Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Karma
Ruang kelas 12 IPA 1.
Kini Calista sedang mencatat semua rumus-rumus Fisika yang ada di papan tulis. Calista terus fokus untuk menulis dan juga mengerjakan beberapa soal yang ada di depan papan tulis itu.
Teng teng teng...
Jam pelajaran ternyata telah habis. Seorang guru pun meminta untuk menjadikan soal yang ada di depan itu sebagai pr.
"Karena jam nya tidak cukup, berarti di buat pr ya. Minggu depan di kumpulkan ya?" Kata Bu Anya, selaku guru Fisika.
"Iya Bu..." Jawab murid-murid serempak.
Lalu kemudian kini mereka menunggu jam pelajaran selanjutnya yang tak lain adalah bahasa inggris.
Sembari menunggu guru masuk, murid-murid di kelas IPA itu ada yang langsung memegang hp, ada juga yang langsung tidur, ada juga yang langsung berbicara sana sini, ada juga yang lanjut untuk mengerjakan tugas tersebut.
Deolinda sejak sedari tadi, ia ingin menggoda sahabatnya. Namun semua itu ia tahan Karena waktu Calista masuk ke kelas bel sudah berbunyi dan guru pun sudah masuk.
Jangan mengira Deolinda tidak tau apa yang terjadi di pagi hari. Tentu tau karena itu membuat satu sekolah heboh. Tentang Barra yang membonceng Calista. Hal ini menjadi topik hangat di sekolah saat ini.
Calista sendiri menonaktifkan ponselnya karena dia tau pasti anak-anak sedang menggibahinya sekarang. Jangan dikira Calista juga tidak tau ada beberapa siswa dan siswi yang memfoto nya. Calista tentu tau.
Deolinda menyudahi fokusnya pada buku. Ia memperhatikan Calista yang tampak murung itu. Wajah Calista yang galak namun selalu terlihat imut.
"Ciye ciye... Tadi ada yang boncengan sama Barra. Enak nggak di bonceng Barra?" Tanya Deolinda menggoda.
Calista yang semula fokus pada buku langsung berhenti begitu saja. Dia mendecak karena ucapan itu. "Sialan tuh anak! Pakai ke rumah gue segala!" Kata Calista judes.
Deolinda terkejut. "Ha! Dia nyamperin elo? Dia suka sama elo?" Pertanyaan itu membuat Calista menoyor jidat Deolinda.
"Gue nggak mau sama cowok nggak jelas itu."
"Nggak papa lah, itung-itung Lo buat peringatan sama si uler. Biar dia tau gimana kalau orang yang dia suka di rebut sama orang lain?" Kata Deolinda. Si Elvina sahabatnya itu perlu di beri peringatan supaya tau rasa!
Calista mendesah kasar. Ia benar-benar kejebak dalam situasi ini. "Bener juga. Gue nggak ada niatan untuk ngerebut sih. Gue cuma pengen si uler tuh tau aja rasanya gimana pasangannya di rebut orang lain."
"Yaudah gas aja!"
Di tempat yang sama
Kini Barra, Nelson, Niko, Daren dan Gilang. sedang berada di dalam kelas. Kelas IPS 1 itu sedang tidak ada gurunya. Beberapa dari mereka ada yang main game online bersama.
"Gue kepo sama Calista. Terakhir kali di mobil dia bilang dia nggak mau sama pengkhianat. Siapa pengkhianat itu?" Ucap Barra membuat atensi ke empat sahabatnya itu menatap Barra.
"Pengkhianat?" Beo Daren.
Barra pun mengangguk, dan yang lain pun juga ikut penasaran. "Kalau di lihat, udah pasti orang itu Elvina. Tapi gue kepo, apakah mereka di masa lalu punya masalah? Atau mereka di masa lalu saling kenal?" Barra berfikir keras untuk menemukan jawaban itu.
"Coba Lo cari tau tentang dia lewat hp nya. Kan Lo pegang tuh hp nya!" Saran Gilang yang dari tadi menyimak. Ia tertarik dengan pembicaraan ini karena dia juga menyukai orang-orang seperti Calista.
Barra mengerutkan keningnya. "Emang bakalan ketemu apa? Biasanya kalau musuhan kan saling blokir!" Ucap Barra, ia merasa saran dari Gilang sia-sia.
"Ya emang elo tau kalau mereka saling kenal? Atau sampai blokir blokiran?" Sahut Nelson.
"Iya sih belum pasti Barra. Lo coba deh buka tuh hp!" Saran Niko yang ikut menyimak juga
"Siapa tau ada kan Bar, nggak ada salahnya Lo nyoba. Btw Lo ngapain se kepo itu? Mulai suka Lo?" Celetuk Daren membuat Barra tertegun.
Iya juga sih. Sialan Barra kecolongan dirinya sendiri. Untuk apa juga ia sampai segininya. Padahal tujuan utamanya kan menganggu Calista sebagai hukuman. Ashu! Barra meruntuki dirinya sendiri.
"Nggak mungkin gue suka sama tuh cewek. Buka tipe gue, lagi-lagi gue suka yang sexy." Bantah Barra. "Btw gue daftarin kalian buat ikutan lomba futsal sama sekolah sebelah. Gimana? Gue lupa mau ngasih tau kalian, ada yang nggak minat? Gue yang akan ngomong sama pak Anto!" Kata Barra.
Semua teman-temannya pun menganga mendengarnya. Mereka melongo, pasalnya sejak kapan Barra akan aktif dengan ginian? Kerjaannya cuma main di luar.
"Serius Lo mau ikut lomba? Gue sih seneng. Tapi sejak kapan Lo mau ikut begini?" Tanya Nelson ngotot.
"Gue setuju aja sih. Tapi gue yakin Lo ikut beginian pasti ada alasannya." Sahut Niko.
"Calista ikut?" Tanya Daren lagi-lagi membuat Barra tidak bisa menjawab. Pertanyaan Daren tepat sasaran. Karena memang Barra ikut juga karena Calista ikut. Ya meskipun beda lomba, Calista basket sedangkan Barra futsal.
"Banyak Bacot! Kalian setuju atau enggak?" Ucap Barra membentak mereka. Ia kesal sendiri dari tadi dia merasa di interogasi.
"Oke gue ikut!" Sahut Gilang
"Gue setuju! Justru gue dari dalu ikut!" Sahut Daren.
"Okay semua setuju. Terimakasih!" Kata Barra lalu keluar dari kelasnya.
****
Pulang sekolah.
Sesuai ucapannya Barra tidak akan membiarkan Calista pulang gitu aja. Ia pun menunggu Calista di depan kelas 12 IPA 1.
Semua murid-murid yang sudah keluar pun di buat bingung. Mengapa Barra berada di depan kelas IPA? Kelasnya kan IPS? Barra menunggu siapa?
Lalu Elvina yang baru saja keluar kelas pun tersenyum merekah melihat Barra. Elvina sontak menghampiri Barra dan bergelayut manja di lengan Barra.
"Bar, anterin aku pulang ya!" Kata Elvina manja. Hal itu bukan di turuti oleh Barra melainkan Barra langsung menarik tangannya.
"Apaan sih Lo! Gue lagi sibuk Lo pulang aja sendiri!" Kata Barra. Tak lama dari itu Calista pun keluar dari kelasnya bersama Deolinda.
Calista dan Deolinda melihat ke kanan dan melihat Barra dengan Elvina. Disitu kelihatan banget kalau Elvina memanasi Calista. Elvina terus merengek namun tak di gubris sama Barra.
"Lo pulang sama gue!" Kata Barra langsung menarik tangan Calista. Namun Calista tidak bergerak sama sekali.
"Gue nggak bisa. Gue ada les hari ini!" Kata Calista.
"Les apaan? Dimana? Jam berapa selesainya?"
"Di gedung W, jam 4 selesai."
"Yaudah gue anter!"
"Em, emang nggak papa? Ada cewek Lo tuh!" Kata Calista sembari menunjuk Elvina dengan dagunya.
"Dia bukan cewek gue ayo!" Ucap Barra segera menarik Calista.
Para siswa dan siswi disana pun menganga menyaksikan pengakuan Barra yang tidak mengakui Elvina.
Anjir Lo cewek gatel....
Lo dari dulu emang nggak pernah di terima sama Barra Elvina....
Lo kalah sama Calista hahahha...
"Diem Lo semua!" Teriak Elvina yang kini sudah menahan Malu. Ia mengepalkan kedua tangannya melihat Barra yang terus mengandeng Calista sampai ke parkiran dan mereka berboncengan bareng.
"Ups! Karma akan selalu ada coy!" Ucap Deolinda menyindir lalu kemudian pergi juga.