NovelToon NovelToon
Brondong Gila,Bulan

Brondong Gila,Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Cintamanis / Playboy / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:48.5k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!


Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.

"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.

Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.

"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.

"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wira

Cakra masih terpaku di tempar dengan hati yang terbakar api cemburu, meski ia belum tahu siapa pemuda yang bercanda bersama Aluna kesayangannya. Entah saudara atau teman, tapi sentuhan Aluna pada pemuda itu membuat hati Cakra gatal.

Ponsel Cakra bergetar, tanpa mengalihkan tatapan pada jalan raya dimana Bulannya menghilang. Cakra mengambil benda pipih dari saku. Sekilas ia melihat foto gadis berseragam putih abu-abu yang ia gunakan untuk wallpaper sebelum mengeser logo hijau untuk mengangakat telepon yang masuk.

"Hallo."

"Hallo Cak, lo dimana? udah pulang ngampuskan? bengkel rame banget nih, kalau bisa lo pulang sekarang,"ucap seorang laki-laki di ujung lain sambungan telepon.

"Iya, gue pulang sekarang," jawab Cakra lalu menutup sambungan teleponnya.

Meski Cakra masih ingin di sana menunggu Aluna pulang, tapi Cakra tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya sebagai mekanik bengkel tempat ia bekerja dan tinggal sekarang, meski dia sedang sakit, sakit badan dan sakit hati juga.

Pemuda tampan itu mengambil nafas dalam, sebelum berjalan menghampiri motor hitam miliknya. Suara mesin motor seketika menderu kencang, seiring tarikan gas yang semakin ketat. Kuda besi beroda dua itu membelah ramainya jalanan dengan kecepatan tinggi.

Sementara itu di dalam mobil berwarna ungu yang sedang melaju, Aluna hanya diam. Tatapannya kosong, ia hanya menatap jalanan di depan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Jenendra yang duduk di sampingnya merasa heran dengan perubahan sikap Aluna setelah meninggalkan rumah atau lebih tepatnya saat Jenandra bertanya siapa pemuda yang berdiri di depan gerbang rumah Aluna.

"Kak Aluna kenapa?" tanya Jenandra yang sudah tidak tahan dengan diamnya sang kakak sepupu.

"Nggak apa-apa kok," jawab Aluna tanpa menoleh.

Jenandra pun diam dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi, mungkin kakaknya itu sedang ada masalah yang tidak ingin ia ceritakan. Aluna seharusnya senang, tapi melihat raut muka Cakra yang kesal dengan tatapan tajamnya membuat Aluna merasa gelisah.

Rasa gelisah yang sama dengan alasan yang berbeda dirasakan oleh Cakra. Jika Aluna gelisah dalam bimbangnya melihat, maka Cakra gelisah dengan rasa bersalah dan takut kehilangan.

Tatapan Cakra yang tadinya fokus menatap jalanan dengan berisiknya kepala perlahan memicing, saatr menangkap sosok seorang pria yang berdiri di samping mobil yang terparkir lima puluh meter sebelum bengkel mobil Flashline.

Cakra berdercih,ia berusaha acuh dan pura-pura tidak melihat pria itu. Namun, pria itu malh berjalan ke tengah jalan dan melambai, mengisyaratkan Cakra untuk berhenti. Mau tak mu Cakra pun menepikan sepeda motornya sesuai keinginan pria itu. Setelah menstandarkan motornya Cakra pun turun sembari melepaskan. belum sempurna kaki Cakra berpijak di tanah berumput, tangan kekar pria paruh baya itu mengambil paksa helm Cakra lalu menghantamkan benda keras itu ke kepala Cakra, membuat dia limbung dan jatuh bersama sepeda motornya.

"Apa yang kamu lakukan pada Miranda, dasar anak sialan!" teriak Wira dengan marah, matanya seolah buta tertutup emosi.

Cakra merasakan kepalanya berdenyut sesaat belum akhinya tergeletak di tanah. Kelopak mata Cakra mengerjap memulihkan kesadaran, dengan tenga yang tersisa dia mendorong motornya dan berusaha untuk bangkit. Sementara pria paruh baya itu tidak perduli pada darah dagingnya yang merintih kesakitan.

"Jawab! Kenapa diam saja!" teriak Wira kesal.

Setelah berhasil meloloskan kakinya, Cakra memberdirikan motornya. Dengan merasakan sakit di kaki dan kepalanya Cakra menatap nyalang pria itu.

"Apa mau Anda? Belum puas Anda menyiksa saya, belum puas heh! Belum cukup mengunci saya di kamar mandi sampai mau mati!" teriak Cakra dengan nafas tersengal.

Emosinya kembali memuncah, kilasan malam dingin dimana dia meringkuk kedinginan di kamar mandi yang gelap dan kesakitan itu kembali berputar. Matanya melebar memerah penuh amarah. Sama halnya dengan mata Wira.

"Jangan jadi anak kurang ajar kamu! kamu pikir, kamu pantas bicara seperti itu pada orang tua!"

Cakra tertawa sumbang mendengar ucapan Wira.

"Saya tidak punya orang tua! satu-satunya orang atua saya sudah mati dan Anda yang membunuhnya," sarkas Cakra.

Plak

"Jaga mulut kamu!" teriak Wira setelah menampar Cakra dengan keras sampai laki-laki tertoleh dan menimbulkan robekan di sudut bibirnya.

Cakra meludakan darah di mulutnya. Tanpa mengucapkan apapun dia memilih menaiki motornya, dia ingin meninggalkan pria ini dari pada harus melawan. Tapi niat kabur Cakra tidak semudah itu. Wira menghadang, berdiri tepat di depan motor Cakra.

Dengan kasar Cakra memutar kunci motornya, mematikan mesin yang baru saja menyala. Ia turun lalu menghampiri wira dan mendorongnya dengan keras.

"Apa lagi, An***g!" ledak Cakra frustasi, matanya semakin merah dengan sorotnya yang gelap.

Wira yang sempat terhuyung mundur membalas mendorong Cakra dengan lebih keras, satu tangannya kerah jaket pemuda itu.

"Anak sialan, pantas kamu bicara seperti itu sama saya?! Dasar anak sialan kamu!" teriaknya tepat di wajah Cakra.

"ya, Anda pantes di panggil A**ng," tukas Cakra penuh penekan.

"Kurang ajar," geram Wira.

Brugh

Brugh

Dua pukulan mendarat di kepala Cakra di susul tendangan yang membuat Cakra tersungkur di tanah.

"Keparat kamu, anak sialan!" Wira memukul lagi perut Cakra dengan tinjunya, Cakra tidak membalas ia hanya mengelak dan berusaha menghindar.

"Saya kemari hanya mau bicara baik-baik sama kamu, kamu malah balas kurang ajar kayak gini?!" ujar Wira dengan nafas tersengal setelah menyalurkan emosinya.

Cakra hanya diam merasakan sakit sambil memegangi perutnya.

"Apa yang kamu lakukan pada Miranda, heh. Kamu buat dia malu? Apa pantas seorang laki-laki melakukan itu pada calon istrinya?"

Perlahan Cakra membangkitkan tubuhnya, dia melirik sekilas pria paruh baya yang menatapnya dengan tidak suka.

"Gadis itu urusan Anda, bukan saya," sahut Cakra sambil mengusap ujung bibirnya yang kembali berdarah.

Tangan Wira mengepal, emosinya kembali menyeruak mendengar anak laki-lakinya yang terus saja membantah.

"Kamu sudah saya jodohkan dengan Miranda, pertunangan kalian akan berlangsung bulan depan. Kamu seharusnya bisa merubah sikap kamu pada Miranda. Apa susahnya menuruti kemauan saya, toh kamu juga kan diutungkan dengan hubungan ini. Kamu bia kembali ke rumah dan menikmati fasilitas yang saya berikan,"tutur Wira dengan sedikit menekan egonya.

Cuih

"Saya tidak butuh semua itu. Anda saja yang menikahi gadis tidak jelas itu, lagi pula Anda sudah tidak berhak mengatur saya. Kita sudah tidak ada hubungan apapun Tuan Wira sanjaya laksemana. Saya sudah membuang nama laksemana itu jauh-jauh, jadi Anda adalah orang asing bagi saya sekarang," sahut Cakra dengan terkekeh penuh kemenangan.

"Kamu, bener-ben-"

Tangan Wira terangkat naik, siap mendaratkan pukulan ke tubuh Cakra yang sudah banyak luka itu.

1
Fuji Aisar
aduh aka masa kamu GK peka sih kalo Luna nya malu kalo kamu liat dia merah. bukan nya nurut malah semakin gencar godain Luna nya
Aishiteru❤‍🔥
langsung tak berkutik pas calon papa mertua datang 😂😂😂
Aishiteru❤‍🔥
astaga...
drama banget sih cakra🤣🤣🤣
Aishiteru❤‍🔥
hihihihi...
ini baru permulaan, lunn...
nanti jangan kaget karena under wear nya Estentisk 🤣🤣🤣
Jihan Khanaya
nah loh KA kok langsung turun gitu saat tau camer dan om nya Luna datang? wkwk gk apa apa kali KA GK ada yang gigit ko
Jihan Khanaya
aka aka kamu GK tau aja kalo Luna itu malu soalnya Luna takut si merah merembet kemana-mana. tapi Luna nya aja yang gk tau kalo dia udah aman
Jihan Khanaya
astaga susah amat ya ka buat jelasin semuanya ke Luna. ada aja halangan nya. giliran si kembar peka eh ada lagi yang datang
Jihan Khanaya
astaga ona ngapain lu datang GK tepat waktu sih. orang lagi mau menjelaskan sesuatu eh elu nya heboh sendiri
Jihan Khanaya
memang kalian harus bicara dulu dari hati ke hati biar kesalahpahaman segera tuntas. sebenarnya aku masih penasaran deh siapa yang kirim Aluna foto Cakra smaa cewek lain sementara Cakra nya terbaring koma setelah di siksa si Wira
Novi Manggala Qirani
Emang sebanjir itu sampai Cakra mau duduk aja takut kena rembesan mu Lun ? 🤣🤣
Lilis Ika
Novel yg keren, menarik dn bagus😚
Sweet Mango
Gak tau aja b0k0ng nya udah di alasin underpath sama cakra,
Begini an doang aja bisa sejauh itu mikirnya apalagi masa depan yaaa nggak lun 🤣🤣
Lilis Ika
Uuuu so sweett nya 😍😍
Cakra udah ka, Luna nya jgn km ledekin terus kasian dia jdi malu 😂😂
N.M.Q
Dasar Cakra,, iseng banget, udah tau Luna dalam situasi kaya gitu masih aja jail sok² an gak ngerti 🤣🤣
liska Supriatna
Aka knp km lngsung berdiri pas Luna panggil ayah,,, apa km takut atau sungkan... km gk perlu takut ayah epan Baik kok orgnya ☺️
liska Supriatna
Gk gitu juga kali Aka 🤣🤣 ya kali jln segitu bisa sampe pingsan,,, atau keseleo pling juga jarak dari bed ke kursi cuma 3 atau 5 langkah km ini terlalu berlebihan deh 🤭🤣🤣
sang pangeran
klo tau cakra udh kasih underpad di p4nt4t luna gmn reaksinya ya haha..
ini Ayah evan dtg disaat yg tepat nih buat luna
Jillian Rose
so sweeettttt....
Lilis Ika Supriatna
Hehehe Aka,,, Luna itu LG malu tau,,, dia malu krna rembes.. yakali Luna mau gitu aja km antar ke kamar mandi dlm keadaan yang seperti itu,, klo udh suami istri sih iya GPP lah ini kan blum sah 🤭🤣
Lilis Ika Supriatna
Uchh manisnya 😍🤗
coba aja dari kmren² kaya gini kan enak adem ayem,, gk harus pke otot dan emosi klo ngomong biar gk setres 😁,,, moga aja stelah ini Luna mau maafin Cakra 😇
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!