Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Kalau begitu, apa kamu juga bisa berdandan seperti Riana yang cantik dan seksi?" tanya Alvian penuh harap.
Padahal niat Alvian hanya ingin melihat wajah Aylin tanpa cadar dan ingin tahu jika istrinya berdandan seperti perempuan lainnya akan seperti apa.
Namun, Aylin justru salah paham dan mengira jika suaminya itu tengah memintanya berpenampilan tanpa hijab, mengejeknya dan membandingkannya dengan kekasih suaminya.
"Jangan pernah bandingkan aku dengan Riana! Aku adalah aku, jadi jangan pernah memintaku seperti dia. Kamu memang suamiku, aku punya kewajiban untuk patuh padamu. Tapi jika kamu memintaku berbuat sesuatu yang dibenci Allah, maka aku juga punya kewajiban untuk menolak, Mas!" sergah Aylin berlalu pergi.
Alvian ingin mengejar Aylin, tapi kakinya seolah terpatri dan tidak bisa bergerak.
"Ah ... Kenapa sih aku selalu salah bicara kalau dengan Aylin? Padahal aku memintanya untuk berdandan di hadapanku saja, bukan di depan umum," batin Alvian kesal pada dirinya sendiri.
Aylin terus beristigfar dalam hati untuk menenangkan dirinya sendiri, ia merasa sangat kesal pada suaminya karena memintanya untuk berdandan seperti Riana yang suka mengumbar aurat.
"Ya Rabb, semoga engkau memberikan suamiku hidayah dan tidak lagi memintaku untuk melakukan hal yang engkau larang."
Aylin tiba-tiba menangis, ia merasa lelah dengan pernikahan ini.
Karena ia dan suaminya memiliki pemikiran yang bertolak belakang.
Entah bagaimana kedepannya jika terus seperti ini, Aylin ingin menyerah tapi masih takut melangkah.
Ia sadar jika perceraian bukanlah jalan yang terbaik, akan terlalu banyak yang kecewa seperti kedua mertuanya yang begitu menyayanginya seperti anak kandung sendiri.
"Ya Rabb, ini adalah ujian terberat dalam hidup hamba. Ketika hamba diberi teman hidup yang tidak sejalan, hamba hanya takut jika kelak terkena tipu daya oleh cintanya dan berpaling dari mencintaimu."
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang begitu keras.
"Aylin, cepat keluar temanku sudah datang," ucap Alvian yang terkesan seperti orang yang sedang memerintah.
"Iya," jawab Aylin mencoba untuk sabar.
Aylin merapikan lagi jilbab dan cadarnya, kemudian memakai kaca mata. Meskipun sebenarnya kedua matanya baik-baik saja.
Hanya saja manik matanya berbeda warna dengan perempuan Indonesia pada umumnya.
Banyak orang yang mengira kalau dirinya memakai soflens dan menjadi perbincangan banyak orang.
Maka dari itu ia lebih menutupinya menggunakan kacamata agar terhindar dari omongan orang-orang.
"Kamu kenapa sih di dalam kamar terus?" tanya Alvian dengan bibir mengerucut.
Sungguh Aylin merasa sangat gemas, ingin sekali rasanya mencubit kedua pipi suaminya atau bibir yang dimanyunkan itu.
Tapi apalah daya, ia hanya berani melakukannya dalam angan saja.
"Heh, ditanya kok tidak dijawab?" tanya Alvian sok ketus tapi dalam hatinya merasa resah.
Aylin memilih memalingkan wajah dan berlalu begitu saja melewati suaminya.
"Ah sial, dia benar-benar marah!" umpat Alvian dalam hati.
Aylin tidak tahu, jika sejak tadi Alvian terus mondar-mandir di depan kamarnya ingin memberi penjelasan soal tadi, tapi dia tidak berani karena gengsi.
Alhasil saat Galih datang dengan spontan Alvian mengetuk pintu cukup kasar sebagai pelampiasan karena Aylin terus berada di dalam kamar.
"Assalamualaikum," sapa Galih begitu melihat Aylin.
"Wa'alaikumsalam," jawab Aylin, dia senang sebab teman Alvian begitu ramah dan sopan.
Sedangkan Alvian hanya melirik saja dari balik punggung sang istri, sebab ia sangat tahu bagaimana karakter Galih yang sesungguhnya.
"Perkenalkan, saya Galih," ucap Galih antusias.
Aylin sejenak tersentak, ia ingat jika nama Galih adalah seseorang yang tadi menghubungi suaminya.
Aylin merasa menyesal dalam hati karena sudah berpikir yang tidak-tidak, namun kemarahan terbesarnya adalah saat Alvian memintanya untuk berdandan seperti Riana.
"Saya Aylin, istri Mas Alvian," balas Aylin lembut.
"Oh iya, saya sangat mengidolakan anda, apakah anda tahu kalau foto anda semakin viral?" tanya Galih antusias.
"Foto siapa?" jawab Aylin tak mengerti.
"Foto anda yang baru turun dari mobil itu loh! Saya kira foto itu, foto mahasiswa yang asal potret saja tapi hasilnya memang bagus. Kebetulan saya juga suka dengan mobil itu, ingin beli tapi sudah tidak ada yang menjualnya lagi," keluh Galih dengan gaya kocaknya.
Aylin hanya tertawa lirih, kalau soal itu dia sudah tahu dari beberapa teman sesama dosen.
Tapi melihat sikap Galih yang berterus terang dan ramah, ia merasa jika Galih pria yang cukup baik.
"Galih, tidak usah basa-basi. Ayo kita segera makan. Aku sudah lapar, dan nanti malam ada acara apa?" sela Alvian sambil duduk di kursi meja makan.
"Yah pokoknya acara penting, aku juga mengundang anak-anak lain," jawab Galih menyeringai.
"Selamat makan, semoga suka," ujar Aylin ramah.
"Iya, terima kasih banyak. Maaf jadi merepotkan," balas Galih.
Alvian semakin kesal dengan kedua mata genit Galih, ia tidak mengira saat di hadapan Aylin, sahabatnya itu bisa bersikap alim dan kalem, membuat Alvian merasa jengah.
Alvian makan dengan lahap, ia bergegas menghabiskan isi piringnya.
"Galih, ayo! Kita harus cepat berangkat. Katanya ini acara penting," sela Alvian.
Galih seketika menganga lebar, sebab makanannya masih tersisa banyak dan tak rela pergi begitu saja.
"Mas, biarkan dia menghabiskan makanannya dulu. Aku juga sudah buatkan salad, belum kalian makan," bujuk Aylin tak suka dengan sikap suaminya pada sang tamu yang dinilai tidak sopan.
"Ya sudah, kalau begitu cepat ambilkan!" titah Alvian.
Saat Aylin pergi ke dapur, Galih langsung berbisik pada Alvian.
"Sial, masakan istrimu luar biasa, Bro."
"Bangsat kamu! Katanya mau melihat mobil, tapi malah genit pada istriku!" umpat Alvian emosi.
"Cie ... ada yang sudah mulai baper nih," goda Galih.
"Ye ... Sorry ya selera aku bukan dia!" elak Alvian.
"Yakin? Kalau begitu untukku saja, deh. Aku yakin jika dia membuka cadar pasti cantik sekali. Makanya suruh dia membuka cadarnya!" balas Galih sengaja memprovokasi.
Alvian seketika teringat kejadian tadi, ia justru malah salah bicara dan membuat Aylin salah paham.
Setelah Aylin datang, mereka berdua seketika terdiam.
"Semoga suka ya," ucap Aylin ramah.
"Pasti suka, semua masakan yang Nona Aylin masak selalu enak," puji Galih.
"Panggilan Nona itu untuk gadis yang belum menikah," sindir Alvian memperingati.
"Oh Iya, maaf. Kalau begitu panggil apa?" sela Galih salah tingkah.
"Aylin saja," jawab Aylin santai.
Galih terlihat sangat antusias menikmati salad buah, tidak henti-hentinya ia memuji Aylin dan sengaja memanasi Alvian.
"Beruntung sekali, Alvian. Dia memiliki istri paket komplit seperti anda. Sudah masakannya enak, tidak neko-neko juga," ucap Galih serius.
"Terima kasih," jawab Aylin juga merasa senang di sanjung seperti itu, sayangnya suaminya malah tidak menganggapnya seperti itu.
"Saya juga mau satu istri seperti anda, pasti akan saya jaga dan saya cintai sepenuh hati. Saya sudah lelah mencintai perempuan yang hanya memandang fisik, nyatanya apa yang sudah saya korbankan tidak pernah dihargai. Saya malah ditinggal selingkuh," ucap Galih yang malah mengutarakan isi hatinya.
"Semoga anda segera mendapat yang terbaik dan menerima anda apa adanya," bujuk Aylin ikut bersedih mendengar cerita teman suaminya.
"Aylin, kalau Alvian tidak menghargaimu datanglah pada saya? Pasti akan saya bahagiakan degan segenap jiwa raga," goda Galih.
Aylin seketika dibuat salah tingkah, kenapa teman suaminya itu malah bicara seperti itu?
**********
**********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼