Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 12
Bertepatan dengan pak Wira yang keluar dari rumah Vie, Dirga dan Arga muncul dari anak tangga. Dirga sangat terkejut saat mendapati papanya berada disini. Dari arah belakang ia melihat Vie yang berada di ujung pintu rumahnya.
Berbagai pertanyaan ingin meluap dengan segara.
"Papa ngapain disini? Bukannya papa ada diluar kota?" tanya Dirga.
"Kamu sendiri ngapain disini? Pakai gendong anak orang segala?" sembur papanya.
"Lha, aku abis jemput anak dari karyawan ku. Dia lagi sakit. Papa sendiri? Jangan bilang papa baru saja menemui Vie. Pa, kita perlu bicara." Wajah Dirga mulai memerah, jika tidak ingat sedang membawa Arga, mungkin Dirga sudah berteriak di hadapan sang papa.
"Sudahlah, papa banyak urusan." Wira berlalu begitu saja, membuat Dirga merasa sangat tidak terima. Praduga yang hanya kebetulan membuat Dirga semakin yakin jika Vie memang mempunyai hubungan gelap dengan papanya. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jangan bilang Arga adalah anak dari hasil hubungan gelap papanya bersama Vie.
Dirga mempercepat langkahnya. Ia sangat tidak sabar untuk menanyakan semua ini kepada Vie.
Setelah sampai di tempat tinggal Vie, Dirga segera menyuruh Arga untuk segera masuk kedalam kamar, bermain dengan mainan yang baru saja dibelinya.
"Arga main di kamar dulu ya, om mau ngomong sama bunda Arga. Bolehkan?" Saat ini Dirga sudah bisa mengambil sebagian hati Arga.
"Iya Om. Tapi nanti kalau om Bos mau pulang kasih tau ya." Arga segera berlari ke kamar.
Kini tinggal Dirga dan Vie yang berada diruang tamu. Dirga menatap Vie dengan wajah merah.
"Sekarang jawab dengan jujur apa hubunganmu dengan papa ku? Apakah dugaan ku selama ini bener Vie? Kamu menjalani hubungan gelap dengan laki-laki yang telah beristri, dan yang lebih parahnya itu adalah papa ku sendiri, Vie!" Deru nafas Dirga naik turun menahan amarahnya.
"Jangan-jangan Arga adalah benih hubungan gelap mu dengan papa ku, sehingga sampai saat ini Arga tak tahu dimana ayahnya berada."
Plakk …
Satu tamparan kerasa mendarat pada pipi Dirga. Tangan Vie bergemetar sesaat setelah menyadari kelancangannya. Tapi rasa tidak terima atas tuduhan Dirga membuatnya hilang kendali.
Sementara itu Dirga hanya mengelus jejak tamparan yang kini terlihat memerah.
"Maaf Ga … aku …. "
Dirga tersenyum sinis. "Kamu kira tamparan tanganmu ini akan terasa sakit, Vie? Tidak! Semua ini tak sebanding dengan rasa sakit hati ini yang telah kamu khianati."
Jika Dirga selalu salah paham kepada dirinya, bagaimana dia akan menjelaskan kepada Dirga bahwa Arga itu adalah bibit premiumnya. Apakah Dirga akan percaya begitu saja?
"Cukup, Ga! Kamu sudah keterlaluan! Jika kedatangan hanya untuk menghina dan mencaciku, mending kamu pulang sekarang dan tanyakan semuanya kepada papamu apa maksud dia datang ke rumah ini. Jangan sampai amarahmu membuatmu menyesal. Sekarang pergi, Ga!" Vie setengah berteriak, membuat Arga keluar dari kamar.
Ia mendapati bundanya sedang terisak dan melihat wajah Dirga yang memerah dengan tatapan tajam.
"Bunda kenapa?" Arga memeluk kaki Vie.
"Om Bos, kenapa Om buat bunda Alga menangis? Om jahat! Alga gak mau temenan lagi sama om Bos!" teriak Arga.
Dirga tak memperdulikan ocehan Arga, ia pun segera berlalu pergi tanpa sepatah kata lagi.
Vie hanya bisa memeluk Arga dengan berat. Menumpahkan rasa sakit di hatinya atas tuduhan kejam dari Dirga. Niat hati ingin mengatakan sebuah kebenaran namun, yang ia dapatkan hanya kekecewaan dari Dirga yang tak mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
"Bunda jangan nangis. Kalau bunda nangis Alga jadi sedih."
Perlahan Vie mulai menyeka jejak air mata yang tersisa. Ia tersenyum sambil menatap buah hatinya.
"Iya, bunda gak nangis lagi."
"Janji, Bunda."
Vie mengangguk pelan. "Iya janji."
Hingga malam tiba, ucapan pak Wira masih membekas dalam ingatan. Ternyata pak Wira sudah mengetahui kebenaran ini sedari awal, dan berkat bantuannya hidup Arga tidak kesusahan meski Vie hanya seorang singel parent. Apalagi saat pak Wira mengatakan agar Vie jujur saja kepada Dirga agar anaknya bisa bertanggung jawab dan mau menikahinya tetapi, setelah melihat Dirga tak bisa mengontrol emosinya, Vie menjadi berpikir dua kali untuk jujur kepada Dirga.
*
*
*
Rumah yang besar namun terlihat sangat sepi karena penghuninya terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Dirga masuk dengan langkah kasar dan segera menemui papanya untuk memberi penjelasan kepada dirinya.
"Papa mana, Ma?"
Mama Dirga yang baru saja keluar kamar menatap Dirga dengan heran.
"Kamu tahu darimana papa sudah pulang, Ga?"
"Ma, Mama tau gak, papa itu habis menemui wanita lain, Ma. Selama ini papa punya selingkuhan, Ma."
Anggi, mama Dirga mengernyit dengan penuh keterkejutan atas pengakuan sang anak, pasalnya tidak mungkin suaminya akan melakukan hal yang tak senonoh seperti apa yang telah dituduhkan oleh Dirga.
"Kamu jangan ngaco deh, Ga! Mana mungkin papa kamu selingkuh," bantah mama Dirga.
"Terserah Mama percaya atau tidak."
Dirga berlalu meninggalkan mamanya yang masih mematung, menatap punggung sang anak. Anggi tak sedikitpun mempercayai tuduhan dari Dirga karena dia tau bagaimana perangi suaminya.
Vie mulai masuk kerja dengan biasa saja. Ia berusaha membuang rasa kesalnya terhadap Dirga.
Jane sudah menunggu kedatangan Vie, sementara hampir semua karyawan memandangi Vie dengan tatapan seperti tidak suka. Vie merasa sangat heran dengan perubahan semua rekan kerjanya.
"Jane ada apa?" Vie merasa bingung.
Jane hanya membuang nafas kasarnya dan membawa Vie ke roof top. Mulai menatap Vie dengan iba.
"Vie … aku tau kamu wanita kuat. Dan aku tahu kamu itu bagaimana, aku tidak peduli orang memandang kamu bagaimana."
Vie semakin tidak mengerti saat Jane bertele-tele tak langsung berterus terang kepada dirinya.
"Ada apa sih, Jane? Jangan buat aku penasaran seperti ini!" desak Vie.
Lagi-lagi Jane menghela nafas beratnya.
"Pagi ini entah darimana gosip ini berawal," jeda Vie.
"Gosip apa Jane?"
"Tentang hubunganmu dan juga pak-"
"Pak siapa?" potong Vie.
"Pak Wi-Wira," lirih Jane.
Astaga …. Vie membuang kasar nafasnya dan segera turun ke bawah untuk menemui Dirga. Vie tau jika ini adalah ulah Dirga, siapa lagi kalau bukan Dirga pelakunya? Karena hanya dia yang menuduh Vie menjalin hubungan dengan papanya.
Samar-samar Vie mendengarkan rekan kerjanya berbisik-bisik membicarakan dirinya.
"Pantas saja, dia kan cuma lulusan SMA. Gak masuk akal aja kan, bisa langsung jadi karyawan kontrak begitu aja, kalau gak main belakang."
Vie hanya melirik kedua rekan yang tak dia kenal siapa namanya. Ingin sekali Vie menjahit mulut sampah seperti mereka, jika tidak ingat sedang berada dimana dirinya.
Semua ini gara-gara Dirga. Apa-apaan sih, dia nyebarin berita gak bener seperti ini.
Vie menahan sesak di dada. Ingin rasanya ia menangis dan menjerit untuk mengeluarkan rasa sesaknya. Namun, tiba-tiba saja tubuhnya menabrak seseorang hingga ia pun terhuyung kebelakang.
🌼 Bersambung 🌼
Hayo mana nih dukungannya
🌹☕
Author tunggu ya 😊😊