil menangkis serangan itu dengan menggunakan kapaknya. Ia mencoba membalas dengan mengayunkan sebuah pukulan ke kepala Ashura. Akan tetapi, untuk yang kesekian kalinya, serangan itu berhasil ditangkap oleh Ashura dengan mudahnya.

“Kau terlalu lambat, Alex!” Ejek Ashura sambil melayangkan tinjunya ke wajah Alex. Saat pukulan itu mendarat di wajahnya, mata Alex tiba-tiba melotot seolah menyadari sesuatu tentang Ashura.

Dari arah kanan, Aryandra kembali melesat dengan pedangnya yang mengincar pergelangan kaki Ashura. Namun, sebelum tebasannya berhasil mendarat, mata Ashura tiba-tiba melotot ke arahnya.

“Jangan mengganggu, sialan!” Teriak Ashura sambil menendang Aryandra dengan kekuatan penuh. Saking kuatnya tendangan itu, Aryandra sampai melayang tinggi di udara sebelum akhirnya terbanting dengan keras ke aspal jalanan.

“Akh!” Rintih Aryandra saat membentur daratan.

Alex, yang melihat sahabatnya tergeletak tak berdaya, seketika berteriak dengan penuh kekhawatiran. “Aryandra!” Teriaknya menggema di seluruh medan pertempuran.

...***...

Di dalam lapas Amlapura, Sekar sedang duduk termenung di dalam selnya sambil menatap api yang berkobar di kejauhan. Kobaran api itu berasal dari gudang senjata dan barak prajurit yang terbakar, menghiasi langit malam dengan cahaya oranye yang menyeramkan.

Suara pekikan perang dan dentuman senjata yang saling beradu menyelinap samar melalui jeruji besi yang dingin. Setiap teriakan dan gemuruh pertempuran membuat hatinya berdebar-debar, seolah mengingatkannya bahwa bahaya semakin dekat.

Dengan langkah gemetar, Sekar berdiri untuk mendekati prajurit yang berjaga di luar selnya. “H-hei, apa yang sebenarnya terjadi di luar sana?” Tanyanya dengan wajah penuh kecemasan.

Prajurit itu menoleh dengan ekspresi yang terlihat masam. “Kau nggak dengar laporan prajurit tadi? Budak-budak kami sedang melakukan aksi memberontak malam ini, tau!” Jawabnya ketus penuh kegeraman.

Sekar menjadi semakin khawatir. Jika pertempuran semakin meluas, lapas ini bisa menjadi sasaran berikutnya. Kalau itu sampai terjadi, nyawanya bisa saja terancam. Ia kemudian menarik napas dalam, seolah memantapkan keberanian untuk memohon kepada prajurit yang ada di hadapannya. “Kondisi di luar bisa membahayakan kita jika pertempuran mengarah ke sini. Karena itu, bisakah kita pergi ke—?”

Blarr! Sebelum Sekar menyelesaikan kalimatnya, prajurit itu memukul jeruji besi dengan kasar. “Duduk kembali sana!” Bentaknya dengan wajah yang memerah karena kesal.

Tiba-tiba, derap langkah kuda terdengar mendekat ke arah lapas dimana mereka berada. Suara keributan di halaman depan mulai terdengar dengan jelas dari balik jendela yang terbuka. Dentuman senjata tajam serta rintihan orang-orang yang berjatuhan seketika memenuhi udara.

Sekar dan prajurit itu saling memandang satu sama lain dengan jantung yang berdebar kencang. Suara gerombolan orang yang menaiki tangga terdengar semakin mendekat, sehingga membuat suasana menjadi semakin mencekam.

Prajurit itu memasang kuda-kuda dengan tombaknya yang diacungkan ke arah pintu. Napasnya menjadi semakin berat, seolah mewakilkan ketakutan yang menggerogoti sekujur tubuhnya. Suara langkah kaki itu kemudian berhenti tepat di depan pintu ruangan penjara. Sekar dan prajurit itu saling memandang karena kebingungan dengan apa yang terjadi. Namun, tiba-tiba, Brakkk! Pintu ruangan penjara terdobrak dengan kasar.

Seorang pria berjubah hitam kemudian muncul dengan pistol yang tergenggam erat di tangannya. Tanpa basa-basi, ia menembak prajurit itu tepat di kepala sebanyak tiga kali untuk mengakhiri nyawanya dalam sekejap.

Sekar mendadak kaku dengan tubuh yang gemetar ketakutan. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria misterius berjubah hitam itu. “A-A… Ampuni aku…” Gumamnya lirih sambil meneteskan air mata.

Orang berjubah itu kemudian membuka tudungnya sambil berjalan mendekat ke arah Sekar. Wajahnya terlihat dipenuhi dengan luka lebam, seolah ia baru saja menghadapi pertarungan yang dahsyat baru-baru ini. “Kau pasti Sekar, kan?” Tanyanya dengan suara penuh wibawa.

“I-iya…” Jawab Sekar lirih, hampir tak terdengar.

Ekspresi pria itu mendadak berubah menjadi lebih santai. Ia lalu berteriak ke arah orang-orang yang sedang menunggu di depan pintu ruangan penjara “Oi, Sekar ada di sini!”

Seketika, para prajurit dari Pasukan Badung segera berkerumun dengan wajah-wajah yang penuh kelegaan dan kegembiraan. “Nona Sekar!” Seru salah satu dari mereka.

“Syukurlah Anda baik-baik saja!”

“Apakah mereka menyakiti Anda?” Tanya mereka dengan nada khawatir.

Sekar masih tertegun melihat orang-orang yang mengerumuninya itu. “Kalian… Pasukan Badung?” Gumamnya menyadari bahwa pasukan milik Aryandra telah datang untuk menyelamatkannya.

Pria berjubah hitam itu terlihat kesal karena ia terdesak di tengah-tengah kerumunan pasukan Badung. “Oi, sudah, sudah! Biarkan aku membuka pintunya dulu!” Omelnya dengan nada jengkel. Setelah diberikan sedikit celah, ia segera mengambil kunci jeruji yang tergeletak di dekatnya, lalu menarik pintu besi itu hingga terbuka lebar.

Ia berdiri tegak sambil menatap Sekar dengan mata yang ramah. “Baiklah, kau sudah bebas sekarang. Sebelum kita pergi, izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Indra Bhupendra, pemimpin kelompok Monasphatika yang menjadi sekutu Aliansi saat ini.” Ujarnya dengan cepat seolah tak ingin membuang waktu.

Sekar mengangguk pelan, lalu matanya beralih ke arah sekelompok orang yang mengenakan jubah hitam. “Kalau begitu, mereka pasti pasukanmu, ya?” Tanyanya kepada Indra.

“Benar sekali.” Jawab Indra sambil mengulurkan tangan kanannya. “Ayo, kita harus pergi dari sini!” Ujarnya lembut, namun penuh urgensi.

Sekar sempat menatap Indra dengan mata yang berbinar, sebelum akhirnya kembali serius. Ia menyadari betapa gentingnya situasi sekarang, sehingga tidak waktu untuk menunjukkan keterpukauannya. Tanpa berpikir panjang, Sekar meraih tangan indra dan mengikutinya keluar dari gedung lapas.

Di halaman depan, suasana mencekam kota Amlapura terasa semakin nyata. Abu sisa kebakaran beterbangan di udara, diiringi dengan simfoni dentingan senjata serta teriakan yang memekakkan telinga. Suasana di sekitar mereka bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan neraka. Sekar menatap sekelilingnya dengan hati yang penuh sesak. “Mengerikan sekali…” Gumamnya lirih.

Indra, yang sudah berada di atas kuda, tersenyum ringan. “Ah, maafkan hal itu. Aku rasa pasukanku terlalu bersemangat tadi.” Ujarnya mencoba menenangkan. Ia kemudian mengulurkan tangannya kepada Sekar untuk membantunya naik ke atas kuda. “Naiklah. Sebentar lagi, kita akan langsung pergi untuk membawamu ke tempat yang aman.”

“Baiklah.” Ujar Sekar sambil meraih tangan Indra. Tak lama kemudian, ia tiba-tiba menyadari sesuatu. “Tunggu dulu. Kalau pasukan Badung ada di sini, itu artinya Aryandra dan Alex pasti ada di sini juga, bukan?” Tanyanya dengan suara penuh harap.

Indra mengangguk pelan. “Benar. Aryandra dan si bule tinggi itu sedang melawan Ashura di sisi lain kota.” Jawabnya sambil menyunggingkan senyuman hangat

Tak lama kemudian, Chakra menghampiri mereka berdua dengan menunggangi kudanya. “Indra, semuanya sudah siap!” Laporannya singkat.

Indra kemudian menarik tangan Sekar dengan lembut. “Naiklah, kita akan berangkat sekarang.” Tanpa berlama-lama lagi, Sekar segera naik ke atas kuda, lalu duduk di belakang Indra. Ia memeluk Indra dengan erat untuk memastikan dirinya tidak jatuh ke belakang.

Sebelum mereka bergerak, Sekar mendekatkan wajahnya ke telinga Indra untuk membisikkan sesuatu kepadanya. “Indra, aku mohon, bantulah Aryandra dan Alex untuk melawan Ashura. Lawan mereka bukanlah sosok yang bisa dikalahkan oleh dua orang saja.”

Indra menoleh dengan senyuman ramah yang tersungging di wajahnya. “Tenang saja, serahkan semuanya padaku!”

1
jonda wanda
Mungkin cara bicara karakter bisa diperbaiki agar lebih natural.
IndraKoi: baik, makasih banyak ya masukannya🙏
total 1 replies
Abdul Aziez
mantap bang
IndraKoi: makasih bang🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!