Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Gray pulang dengan menggenggam segumpalan kertas dengan erat. Pria itu berjalan dengan cepat tanpa menoleh bahkan saat pengawal atau pun pelayan yang menyapa. Tujuannya sekarang adalah satu, kamarnya yang berada di lantai tiga.
Pria itu membuka pintu dengan kasar, namun tidak tampak seorang pun di sana. Ia berjalan masuk, membuka pintu kamar mandi hingga walk in closet. Tetapi sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan seseorang yang ia cari.
Pada akhirnya ia keluar dengan gusar. "Pembangkang," geram pria itu.
Padahal ia sudah memberi titah agar Elodie pindah ke kamarnya, tapi wanita itu sama sekali tidak mendengar. Ia berjalan ke arah kamar sang istri. Namun sampai ke kamar yang biasanya ditempati Elodie, ia tetap tidak menemukan siapa pun, bahkan lemari juga kosong.
Kini jantungnya berdetak dengan kacau. Entah apa itu, tapi ia belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Sebuah perasaan takut yang berusaha ia sangkal.
"Dia pasti di kamar Cedric," gumamnya meyakinkan diri sendiri. Ia berbalik ke arah kamar sang putra, masuk ke dalam tetapi juga menemukan kamar yang kosong.
Deg.
Jantungnya semakin berdetak dengan kencang saat menyadari seragam, buku juga alat sekolah sang putra yang menghilang. Pria itu semakin mengeratkan genggamannya pada segumpal kertas itu.
"Gray." Sebuah suara membuatnya menoleh. Mama Feli berdiri di depan pintu dengan wajah sedih.
"Di mana istri dan anakku?" tanya Gray dengan nada dingin.
"Mama sudah berusaha menahannya, tapi istrimu memaksa pergi," balas mama Feli dengan meyakinkan. Wanita itu tetap mempertahankan wajah sedihnya.
Sementara Gray mengeraskan rahang. Ternyata apa yang dilaporkan sang anak buah tidak ada satu pun yang benar. Padahal hampir dua minggu ia tenang-tenang saja karena Elodie yang sama sekali tidak keluar rumah, juga Cedric yang ikut mogok sekolah.
"Benar Elodie yang memaksa pergi?" Gray bertanya dengan suara menusuk hingga mama Feli sedikit terintimidasi. Namun dengan cepat ia merubah mimik wajahnya.
"Untuk apa mama berbohong. Ya benar, mama tidak suka dengan istrimu. Tapi mama sangat menyayangi Cedric, kau tahu pasti itu. Dia pergi dengan membawa cucu yang sangat ku sayangi, tentu saja mama menahan. Tapi dia memaksa dan mendorong mama sampai menabrak dinding. Mama pingsan dan tidak tahu mereka kabur dari mana." Wanita itu menunjukkan kepala yang diplester dan lengannya yang memar.
"Tapi kenapa mama tidak bilang padaku?" Gray tidak habis pikir, seharusnya mama Feli mengatakannya padanya. Dengan begitu ia akan menambah pengawal hingga melingkari rumah dan tidak membiarkan siapa pun keluar. Atau ia akan langsung terbang pulang dan meninggalkan pekerjaan yang tersisa pada asisten Al.
"Mama tidak mau mengganggu pekerjaanmu. Lihatlah, kau bahkan pulang setelah dua minggu, padahal awalnya kau bilang satu minggu. Itu artinya pekerjaanmu sangat serius."
"Shiit!"
Gray mengumpat dan pergi meninggalkan mama Feli yang tersenyum penuh arti. Wanita itu sedikit lega karena sandiwara yang ia lakoni sepertinya berhasil.
"Tidak sia-sia aku menyakiti diri sendiri," batinnya.
.
.
.
"Elbert?" Clara yang buru-buru ingin menghadiri acara pembukaan restoran Elodie, dibuat oleng saat melihat seorang pria di dalam perusahaannya. Gadis itu berlari kecil sembari menghampiri pria yang sudah menoleh ketika merasa namanya dipanggil.
"Clara? Oh, kamu kerja di sini ya?" Clara mengangguk cepat, gadis itu tersenyum saat Elbert menatapnya.
"Kamu sendiri? Kenapa ada di sini?" tanya Clara penasaran.
"Aku sedang mewakili penulis Cresent Moon untuk berdiskusi dengan pihak kalian."
"Oh? Sudah ada kabar dari penulis Cresent Moon?"
"Seminggu yang lalu dia menghubungiku dan meminta tolong untuk mewakilinya mengurus perubahan kontrak dengan perusahaan kalian," sahut Elbert yang dibalas anggukan mengerti dari Clara.
"Ngomong-ngomong kamu mau kemana? Kelihatan buru-buru sekali."
"Oh astaga, aku hampir lupa. Aku harus menghadiri pembukaan restoran sahabatku. Oh iya, kamu mau ikut bersamaku?" Clara menepuk dahinya pelan sebelum menatap pria di depannya penuh harap.
Elbert berpikir sejenak. "Boleh saja, kebetulan setelah ini aku tidak ada pekerjaan lagi."
Clara tersenyum, gadis itu sebenarnya ingin melompat girang, namun berusaha ia tekan agar tidak mempermalukan diri sendiri. "Kalau begitu kita pergi bersama?"
"Tentu saja, aku tidak tahu di mana letak restoran sahabatmu."
Keduanya berjalan keluar bersama dengan Clara yang merasa hatinya berbunga-bunga.
"Bagaimana kalau kita semobil. Aku akan mengantarmu," tawar Elbert saat mereka sampai di depan gedung perusahaan.
Clara mengulum bibirnya yang terasa terus tertarik lebar. Teringat sesuatu ia jadi ingin memastikan karena penasaran. "Memangnya tidak ada yang marah, kalau aku semobil denganmu hanya berdua?"
Elbert tertawa kecil, pria itu menggeleng pelan sebagai jawaban. "Tidak ada yang berhak marah. Aku masih single," balas pria itu tegas tanpa ditutup-tutupi.
Semakin berbunga saja hati Clara, kali ini ditambah kupu-kupu yang terasa berterbangan hingga menggelitik. Gadis itu tak menutupi lagi, ia tersenyum lebar hingga Elbert tertawa geli dengan tingkahnya yang tampak lucu di mata pria itu.
.
.
.
Elodie yang tidak mengira di hari pertama restorannya buka sudah seramai ini, akhirnya turun tangan ikut membantu. Wanita itu sibuk ke sana ke mari, nanti membantu di dapur, nanti membantu di meja pemesanan, bahkan juga ikut mengantarkan pesanan pembeli. Asalkan saat ia melihat karyawannya yang sudah sedikit kelabakan, ia akan turun tangan meringankan.
Semua berkat seorang gadis kecil yang kini duduk santai di lantai dua restoran bersama putranya. Elodie tidak menyangka, ternyata Ciara cukup eksis di media sosial. Anak itu bahkan memiliki puluhan ribu pengikut yang selalu setia menunggu postingan terbarunya.
"Selamat datang di DieCla Fried Chicken," sambut seorang pria di depan pintu restoran dengan sopan. Beberapa wanita yang baru masuk itu tersenyum malu-malu saat melihatnya.
"Bukankah dia sangat tampan?" bisik salah satu wanita itu pada dua temannya yang langsung mengangguk setuju.
"Benar, dekorasi restoran ini juga sangat bagus. Jika makanannya enak, aku akan langganan di sini saja. Hitung-hitung selain refreshing perut, juga refreshing otak dan mata." Mereka tertawa dan Elodie memperhatikannya. Wanita itu tersenyum puas saat melihat pengaturannya yang berhasil.
Sepertinya kriteria tinggi, tampan dan kekar di bagian penyambutan dan pemesanan adalah pengaturan yang tepat. Juga gaya restoran vintage dengan sentuhan modern, membuat setiap mata yang melihat akan termanjakan.
Ia lalu melihat beberapa pesanan yang sudah siap namun belum diantar. "Bos, biarkan mereka saja yang antar," ujar seorang chef saat Elodie mulai mendorong troli makanan.
Wanita itu tersenyum dan menggeleng bersamaan. "Aku akan membantu kalian," sahut Elodie mulai berjalan pergi.
"Meja 12," gumamnya sembari memandang ke segala arah. "Itu dia."
Elodie sudah hampir sampai di meja tersebut, namun pergelangan tangannya ditarik dengan kuat. Wanita itu refleks berbalik hingga mengikuti langkah seorang pria yang menariknya.
.
.
.
Elodie otw jadi wanita kuat. Tapi siapa yang narik? Gray kah?
bukan utk d sakiti🤭
sbnarnya apa sih alasannya El kawin SM lakik model dajall itu
kyknya ada sngkut pautnya SM tmennya si El deh
trus si mertua ada dendam apa sama El ya smpai benci gitu
ksihan si el
emang siapa lagi yg pkai kekerasan dn TDK pyk pri kemanusiaan 😤🙄😒🤬😡😠🤭🤭
jgn mau d rendahkan muku🙄
punya Daddy g ada pendiriannya
tp buat gray kalang kabut biar nyaho😁🤭