Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi Yang Cukup Menguras Emosi
****
Pukul 20.00 malam.
Kring ... kring ... suara dering telepon dari handphone milik Fanny.
Fanny mengambil handphone dan melihat ada panggilan masuk dari Cesi. Tak pikir panjang Fanny segera menerima panggilan telepon itu.
"Halo, Ces?" sapa Fanny.
"Halo, Bu? Aku mau laporan!" ucap Cesi.
"Gimana? Ada kabar?" tanya Fanny.
Fanny tak sabar menunggu informasi tentang Diantoro dan Salpa.
"Iya, Bu! Aku udah dapat kabar tentang pak Diantoro. Dia sekarang tinggal di rumah yang ada di pinggiran kota bersama Bu Salpa." sahut Cesi.
'Bener dugaan gue, pasti ada sesuatu!' pikir Fanny.
"Terus ada kabar apa lagi, Ces?" tanya Fanny penasaran.
"Pak Diantoro dan Bu Salpa akan menikah besok, Bu!" jawab Cesi.
"Menikah? Lo serius, Ces?" Fanny meyakinkan kembali ucapan Cesi.
"Aku udah tanya orang-orang di sekitar sana, menurut kesaksian mereka begitu, Bu! Tapi cuma beberapa orang yang mendapat undangan pernikahan untuk acaranya besok." Cesi menjelaskan kembali secara rinci.
"Jam berapa mereka akan menikah besok, Ces?" tanya Fanny.
"Dari undangan yang aku lihat, acaranya akan dilaksanakan mulai jam 9 sampai selesai, Bu!" sahut Cesi.
Fanny kembali terdiam sejenak. 'Bener firasat gue! Diantoro dan Salpa mau nikah besok. Gue harus pikirin cara biar besok pernikahan mereka ketahuan sama Killa!' pikir Fanny.
"Gimana, Bu? Apa ada yang mau Bu Fanny tahu lagi?" tanya Cesi.
"Eh iya sorry, Ces ... gue jadi ngelamun dikit." sahut Fanny. "Buat sekarang udah cukup, thanks ya? Tapi kalau ada info lagi tolong kabarin gue, oke?" ucap Fanny.
"Siap, Bu! Sama-sama." kata Cesi.
"Kirim nomor rekening Lo, sekarang ya?" pinta Fanny.
"Oh baik, Bu ... kalau gitu telepon nya aku tutup ya?" ucap Cesi.
"Oke ..." tutur Fanny.
Setelah telepon dimatikan, Fanny menerima pesan chat berisikan nomor rekening milik Cesi.
Tak pikir panjang, Fanny segera mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening Bank milik Cesi.
Usai menerima kabar dari Cesi, Fanny hanya bisa duduk sendiri sambil memikirkan bagaimana langkah selanjutnya.
"Kasihan Killa ... kok bisa sih punya adik kandung yang kelakuannya kayak setan? Punya suami juga sama gila nya!" Fanny menggerutu karena kesal saat memikirkan tentang Diantoro dan Salpa.
"Moga aja besok gak terjadi sesuatu yang gak di inginkan sama sahabat gue ... udah saatnya si Killa tau soal kelakuan busuk suami sama adik kandungnya sendiri." ucap Fanny penuh harap.
"Besok gue harus minta bantuan siapa ya? Gue harus tetap jaga-jaga, takutnya terjadi sesuatu yang gak di harapkan." pikir Fanny.
Fanny tak bisa berhenti memikirkan hari esok, pikirannya dipenuhi dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi kapan saja. Hingga akhirnya Fanny teringat dengan seseorang yang tak asing.
"Ah ... benar juga!" pekik Fanny. Raut wajahnya berubah seketika dengan perasaan riang. "Rangga! Ya, gue kayaknya harus minta bantuan sama dia." ucap Fanny. "Harusnya si Rangga belum tidur jam segini!" lanjutnya.
Fanny mengambil kembali handphone miliknya yang tergeletak di atas meja, kemudian mulai mencari kontak telepon atas nama Rangga dan mengetikkan sesuatu dalam pesan chat.
"Hi ... selamat malam Rangga, apa kamu udah tidur?" Tulis Fanny dalam pesan chatnya.
"Hi, Fan? Belum nih, ada apa? Tumben nih kamu chat aku?" tanya Rangga.
"Sorry ya kalau gue ganggu malam-malam? Ada hal yang mau gue sampaikan sama kamu." sahut Fanny.
"Sama sekali gak ganggu, Fan! Santai aja. Kenapa, apa ada sesuatu yang penting?" tanya Rangga.
"Iya, ini penting! Tapi gue gak bisa bilang di chat, repot gue ngetiknya, hehe ..."sahut Fanny.
"Ya udah, kalau gitu mau bicara di telepon?" tawar Rangga.
"Em ... atau gini deh ... kalau kamu nggak keberatan, besok pagi kita ketemu di taman kota, gimana?" ajak Fanny.
"Boleh juga tuh ... kebetulan besok aku lagi free, sekalian ajak Killa juga, kan?" tanya Rangga.
"Enggak lah! Justru yang mau gue sampaikan sama kamu itu soal Killa." jawab Fanny.
"Wah ... jadi penasaran nih!" balas Rangga.
"Eh ... tapi by the way ... kamu masih ada perasaan ya sama Killa?" tanya Fanny.
"Rahasia ..." sahut Rangga.
"Yah ... bocorin dikit napa?" pinta Fanny.
"Nanti kamu juga bakal tahu sendiri ..." balas Rangga.
"Hehe ... sorry deh gue kepo, ya udah sampai ketemu besok, Rangga ..." ucap Fanny.
"Oke, sampai ketemu besok, Fan." tutur Rangga.
Usai chattingan dengan Rangga, Fanny mulai di serang rasa kantuk hingga akhirnya Fanny tertidur.
Fanny harus mempersiapkan fisik dengan istirahat yang cukup, karena esok akan ada hal penting yang harus dia lakukan. Bertemu dengan Rangga juga menemani Killa menemui adiknya, Salpa.
Selain itu, Fanny juga harus tetap memantau dan memastikan perusahaan milik Killa aman, berjalan semestinya dan tidak ada masalah apapun yang terjadi di perusahaan saat Fanny melakukan aktivitas diluar jam kerja.
****
Pukul 23.30 tengah malam.
Disisi lain, Darman dan Jefri tengah berusaha melancarkan aksinya untuk mengambil surat rumah yang tersimpan di perusahaan Diantoro, sesuai perintah yang diberikan oleh Fanny.
Darman kembali memastikan, kedua orang penjaga keamanan sudah benar-benar tertidur pulas setelah mengonsumsi obat tidur yang sebelumnya sudah Darman berikan pada mereka.
Setelah dipastikan aman, Darman dan Jefri mengambil semua kunci perusahaan dari saku salah satu penjaga, kemudian mulai mengendap-endap masuk ke perusahaan, sambil menghindari jangkauan CCTV.
Jefri bertugas untuk menutupi setiap sudut CCTV dengan kain hitam, sedangkan Darman mencari ruang kerja milik Diantoro.
Tak lama, mereka menemukan ruang kerja Diantoro dan mulai mencoba satu persatu kunci pintu ruangan itu.
"Cepat ... cepat!" Gertak Jefri, sambil melihat sekeliling, memastikan semuanya aman terkendali.
Setelah berhasil, mereka segera bergegas masuk dan langsung menggeledah semua ruangan termasuk lemari-lemari yang ada disana.
Tapi sudah hampir semua tempat mereka geledah, mereka tak menemukan apa yang di cari, sampai Darman melihat satu tempat yang belum terjamah, ruang di dalam ruangan.
Di dalam ruang kerja Diantoro, ada pintu masuk menuju satu ruangan yang terkunci. Darman dan Jefri mencoba kembali satu persatu kunci yang ada, tapi tak ada satupun yang cocok.
Tak kehabisan akal, Jefri mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka kunci tanpa harus merusaknya. Dan hasilnya memuaskan, pintu itu akhirnya berhasil terbuka.
Mereka berdua mulai masuk, disana tersimpan barang-barang pribadi milik Diantoro dari mulai pakaian hingga tempat tidur, mirip seperti kamar pribadi.
Darman dan Jefri mulai menggeledah tempat itu dengan teliti dan benar saja, disana tersimpan beberapa sertifikat rumah dan juga sertifikat tanah. Mereka mengambil semua berkas-berkas itu karena tugas mereka hanya mengambil sertifikat rumah. Karena tak tahu entah yang mana, jadi mereka mengambil semua berkas yang ada disana.
Setelah berhasil, mereka berdua berusaha keluar tanpa harus meninggalkan jejak sedikitpun, tak lupa mengembalikan semua kunci pada tempat semula.