Laura benar-benar tak menyangka akan bertemu lagi dengan Kakak angkatnya Haidar. Ini benar-benar petaka untuknya, kenapa bisa dia muncul lagi dalam hidupnya.
Ini sudah 5 tahun berlalu, kenapa dia harus kembali saat Laura akan menjalani kisah hidup yang lebih panjang lagi dengan Arkan. Ya Laura akan menikah dengan Arkan, tapi kemunculan Haidar mengacaukan segalanya. Semua yang sudah Laura dan Arkan rencanakan berantakan.
"Aku benci padamu Kak, kenapa kamu tak mati saja" teriak Laura yang sudah frustasi.
"Kalau aku mati siapa yang akan mencintaimu dengan sangat dalam sayang" jawab Haidar dengan tatapan dinginnya tak lupa dengan seringai jahatnya.
Bagaimana kah kisa selanjutnya, ayo baca. Ini terusan dari Novel Berpindah kedalam tubuh gadis menyedihkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
Anya mengerjakan matanya keluar dari lamunan saat Ibu mertuanya menyentuh bahunya. Dengan senyum yang dipaksakan Anya menatap Ibu mertuanya.
"Apakah Ibu salah telah melakukan ini padamu Anya, memberi obat agar kalian melakukan malam pertama. Tubuhmu makin kurus saja, apakah begitu tersiksa hidup dengan Arkan" ucapnya dengan lirih dan penuh penyesalan.
"Entah aku binggung Ibu, Arkan tak pernah menginginkan aku. Sungguh ini membuat aku sakit dan terhina, apalagi sekarang Arkan tak pernah ada dirumah bahkan dia sering mabuk-mabukkan pulang dengan mengigau nama Laura, istri mana yang tak sakit saat suaminya menyebut nama perempuan lain meskipun aku tak mencintainya tapi tetap saja rasanya sakit" jujur Anya tak ingin ada yang disembunyikan.
"Jika kamu hamil tenang saja Ibu akan ada di sampingmu tak usah memikirkan tentang Arkan. Dia sudah terjebak dalam masa lalunya itu. Terlalu mencintai kita ternyata tak bagus"
Anya hanya tersenyum, tapi sulit mendapatkan laki-laki seperti Arkan yang cintanya begitu besar bahkan terus bertahan meskipun disampingnya ada seorang perempuan. Kalau bukan karena obat itu Arkan tak akan mungkin menyentuhnya.
Arkan muncul dengan keadaan berantakan, bahkan dasinya sudah terlepas, kancing pakaiannya juga sudah lepas beberapa.
"Lebih baik kita cerai saja aku sudah muak dengan hubungan ini. Lebih baik sudahi saja dari pada tersiksa, aku tak mau tidur lama-lama dengan perempuan lain selain Laura" ucap Arkan dengan tiba-tiba.
"Arkan apa-apaan kamu ini, Ibu tak akan pernah mengabulkan apa yang kamu mau"
"Ini rumah tanggaku Bu, aku hanya ingin bebas mencari keberadaan Laura. Aku tak mau Laura kecewa saat aku bertemu dengannya karena sudah menikahi Anya, pergilah dari rumah ini kembalilah pada orang tuamu"
Ibu Arkan yang kesal langsung menghampiri anaknya dan menamparnya dengan keras "Kecewa Ibu padamu Arkan, kenapa kamu merendahkan istrimu seperti ini, meskipun tak mencintainya jika ingin menyudahi semuanya kembalikan dengan hormat tidak seperti ini. Ibu tak akan pernah merestui pernikahan kamu dengan Laura kelak" Ibunya Arkan berhenti sejenak menahan amarahnya yang makin besar "Ibu tak akan membiarkan kalian selesai, kamu akan terus bersama Anya ingat itu Arkan"
"Muak aku dengan semua ini, aku hanya ingin mencari Laura dengan bebas tanpa ada beban sedikitpun, aku ingin lepas dari pernikahan palsu ini, aku tak mau seperti Bu"
"Anya hamil, jadi kamu tidak menceraikannya"
Anya tentu saja membelalakkan matanya, hamil dari mana Anya sama sekali tak hamil, saat akan bicara Ibu mertuanya segera menutup mulut Anya.
"Urus istrimu dengan baik dan lupakan Laura, apa sulitnya mencintai yang sudah ada, dari pada mencari yang tak pasti maka bahagian yang ada"
"Hanya sekali langsung bisa jadi tak mungkin" Arkan bahkan tertawa dengan terbahak-bahak mendengar Anya hamil, sungguh diluar nalar menurutnya.
"Apapun bisa terjadi Arkan, meskipun hanya sekali tapi bisa hamil. Kita buktikan Anya pasti hamil dan dirimu tak akan pernah bisa lepas" tantang Ibunya tak takut.
Anya sendiri tentu saja ketakutan, dirinya tak hamil sama sekali tapi kenapa Ibu mertuanya ini begitu yakin. Anya tak mau sampai di maki-maki lagi oleh Arkan.
"Baik kita buktikan sekarang juga ke rumah sakit, aku mau tahu yang sebenarnya" dengan kasar Arkan menarik tangan Anya.
Bahkan teriakan Anya tak mampu membuat Arkan lembut sama sekali. Dia malah makin kencang mencengkram tangan Anya dan menariknya makin kencang juga, membuat Ibunya Arkan khawatir terjadi apa-apa dengan Anya.
Sedangkan keadaan Laura sekarang dia hanya diam termenung saat dokter mengatakan kalau dirinya sedang mengandung. Haidar tentu saja bahagia memang dari awal dirinya sudah tahu.
Bahkan dari tadi Haidar terus menciumi wajah Laura, namun tidak dengan Laura dia hanya diam melamun, didalam tubuhnya sekarang tumbuh janin tak berdosa. Laura benar-benar syok selama ini dirinya muntah-muntah lemas ternyata karena hamil.
"Sayang kita akan memiliki seorang bayi, kamu senang bukan" tanya Haidar dengan senyum merekah.
Laura menatap Haidar sekilas, air matanya mengalir dengan tanpa permisi, lalu menggelengkan kepalanya dengan kuat "Aku tidak mau hamil, bagaimana dengan hidupku, aku tak mau sampai punya bayi"
Haidar mengernyit keningnya "Hidup mu akan bahagia dengan diriku dan anak kita, semuanya akan baik-baik saja kenapa harus khawatir"
"Tidak aku tidak mau" Laura malah berteriak histeris, bahkan sampai memukul perutnya. Dengan cekatan Haidar segera menahan tangan itu.
"Diam lah jangan menyakiti anakku" marah Haidar sambil mengguncang tubuh Laura.
"Aku tidak sudi mengandung anakmu, aku tidak mau ini terjadi, kenapa harus seperti ini. Aku tak mau mempunyai anak darimu" teriak Laura dengan berani "Aku ingin anak ini keluar dari dalam tubuhku, aku tak sudi"
Plak, tanpa ada belas kasih sedikitpun Haidar melayangkan satu tamparan pada Laura. Tentu saja hal itu membuat Laura diam seribu bahasa, bahkan sudut bibirnya pun sudah berdarah.
"Anakku akan lahir meskipun kamu tak menginginkannya Laura, dan setelah itu aku akan menghamili mu lagi tak peduli dirimu menolak, aku tak akan pernah melepaskan mu"
"Laki-laki sialan, aku tak pernah mau ada pernikahan ini, aku tak mau mengandung" kembali Laura berteriak.
Haidar yang tak mau sampai melukai lagi Laura segera pergi dari sana meminta seorang maid untuk menjaganya agar tak melukai perutnya. Mata Haidar sudah sangat merah menahan amarah yang begitu besar.
Kalau tak mencintainya mungkin Haidar sudah membunuh Laura sekarang juga.
"Nyonya tolong tenang jangan seperti ini" minta seorang main yang setia memegang tangan Laura agar tak memukul perutnya sendiri.
"Aku tidak mau ada anak ini, aku tak sudi mengandung anak dari laki-laki itu" Laura menutup wajahnya mengingat kembali Arkan pasti Arkan sangat kecewa padannya, masa depannya sudah hancur semuanya impiannya sudah tak ada lagi.
"Jangan membuat Tuan makin marah Nyonya, lebih baik terima dan jalani semuanya dengan tenang. Jika Nyonya terus seperti ini Tuan bisa menyakiti Nyonya nantinya"
"Aku tidak peduli, lebih baik aku dihabisi olehnya dari pada harus hidup seumur hidup dengannya. Aku tak mau hidup terkurung disini. Kekasih hatiku sedang menunggu aku pulang" teriak Laura tak terima.
Mereka hanya diam tak ada yang berani menjawab takut nyawa mereka yang akan jadi taruhannya kalau Tuannya tahu seperti kedua temannya waktu itu.
Laura sendiri membaringkan tubuhnya dan menangis didalam selimut, kenapa harus hamil kenapa harus ada bayi didalam perutnya ini, kenapa harus terjebak disini. Laura padahal ingin kabur lagi, tapi sekarang akan makin sulit karena adanya anak ini.