Carabella Anisha ( berparas cantik,suci dan murni) itulah arti dari nama gadis cantik yang memiliki paras sesuai dengan namanya, itulah alasan sang ibu memberinya nama itu,tapi sayang,jalan hidupnya tak seindah mamanya.
Tinggal di tempat yang terkenal dengan rumah nya para wanita malam, membuatnya menjadi remaja yang pendiam, tertutup juga introvert.
Anak pelacur...julukan itu yang selalu ia terima bahkan sejak ia masih duduk di sekolah dasar, untung ia pintar sehingga dengan mudah bisa mengenyam pendidikan di sekolah elite dan bergengsi.
" Sha... baik-baik saja bunda,mi..kalian tidak perlu khawatir, mereka hanya tidak mau berteman tapi tidak melukai sha,dan sha masih punya sahabat baik " itulah kata-kata yang paling sering ia ucapkan pada dua wanita hebat nya.
lalu bagaimana kah kehidupan nya saat ia terlibat masalah dengan seniornya yang terkenal dingin tak tersentuh.
kaivan ivander( lelaki tampan dan terbaik) persis seperti rupanya,namanya seakan menggambarkan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
" Bagaimana?" para sahabat Ara langsung menghampirinya dan memberondong beberapa pertanyaan saat Ara kembali ke kelas nya.
Ara tersenyum " Alhamdulillah pak kepsek sudah mengatasi nya agar tidak menyebar ke luar sekolah, karena kita sudah mendekati ujian kelulusan" Ara menjawab apa adanya tanpa ada yang ia tutupi.
Huft....
Hembusan nafas lega begitu serentak terdengar dari para sahabatnya,Juno sampai berdrama dengan cara bersujud syukur di atas meja nya.
" Dasar siluman,banyak banget drama Lo" geram Balqis saat melihat tingkah absurd Juno.
" Ra..Lo kepikiran seseorang ngak sih yang nyebarin itu semua?" Aldara bertanya dengan ekspresi serius.
" Ia Ra,gue juga mikirnya gitu,jujur gue curiga nya ke si Mak lampir itu, kan dia yang paling hobby bullying,terus dia juga kan yang beberapa bulan lalu ngerjain Lo" Savira berbicara terus terang tentang apa yang ia pikirkan.
" Hust...jangan bicara sembarangan,ntar jatuhnya ke fitnah,aku ga mau Suudzon ke siapapun,selama belum ada buktinya aku anggap ini salah satu ujian yang Allah berikan untuk aku "
Aldara,Savira,Balqis dan Juno menggeleng mendengar apa yang baru saja Ara ungkapkan, mengapa sih sahabat mereka yang satu ini harus se baik dan se polos itu.
Keadaan terlihat lebih kondusif saat jam istirahat tiba, walaupun Ara memutuskan tidak ke kantin,tidak aneh sih, karena itu memang sudah menjadi kebiasaannya,akan tetapi Balqis dan Juno memutuskan untuk membeli beberapa roti dan susu untuk mereka,dan dua orang itu melihat keadaan sekolah sudah seperti biasanya,dan juga beberapa foto yang tadi pagi menghebohkan sudah tidak lagi terlihat di Mading sekolah, grup sekolah juga sudah mulai sepi.
" Nih makan,minum, menghadapi segala masalah juga butuh energi" Juno meletakkan satu buah roti keju dan satu kotak yogurt rasa blueberry di hadapan Ara.
" Thanks for you Juno" Ara mengucapkan terimakasih dengan tulus pada Juno,ia membuka kemasan roti dan yogurt miliknya dan mulai menikmati nya.
" Your welcome baby" Juno membalas dengan gaya centilnya,khas para makhluk jadi-jadian.
Aldara dan Savira memutar bola matanya jengah dengan tingkah centil Juno" dasar demit" umpat Savira menyindir Juno.
Juno yang di sindir justru semakin berulah,membuat Aldara geram dan melempar nya dengan buku yang berada di tangan nya.
" Apaan sih say,sakit tau" keluh Juno manja.
" Aapean sih sey,sekit teu" Savira meledek Juno dengan bibir meledek habis-habisan.
Savira menirukan ucapan Juno yang menurutnya sangat menggelikan, sedangkan yang di bully memasang wajah cemberut,Ara tersenyum tipis melihat lawak para sahabatnya,untung ada mereka yang begitu baik mau menerima nya menjadi sahabat,tidak seperti di sekolah lamanya yang hampir semua teman sekolah nya menjauhinya, sampai-sampai teman satu kamarnya di asrama ikut menghindari nya,dan itu membuat Ara merasa sangat terkucilkan.
Berbeda halnya di rooptop sekolah,Kai duduk di salah satu kursi yang sedikit terpisah dari kedua sahabatnya,ia menatap punggung tangan nya yang luka dan mengeluarkan darah,kedua sahabatnya diam,memilih menjadi penonton, mereka masih belum tau apa masalah nya.
" Lo kenapa kai?, karena berita itu? dan Lo ga bisa terima faktanya kalau dia memang anak dari istri simpanan pak Ibnu? " Leon bertanya dengan nada serius,namun bukan jawaban yang ia dapatkan, tapi tatapan mengintimidasi khas seorang kaivan yang ia lihat,dan itu terlihat begitu menegangkan.
Melihat wajah tampan kai yang tampak begitu mengerikan,kedua sahabatnya enggan banyak bertanya lagi, terlebih berkomentar, mereka yakin masalah kai cukup rumit.
" Siapa yang berani nyebarin foto-foto itu?" gumam Kai yang masih terlihat begitu sulit menahan emosi nya.
Leon dan Erik saling pandang, mereka tidak pernah tau tentang kehidupan Ara selain gadis cantik itu yang ternyata adalah putri dari istri simpanan kepala sekolah mereka, itulah yang mereka tau, pernah mereka mencoba menyelidiki,tapi mereka tak bisa menemukan apapun tentang data pribadi Ara, seperti nama orang tua kandungnya misalnya.
" Lo mau kemana?" Leon dan Erik segera bangkit dari duduk mereka saat melihat Kai yang tiba-tiba bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka, bahkan tangan sahabat dingin mereka itu masih mengeluarkan darah,kai tak menggubris nya.
kai menuruni tangga dengan langkah yang begitu cepat,kedua sahabatnya setia mengikuti nya dari belakang, mereka juga merasa penasaran apa yang akan sahabat mereka itu lakukan.
Ternyata kai menuju ruang pengawasan lingkungan sekolah,ruang cctv lebih tepatnya,kai mendorong pintu ruangan itu dengan sedikit kencang,membuat beberapa orang yang berada di dalam nya sedikit terkejut dengan kedatangan putra dari sang pemilik yayasan.
" Tunjukkan pengawasan di bagian koridor menuju Mading dan sekitarnya" Seperti biasa seorang kaivan selalu bersikap Bossi saat memerintahkan seseorang,kedua sahabatnya masih setia mengikuti nya dari belakang.
" Ba-baik tuan muda" tanpa membantah,sang petugas ruang pengawasan segera mengotak-atik komputer yang menampilkan seluruh lingkungan sekolah melalui cctv tersebut.
Kai menatap serius pada layar yang menunjukkan keseluruhan pengawasan gedung megah milik orang tuanya,dan saat menit ke dua puluh ia melihat seseorang yang sudah ia tau siapa bahkan dari bentuk tubuhnya, orang suruhan papanya.
Kai mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras dengan gigi bergemerutuk, tatapannya begitu tajam penuh kemarahan.
" Cukup" kai menghentikan sang petugas,tanpa mengucapkan sepatah katapun ia melangkah meninggalkan ruangan itu, langkahnya menuju sekolah sebelah,junior high school, sedangkan leon dan Erik masih terus setia mengikuti nya dengan jarak yang cukup aman.
Di koridor terlihat sepi,bel masuk baru saja berbunyi,tapi kau tidak peduli, langkahnya lebar menuju kelas sembilan A,kelas yang di dalamnya ada wanita yang ingin ia temui, carabella Anisha pastinya.
Tok
Tok
Tok
Kai mengetuk pintu, seorang guru wanita yang baru saja akan memulai pembelajaran menghentikan kegiatan nya,saat mendengar ada suara ketukan di pintu nya.
" Kaivan.. ada apa?" walaupun yang bertanya adalah seorang guru dan yang di tanya adalah mantan muridnya,tapi tetap saja guru muda itu bertanya dengan nada sopan,siapa yang tidak tau siapa pria tampan di depan pintu itu.
" Saya ingin bertemu dengan carabella Anisha" kai menjawab tegas tanpa ekspresi, matanya menatap lurus pada gadis cantik yang tengah menatapnya dengan tatapan terkejut dan penuh tanda tanya.
Guru wanita itu mengangguk" Oh, carabella ya, carabella ada yang ingin bertemu dengan kamu" masih sama,sang guru masih berbicara dengan nada lembut.
" Ta-tapi Mis?" Ara kebingungan,jam pembelajaran baru saja di mulai, bagaimana bisa ia meninggalkan pelajaran nya, sedangkan sang guru baru akan memulai.
Dengan yakin guru muda yang di panggil mis itu mengangguk seraya tersenyum tipis " Tidak apa, temui lah terlebih dahulu,saya tau kamu pintar, melewatkan sebentar pelajaran dari saya tidak akan mengurangi nilaimu,saya mengizinkan" tegas sang guru.
sedangkan ara menjadi bingung harus bagaimana,bukan hanya sungkan pada sang guru,tapi juga ia malu pada teman-teman sekelas nya, yang secara otomatis pasti akan mengatakan bahwa ia hanya di jadikan mainan saja.
" Ayo carabella, jangan membuat rumit saya, kasihan teman-teman kamu yang lainya, mereka pasti ingin belajar" dengan nada sedikit mendesak.