Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
“Mengapa kau yang harus pergi?”
“Ini tidak adil!”
“Aku akan berbicara pada Davian”
“Apa kau lupa Davian lah yang membagikan tugas ini”
Terdengar percakapan Jamie dan Ael di dalam menuju balkon, mendengar suara keduanya yang semakin dekat Odelia segera bangkit dan merapihkan lengan gaunnya. Adrian masih tidak memahami pertanyaan Odelia, ia bangkit dan menatap Odelia mencoba memahami arti di balik pertanyaanya.
“Selamat siang Cath”
“Ini bunga yang indah untuk mu wanita yang tak kalah indahnya” Jamie memberikan karangan bunga tulip berwarna pink pada Odelia.
“Terimakasih, Jamie” Odelia menerima karangan bunga dan tersenyum.
“Apapun untuk mu” Jamie mencium tangan Odelia, Ael melirik sinis pada Jamie yang kembali bertingkah. Sementara Adrian hanya terdiam melihat karangan bunga di pelukan Odelia.
“Seseorang bantu aku membawa puding di meja bawah” Penelope masuk membawa baki berisikan es krim di tanganya.
“Aku akan mengambilnya” Adrian pergi. Odelia meliriknya sesaat dan Ael menyadari ada hal yang aneh di antara keduanya.
“Tolong, pindahkan kursi di sana kemari” Penelope menatap Ael dan Jamie. Ael menarik kerah kemeja Jamie untuk membantunya.
Mereka menikmati hari yang cerah dengan makanan manis dan dingin bersama, membicarakan banyak hal dan tertawa bersama. Adrian dan Odelia bertindak seperti biasa melupakan sesaat apa yang telah mereka lakukan.
......................
“Selamat siang” Penelope serta Odelia memasuki toko, semua orang terkejut melihat keduanya datang.
“Bagaimana kabar kalian?” Elio melepas topinya bertanya pada keduanya.
“Kami baik-baik saja” Penelope dengan ceria, semua orang tersenyum bahagia melihat keduanya baik-baik saja.
“Mengapa kalian kemari?”
“Tuan Laurent sudah melarang kalian” Elio mengingat perkataan Tuan Laurent tentang kondisi mereka.
“Hanya merindukan kalian”
“Apa tidak ada yang merindukan ku?” Penelope membuat wajah sedih.
“Katakan yang sejujurnya” Elio memukul kepala Penelope dengan topi di tanganya.
“Akh! lusa aku akan kembali berkerja itu saja” Penelope mengeluh kepalanya.
“Kau sudah membicarakan ini dengan Tuan?” Elio menatap curiga pada Penelope.
“Tentunya! Catherine akan kembali tiga hari kemudian”
“Jika kau tidak percaya tanyakan saja langsung “ kedua tangan Penelope bertolak di pinggangnya dengan bangga.
“Ya ya ya aku percaya akan hal itu”
“Duduklah, kalian harus mencoba roti untuk persiapan festival nanti” Elio mengibaskan tanganya.
Penelope dengan semangat menuju dapur untuk mencoba roti dengan rasa baru.
“Cath, ia tidak memaksa mu kan?” Elio menutup mulutnya dengan topi dan berbisik pada Odelia.
“Tidak” Odelia tertawa.
“Syukurlah, cepat sebelum dia menghabiskan semua roti” Elio segera berjalan menuju dapur, Odelia tersenyum mengikutinya.
......................
“Berhati-hatilah, Pen” Odelia melambaikan tanganya kemudian menutup pintu, hari ini merupakan hari kedua Penelope kembali berkerja.
Mengambil keranjangnya Odelia akan berbelanja, mengunci pintu berjalan menuju pasar melewati alun-alun kota yang ramai. Bunga-bunga bermekaran dengan indah, beberapa toko telah menghiasi dengan karangan bunga yang indah Odelia senang melihat pemandangan ini.
Setelah berbelanja, dengan di tanganya Odelia berjalan melewati alun-alun kota. Berhenti sesaat memandang toko perhiasan mewah Odelia memikir mutiara jiwanya, ia pun pergi menuju toko untuk memastikan keberadaan kalung itu.
Memasuki toko, Odelia segera melihat tempat kalung itu berada namun kalung itu sudah tidak ada.
“Apa seseorang telah membelinya?”
“Nyonya, anda menyukai salah satu kalung ini?” pelayan muda menghampiri Odelia.
“Permisi, apakah kalung dengan mutiara berwarna ungu di sini telah di beli seseorang? Odelia bertanya pada pelayan itu.
“Ya nyonya, salah satu bangsawan membelinya”
“Jika anda menyukainya, kami memiliki model yang sama dengan kalung itu”
“Nyonya,anda tertarik?” pelayan muda mencoba membujuk Odelia.
“Tidak, terimakasih”
“Permisi” Odelia meninggalkan toko.
“Siapa yang membelinya?”
“Dengan harga yang cukup tinggi dan legenda mengenai duyung”
“Seseorang benar-benar membelinya”
“Aku harus mencarinya” Odelia merenung dalam perjalanan pulangnya.
“Catherine….” Seseorang memanggilnya.
Odelia melihat Jamie mengendarai kereta kuda dengan gerobak berisikan beberapa prajurit dan pengawal istana, di belakang mereka terdapat beberapa kereta kuda yang mengikuti dengan keranjang besar mengisi kereta.
“Bagaimana keadaan mu?”
“Pergi berbelanja?” Jamie menghentikan keretanya menyapa Odelia.
“Lebih baik, ya..” Odelia memperlihatkan keranjangnya.
“Kalau begitu, pergilah bersama kami”
“Kami akan menuju ladang bunga di belakang hutan itu” Jamie menunjuk hutan saat Odelia berjalan di tengah malam.
“Aku tidak akan meganggu tugas mu kan?” Odelia melihat prajurit dan pengawal di kereta.
“Tentu saja tidak, kami membantu dan mengawal para petani untuk memetik bunga” Jamie menatap rekan-rekan di belakangnya dan mereka tersenyum pada Odelia.
“Baiklah” Odelia setuju, Jamie bergembira menjulurkan tanganya untuk membantu Odelia menaiki kereta.
“Letakan keranjang mu bawah sini” Jamie mengambil keranjang dari tangan Odelia, mendorongnya ke bawah kursi tempat ia mengemudi kereta.
“Gunakan topi ini” Jamie mengambil topi jerami di atas keranjang dan memakaikannya pada Odelia.
“Terimakasih” Odelia senang menerima topi itu, ia mengikat tali di topi pada dagunya.
Kereta segera kembali berjalan menuju ladang bunga.
Keluar dari kawasan kota melewati bukit rumput dekat hutan, Calix telah kembali bertugas. Ia mengawasi para penebang pohon membawa kayu untuk festival melihat rombongan kereta akan memasuki hutan menuju ladang bunga.
Saat kereta melewatinya, ia melihat Odelia di kursi pengemudi tertawa berbicara dengan Jamie di sebelahnya.
“Apa yang ia lakukan bersama mereka?” Calix melihat Odelia mengenakan gaun biru muda dengan topi kuning jerami di kepalanya.
Jamie menyadari Calix memperhatikan mereka, ia dengan senyum liciknya dengan sengaja menyelipkan rambut Odelia ke belakang telinganya.
“Rambut akan menutupi mata, Cath” Jamei melirik Calix dengan bangga.
“Terimakasih” Odelia merapihkan rambutnya.
Melihat tindakan Jamie, Calix merasa kesal dengan raut wajah sombongnya.
Kereta memasuki hutan, bayang-bayang daun menutupi wajah Odelia.
Kicauan burung terdengar udara sejuk membuat Odelia sangat nyaman, ia menutup matanya bersandar pada kereta menikmati suasana ini.
“Lain kali, ayo kita berburu di hutan belakang bukit itu Cath”
“Di sana lebih indah” melihat Odelia yang menikmati suasa hutan, Jamie mengajaknya berburu.
“Benarkah?” Odelia tertarik mendengar itu,bertanya pada Jamie tanpa membuka matanya.
"Tentu saja” Jamie dengan bangga.
“Baiklah, jangan lupakan janji mu” Odelia melirik Jamie.
“Kami akan ikut pergi berburu dengan mu, Jamie” pengawal yang duduk di belakang Jamie menepuk pundaknya.
“Hey! Kalian tidak perlu ikut” Jamie menatap kesal pada rekannya.
“Ayolah Tuan muda Jamie, bawa kami bersama mu”
“Aku akan membawa mu ke bar di dekat dermaga”
“Ku dengar terdapat wanita cantik di sana” pengawal itu seolah-olah berbisik pada Jamie, namun semua orang dapat mendengar perkataanya.
“Hey! Tutup mulut mu” Jamie kesal dan gugup melirik Odelia di sampingnya.
Prajurit dan pengawal mereka semua tertawa melihat Jamie termasuk Odelia ikut tertawa.
Cahaya terlihat di ujung hutan, kereta keluar. Odelia terpukau melihat hamparan ladang bunga tulip di hadapanya. Terdapat beberapa kereta di tepi jalur ladang bunga, keranjangnya yang berisikan satu warna tulip memenuhinya. Para petani memetik bunga di ladang.
"Kita memetik bunga di ladang Tuan Louise, di sana” Jamie menunjuk pada ladang dengan tulip putih dan merah serta sedikit warna pink.
Seorang pria dewasa di temani anak kecil melambaikan tangan pada kereta.
“Kak Jamie!” remaja muda itu semangat melihat kedatangan Jamie.
“Selamat pagi, Tuan Louise” para petani di belakang kereta menyapa Tuan Louise.
“Selamat pagi semuanya”
Jamie segera turun dari kereta, membantu Odelia menuruni kereta.
“Kalian dapat langsung memetiknya dan istirahat di tengah hari”
“Kemudian kembali memetik sebelum senja” Tuan Louise berbicara pada para petani.
“Kak Jamie, lihat ini aku menangkap beberapa jangkrik di kebun sana”
“Siapa dia?” Anthony menunjukan toples beriskan beberapa jangkrik pada menatap Odelia.
“Wah itu keren, Tonny”
“Perkenalkan, kakak cantik ini Catherine” Jamie mengusap kepala Anthony dan memperkenalkan Odelia dengan bangga, Odelia tersenyum tipis pada Anthony.
"Catherine, ini Anthony" Jamie mengacak-acak rambut Anthony.
Anthony terpukau melihat kecantikan Odelia.
“Selamat pagi, Lady Catherine” Anthony mencium tangan Odelia sebagai tanda kesopanan.
“Selamat pagi” Odelia tidak menyangka di usia Anthony yang masih
anak-anak ia dapat melakukanya, Jamie pun ikut terkejut.
“Schlender?”
“Catherine Schlender!” Tuan Louise memanggil Odelia.
...----------------...