Istri Pilihan Ibu

Selama 4 hari ini Riana pergi keluar untuk mencari kakaknya. Sebelumnya Riana sudah meminta izin pada suaminya untuk pergi disaat dirinya kerja dan Rendra pun menyetujuinya. Riana akan menitipkan anaknya pada mertuanya sebelum dia berangkat mencari kakaknya.

Sudah hampir 3 tahun Desi menghilang. Hari ini, Riana mendapat info dari tetangganya kalau dia melihat Desi di Jakarta Barat. Rendra menyuruh sahabatnya Didit, untuk mengantarkan istinya pergi ke sana. Dia tidak bisa mengantarkannya karena ada pekerjaan yang tidak dapat di tinggalkan.

Selama perjalanan Riana menunjukan jalan sambil melihat maps di layar ponselnya. Akhirnya mereka sampai titik sesuai yang ada di dalam maps. Keduanya pun turun dari mobil. Riana mulai menanyakan satu-persatu orang-orang yang ada di sekitar sana. Tapi, tidak satu pun dari mereka melihat wanita yang Riana maksud.

Salahnya dia tidak membawa foto kakaknya karena, saking bahagianya Riana yang mendapat izin dari suaminya setelah berbagai macam permohonan dia layangkan untuk suaminya. Karena memang awalnya Rendra tidak mengizinkan dirinya pergi, mengingat jarak antara rumah mereka dengan tempat yang dituju sangat jauh. Inilah alasan mengapa Rendra menyuruh Didit untuk mengantarkan istrinya.

Setelah 3 jam bertanya di masyarakat sekitar, keduanya tetap tidak menemukannya. Keduanya memilih istirahat sejenak di dalam mobil, karena memang mereka lelah setelah 3 jam berkeliling. Riana mengambil air mineral yang ada di sampingnya.

“Lo, ga punya fotonya?”

“Punya Kak, cuma aku lupa saking senengnya dapet izin dari Mas Rendra,”

“Emang Rendra seposesif itu ya? Heran Gue ma tu anak. Dia ga pernah seperti ini sebelumnya,”

“Maksud Kak Didit?” Riana memang tidak mengerti apa yang dibicarakan sahabat dari suaminya itu.

“Rendra itu orangnya cuek banget, maaf ya aku cerita ini dikit. Pacarnya yang dulu pun tidak pernah sama sekali dia perhatikan seperti dia memperhatikanmu. Sampai Gue dan Eki mengira dia cowok yang tidak akan pernah memiliki perasaan. Tapi, semenjak menikah sama Lo, dia terlihat berubah sangat drastis. Rendra sangat jarang tersenyum dan dia tipikal orang yang sangat gila kerja. Dan sekarang, Lo tau sendiri gimana?” Riana langsung tersenyum mendengarnya.

“Waktu awal bertemu, Mas Rendra seperti itu kok. Aku juga merasa kaget, ternyata Mas Rendra orang yang lembut dan penyayang,” Mendengar itu Didit tertawa membuat Riana merasa heran.

“Gue merinding dengernya. Asli Ria, dia ga pernah seperti ini dan Gue salut sama Lo, karena bisa membuat Rendra mengeluarkan sikap aslinya.” mendengarnya Riana pun ikut tertawa.

“Oiya ... Apa mau dilanjutkan atau mau pulang aja?” tanya Didit. Riana langsung melihat jam tangan, betapa kagetnya dia melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 16.30.

“Kak, mending kita pulang aja, Mas Rendra sebentar lagi pulang,” Didit mengangguk.

Benar saja, saat sampai di rumah Rendra sudah menunggu kedatangan sang istri di taman depan rumah mereka. Melihat mobil sahabatnya datang, Rendra pun menghampiri keduanya.

“Bro, thanks ya ....” ucap Rendra.

“Santai aja bro. Oia besok kalau masih mau nyari kakak lo, jangan lupa bawa fotonya ya!” Riana tersenyum mengangguk. Rendra melihat senyuman dari sang istri tiba-tiba merasa badannya panas dan ada yang sakit di dalam hatinya.

Ada apa dengan aku? Kenapa tubuh ini merasa sangat panas melihat Riana tersenyum pada Didit?

“Woy ... Parah gue di cuekin,”

“Ah ... Iya, ada apa?” Rendra tidak sadar sejak tadi Didit pamit padanya untuk pulang.

“Gue balik, kalau besok buruh bantuan Gue lagi kabari aja ya,”

“Ga usah Bro, biar Gue yang anter istri Gue, sekali lagi thank ya,”

“Yakin lo? Proyek Lo gimana?”

“Ya, kan ada Lo sama Eki. Kalian atur berdualah,”

“Yaelah, itu sama aja Lo minta bantuan Gue. Ya udah Gue pamit ya, Ria Gue pulang dulu,”

“Hati-hati di jalan ya Kak, terimakasih untuk hari ini,” Ria melambaikan tangannya sambil tersenyum. Rendra terus saja memperhatikan istrinya.

Dia menyesal menyuruh Didit mengantarkan istrinya. Walaupun tidak terjadi apa-apa dengan mereka, tapi jujur Rendra cemburu. Hatinya semakin panas dan merasa kesal, dia pun masuk duluan ke dalam meninggalkan istrinya. Setelah mobil Didit keluar dari gerbang rumah, Riana berniat untuk mengajak suaminya masuk, baru sadar kalau suaminya sudah tidak ada di sampingnya. Dia pun segera menyusul suaminya masuk ke dalam.

“Mas, kamu kenapa dari tadi mukanya terlihat kayak lagi kesal?” Rendra tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya.

“Menurut kamu?” Riana semakin tidak mengerti. Dia menghampiri suaminya yang sedang duduk di ruang tengah menghadap TV . Riana melingkarkan tangannya di pinggang Rendra dan mengecupnya.

“Aku mana tau kalau Mas ga bilang. Oia Mas, kita jemput Salsa dulu yu! Kasian Ibu kalau kita ga jemput”

Dengan seketika hatinya menjadi luluh dan dia pun menuruti ajakan sang istri. Tapi, rasa cemburunya hari ini belum hilang. Rendra berencana akan membuat perhitungan dengan istrinya nanti malam.

.

.

.

.

~Bersambung~

Ditunggu Like, komen dan votenya ya.

Kalau kalian memang menyukai novel ini mohon bantuannya Vote sebanyak-banyaknya...

Terimakasih ....