Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Erina bukannya menolong suaminya yang terjengkang ke belakang malah cekikan tertawa melihat Arshaka.
“Maaf Mas, sengaja kaget soalnya,” Erina membantu suaminya bangun.
“Dasar istri durjana,” canda Arshaka yang tersenyum penuh arti.
Arshaka malah menarik tangannya Erina hingga tubuhnya Erina tertarik dan menindih tubuhnya Arshaka.
“Argh!” Teriaknya Erina yang sudah terjatuh tepat di dalam pelukan suaminya.
Suaranya sampai kedengaran oleh Bu Ulfa dan hanya tersenyum,” semoga calon cucuku cepat on proses dan launching ke dunia.”
Bu Ulfa berjalan ke arah dalam kamarnya karena baru selesai memetik cabe rawit dan tomat dari hasil kebunnya sendiri.
“Aku balas yah, tadi tega banget ngedorong sekarang gilirannya Mas,” ucap Arshaka yang tersenyum nakal.
Arshaka membalik tubuh Erina hingga posisi mereka bergantian. Kedua pasutri itu saling bertatapan, hidung keduanya sudah saling bergesekan.
“Kamu cantik banget sayang,” Arshaka mengusap ujung bibirnya Erina yang merah merona karena memakai perona bibir yang membuat bibir seksi semakin merah bak apel yang masak di pohonnya.
Erina mengalungkan tangannya,” baru sadar suamiku kalau istrimu ini cantik?” Erina mengerlingkan matanya.
“Sedari pertama berjumpa, Mas sudah melihat kecantikanmu. Saat ini Mas semakin menyadari bahwa di dunia ini istriku lah yang paling cantik dari wanita yang pernah aku temui,” ucapnya Arshaka.
“Mas, apa benar kamu belum pernah jatuh cinta kepada perempuan manapun?” Tanyanya Erina sambil menelisik raut wajahnya Arshaka.
“Coba kamu lihat ke dalam bola matanya suamimu ini apakah kamu menemukan jawaban dari dalam sana?” Tanyanya Arshaka yang masih memainkan bibir sedikit tebal bagian bawahnya.
Mereka masih dalam posisi saling menindih dan merasa nyaman dalam posisi seperti itu.
Erina bukannya menjawab malah mengecup sekilas kedua matanya Arshaka.
“Aku sudah menemukan jawabannya,” Erina menunjuk ke arah dada bidang suaminya. “di dalam sini tertulis namanya Erina dan selamanya hanya nama Erina Syifa Mutmainah yang akan abadi untuk selamanya.”
Arshaka mendekatkan wajahnya dan mulai melumat bibirnya Erina, tapi baru saja star pintu kamarnya diketuk oleh Arsyila.
“Shaka, bunda bertanya katanya Lo mau nginap di rumah yang ada di tengah sawah. Apa Lo sudah siap?” Tanyanya Arsyila.
Arshaka mengerang kesal karena kegiatannya terganggu lagi,” kalau gini terus kita harus cepat-cepat balik ke Jakarta.”
Erina terkekeh melihat Arshaka yang misuh-misuh,” sabar suamiku, namanya juga di rumahnya bunda pasti ada saja gangguannya.”
“Tunggu, kami sudah siap-siap kok,” balasnya Arshaka sambil memperbaiki pakaiannya yang sedikit berantakan.
Arshaka berjalan cepat ke arah pintu dan menyembulkan kepalanya dari arah dalam.
“Ada apa!?” Ketusnya Arshaka.
“Kalau mau ke sana katanya bunda mampir ke rumahnya Om Didi dulu, karena kunci rumah yang Lo mau pake kebetulan dipegang sama Om Didi,” jelasnya Arsyila.
“Oh,” balasnya singkat Arshaka yang ingin buru-buru menutup pintu kamarnya.
“Buru-buru amat sih nutup pintunya, kayak Lo ngumpetin maling bibir saja,” candanya Arsyila yang paham dengan apa yang dilakukan oleh adiknya.
Arsyila tertawa ketika melihat ada noda merah di ujung bibir adiknya dan yakin kalau itu adalah listip milik adik iparnya.
“Itu bibirnya habis digigit tawon yah?” oloknya Arsyila.
Arshaka sontak menyentuh bibirnya,” mana ada tawon yang masuk ke dalam kamarku. Lo ngaco.” ketusnya Arshaka yang malu-malu karena pasti itu akibat ulahnya Erina yang menggigit kecil bibirnya.
“Hahaha!” Arsyila tertawa terbahak-bahak sambil berjalan meninggalkan kamar pengantin baru itu.
Erina salah tingkah karena ketahuan sedang melakukan ciuman di sore itu. Hal itu tersebut ketahuan karena menimbulkan jejak kepemilikan di bibir suaminya karena ulahnya sendiri.
Berselang beberapa menit kemudian…
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, pasutri itu sudah di jalan menuju ke lokasi destinasi wisata alam.
Arshaka membonceng istrinya ke area destinasi tujuan mereka. Yaitu di tengah persawahan, di mana terdapat beberapa rumah-rumah kecil.
Penginapan itu seringkali dipakai oleh orang-orang yang sengaja datang menghabiskan waktu liburan bersama keluarga untuk berwisata alam.
Pak Raffi menyewakan beberapa rumah-rumah itu kepada pengunjung yang datang dengan harga yang relatif murah dan terjangkau. Bagi mereka yang ingin menginap dengan suasana yang berbeda dari tempat lainnya yang tentunya masih sangat alami dan jauh dari kebisingan.
Rumah itu berjajar dengan rapi dan dilengkapi dengan fasilitas yang cukup memadai seperti kamar tidur, kamar mandi, dapur mini lengkap dengan perabotannya dan alat elektronik standar.
Ukurannya pun bervariasi tergantung dari keinginan pengunjung yang hendak menyewa rumah dengan tipe ukuran yang disesuaikan dengan bajek mereka.
Arshaka menghentikan motornya di depan rumahnya Bu Reni untuk mengambil kunci. Pak Didi adalah orang yang dipercaya untuk mengawasi dan merawat penginapan milik ayahnya yaitu Pak Raffi.
Keduanya kembali melanjutkan perjalanannya menuju lokasi tempat liburan mereka yang letaknya sekitar tiga kiloan dari rumahnya.
“Masya Allah, pemandangannya indah yah,” ucapnya Erina yang mengagumi keindahan alam yang terpampang jelas di depan matanya.
Berjejeran pegunungan yang menjulang tinggi, hamparan sawah yang terbentang luas sepanjang jalan yang mereka lalui. Padi yang sudah banyak yang menguning, beberapa minggu lagi akan panen raya. Pohon pinus, pohon jati tumbuh di sekitar jalan.
“Kamu menyukainya istriku?” Tanyanya Arshaka.
Erina mengeratkan pelukannya ke pinggang suaminya karena jalan yang mereka lalui berkelok-kelok.
“Alhamdulillah suka banget malah Mas,” Erina terus memandangi panorama alam yang sungguh menyegarkan dan memanjakan matanya.
“Kamu cek baik-baik kan barang bawaannya? Jangan sampai ada yang ketinggalan lagi,” ujarnya yang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan yang cukup rendah.
“Insha Allah semuanya sudah ada sesuai dengan yang Mas minta,” Erina tersipu malu-malu karena mengingat pakaian lingerie seksi yang diminta oleh suaminya.
Semilir angin sepoi-sepoi sore itu semakin menambah kesan natural dan wangi aroma pohon-pohon dan tumbuhan tercium hingga ke hidung mereka.
Beberapa orang-orang yang berpapasan dengannya menyapanya dengan ramah. Erina membalas sapaan mereka dengan ramah.
Arshaka menghentikan mesin motornya ketika sudah sampai di rumah yang paling ujung dan sedikit terpisah dari bangunan lainnya.
“Akhirnya kita sampai juga,” ucapnya Arshaka sambil membantu istrinya melepaskan helmnya.
Keduanya berjalan beriringan ke arah dalam sambil berbagi tugas membawa barang-barang bawaannya. Arshaka khusus tas yang sedikit berat sedangkan Erina hanya membawa tas pouch nya yang berisi perlengkapan perawatan wajah dan tubuhnya.
“Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum,” ucapnya Arshaka setelah pintu terbuka lebar.
“Apa gue ga jatuh dan tangganya ga patah kalau ku injak?” lirihnya.
“Naiklah, kenapa harus berdiri di bawah terus? Apa kamu takut?” Tanyanya Arshaka yang melihat istrinya masih berdiri mematung di depan tangga.
Erina agak ragu untuk menaiki tangga kayu karena ini pengalaman pertamanya memakai tangga kayu. Arshaka menyimpan barang bawaannya kemudian menjemput istrinya.
“Jalan biasa saja, gak usah takut kamu gak bakalan jatuh istriku,” ujarnya Arshaka.
Erina salah tingkah karena ketahuan takut menaiki tangga yang menurutnya pendek dan kecil.
Erina terkagum-kagum melihat desain interior rumah minimalis itu yang semua bahannya menggunakan kayu jati kualitas bagus.
Dari luar tampak bangunan itu terkesan aesthetic dan berbentuk rumah panggung. Tinggi tiangnya hanya sekitar satu meter lebih dari permukaan tanah.
“Rumahnya bagus yah, tapi Mas kalau kita anu apa rumahnya gak roboh,” cicitnya Erina yang sudah berfikir yang aneh-aneh.
Arshaka kembali geleng-geleng kepala melihat tingkah lakunya Erina,” insha Allah enggak bakalan roboh. Ini kayu paling bagus kualitasnya. Kita lompat-lompat pun nggak bakalan rusak apalagi cuma bikin bayi.”
Arshaka sampai melompat-lompat di atas lantai yang terbuat dari kayu jati yang mengkilap. Erina menutup mulutnya Arshaka yang berbicara blak-blakan tanpa saringan.
“Kalau ngomong gituan jangan keras-keras suamiku nggak enak di dengar oleh orang,” protesnya Erina.
Arshaka memeluk tubuh istrinya dengan erat,” kamu menjerit keras pun mereka tidak akan ada yang peduli karena mereka tahu kalau kita ini pengantin baru,” Arshaka malah tersenyum genit.
Erina memukul pelan dada sixpacknya Arshaka sambil berpaling ke arah lain. Ia paling menyukai wajah istrinya kalau dalam mode malu-malu seperti saat ini bikin gemes lihatnya.
Setelah membersihkan tubuh mereka, keduanya melaksanakan shalat magrib berjamaah yang diimami oleh suaminya. Hati Erina selalu adem dan tenang ketika Arshaka melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
“Mas mau ngopi apa teh?” Tanyanya Erina ketika keduanya sudah melaksanakan shalat magrib berjamaah nya.
Arshaka mengerutkan keningnya,“Teh saja, kamu bawa cemilan kan?”
Arshaka ingin bertanya apakah bisa menyeduh teh dengan baik atau tidak, tetapi dia urungkan niatnya karena tidak ingin istrinya tersinggung.
Erina mengangguk sambil berjalan ke arah pantry dapur. Arshaka berjalan ke arah dapur mengikuti istrinya karena dia tidak percaya jika Erina mampu membuat teh.
Arshaka berdiri agak jauh dari pantry dan mengawasi apa yang dilakukan Erina yang tampak seperti orang kebingungan.
Erina menepuk keningnya,” alamak gimana caranya bikin teh yah? Gue kok punya ide gila seperti itu sih! Tawarin mas Shaka minum teh segala.”
Erina merutuki kebodohannya karena tanpa berfikir panjang menawarkan langsung untuk membuat teh.
Erina mondar mandir di depan meja pantry dapur dan kebingungan apa yang seharusnya diperbuat.
“Oh my god! Kalo mas Shaka tau gue gak bisa bikin teh bisa-bisa dia menertawai ku.”
Erina kembali dibuat pusing setengah hidup sedangkan Arshaka hanya diam-diam terus curi-curi pandang melihat apa yang dilakukan oleh istrinya.
Erina mengambil ponselnya di saku dasternya dan membuka Mbah Google untuk mencari tahu bagaimana caranya membuat teh.
Erina begitu serius memperhatikan dengan seksama step by step tata cara orang menyeduh teh dengan baik.
Dia pun mempraktekkannya langsung, dengan penuh kehati-hatian dia mulai nyalakan kompornya dan menuangkan air ke dalam panci.
“Ya Allah, ternyata jadi ibu rumah tangga itu cukup sulit pantesan pahalanya gede kalau melayani suami karena pengorbanannya cukup melelahkan,” gumam sambil menunggu air sepanci penuh yang dimasaknya.
Arshaka tidak ingin mengganggu kegiatan dan usaha kerja keras istrinya dan hanya mengamati apa saja yang dilakukan oleh Arshaka sampai-sampai dengan usil dia malah merekam video aktivitas istrinya.
Erina membuka aplikasi Youtubenya sambil menunggu airnya mendidih. Panci dengan isinya penuh bahkan tumpah-ruah berisi 5 liter lebih hanya untuk membuat dua gelas teh.
“Kenapa airnya tidak mendidih sih? Padahal sudah lebih lima belas menit, apa memang masak air selama ini yah?” gerutunya sambil mengecek jam di ponselnya.
Erina sudah kelelahan menunggu airnya mendidih, tapi sudah hampir dua puluh lima menit barulah mendidih. Erina kaget melihat tutup panci itu melompat-lompat dari atas bibir panci.
“Astaghfirullahaladzim kenapa tutupnya bergerak-gerak?” Erina menjauh dari kompor karena ketakutan.
Suara tawa Arshaka cukup menggelegar memenuhi dapur minimalis itu karena melihat Erina yang ketakutan gara-gara air yang mendidih.
“Hahaha!!” Arshaka sampai memegangi perutnya saking kuatnya tertawa.
Erina mendelik melihat suaminya yang menertawakannya,” bukannya menolong malah menertawai! Dasar suami jahara!”
Janganlah berbuat kejam pada Elma pak dokter karna naluri seorang ibu itu biar apapun yg terjadi akan selalu melindungi anaknya dari marabahaya..
Kamu ga tau hal apa aja yg menimpa Elma semasa mengandungkan putramu.. Ùh sesak dadaku author.. 😭😭😭😭😭
Sabarlah pak dokter..