NovelToon NovelToon
Not Life In A Dream

Not Life In A Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Model / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Salsa Salsa

Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.

----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku

masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.

" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

BAB 20

Tak lama saat aku dan mas Musa bermain neng Nesya datang masih lengkap dengan seragam taman kanak-kanaknya juga sepatu yang belum dilepas olehnya. Suara teriakan yang sangat khas sekali tak ada yang menyemainya. Selalu seperti itu setiap kali pulang dari sekolah. Kadang sampai umma pun pusing melihat putrinya itu suka sekali teriak- teriak.

“Mbak Aliyaaaa”. Teriak neng Nesya dari ujung tangga sampai- sampai sang adik pun ikutan kaget mendengar teriakan menggelegar itu.

“Neng suaranya”. Tegurku saat ia sudah berada di depan kami. Langsung masik begitu saja ke dalam area bermain tanpa memedulikan penampilannya. Tapi sebenarnya saat- saat seperti ini adalah saat yang berbahaya. Keusilan neng Nesya itu tak memandang siap targetnya. Siapa pun bisa kena usilan olehnya. Bahkan tamu Abah pun tak hanya satu dua orang yang menjadi korban. Dan pasti kali ini si adek lah yang akan menjadi korban selanjutnya.

“Neng ayo ganti baju sama mbak Aliya yuk nanti main ke pondok putri sama embak kalo udah cantik”. Bujukku yang hampir setiap hari seperti ini.

“Enggak, nanti aja. Nesya mau main sama adek dulu ya mbak”. Katanya yang seperti meminta izin padahal aslinya tidak.

“Ih adek gak mau main sama mbak Nesya. Mbak Nesyanya bau asem adek kan wangi”. Kataku seolah- olah menjadi mas Musa.

Mulut si cantik ini sudah mulai maju tanda ia akan merajuk sebentar lagi. “Ayo pergi ke asrama yuk mbak Aliya, neng Nesyanya tinggal aja sama adek juga di ajak ya mbak ya”. Kali ini mbak Nadia yang tadi menjemput neng Nesya pulang dari sekolah.

“Ayuk... ayuk... ayuk mas Musa ikut mbak yaya yuk jalan- jalan sama mbak Nadia juga. Neng Nesyanya gak usah di ajak bau asem soalnya”. Sambungku sambil pura- pura akan segera beranjak dari tempatku duduk.

“Ihhh... ya udah deh aku ganti baju. Tapi jangan ditinggal. Nesya juga mau main sama mbak- mbak pondok”. Gerutu neng Nesya yang sebenarnya begitu menggemaskan.

“ Iya cantik gak akan mbak tinggal. Mau dibantu mbak Aliya atau sama mbak Nadia aja”. Tanyaku lembut.

“Tapi gantinya disini ya mbak”. Katanya yang kembali fokus sama mainan yang sedari tadi dia mainkan.

“Iya gak papa. Mbak Nad ambilin ya baju gantinya”.

Tanpa menjawab perkataan Nadia neng Nesya asik bermain tanpa peduli.

*******

Jam sudah menunjukkan angka empat sore saat aku sudah selesai memandikan mas Musa tanpa rewel kali ini. Karena sebentar lagi jadwalku momong sudah selesai dan berganti dengan mbak lain. Gantian aku menjadi santri beneran nanti.

Tak lama saat aku masih asik bermain dengan mas Musa ternyata mbak Zain sudah disini dan akan bergantian denganku menjaga mas Musa.

“Mbak Ya tadi umma bilang kalo mbak habis beres- beres suruh kebeliau. Tapi katanya gak usah buru- buru juga gak papa seselesainya aja”. Kata mbak Zain sambil membereskan barang- barang mas Musa yang berserakan.

“Iya mbak nanti tak ngadep umma”.

Setelah mas Musa sudah nyaman bersama mbak Zain sekarang saatnya aku kembali ke kamar. Kamar yang memang dikhususkan kepada para santri putri yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya.

Aku selesai mandi saat jarum jam sudah menunjukkan angka lima sore. Sedikit bergegas aku menuju dapur utama untuk mengambil jatah makan malamku. Memang khusus bagi kami para pengurus dan juga anak ndhalem kita bebas mengambil jatah makan kapan saja pun juga jatah kita sudah tersusun rapi dengan kotak makan yang sudah tertera nama masing- masing . Berbeda dengan para santri yang lain yang makan dengan nampan secara berkelompok dan juga memiliki waktu khusus.

Aku berniat untuk makan nanti saat setelah menghadap umma.setidaknya aku sudah mengambil jatahku jadi aku bisa makan kapan saja nanti saat di kamar.

Takut sebenarnya kalau umma ternyata malahan sedang menungguku saat ini. Saat aku sampai di dalam ndhalem ternyata umma sedang mempersiapkan suguhan untuk tamu.

Sepertinya tamu kali ini begitu istimewa. Sampai- sampai umma pun menyiapkan suguhan yang begitu banyak.

Kumendekat ke arah umma sambil menunduk ta'dim. “Assalamualaikum umma”. Salamku kepada umma.

“Waalaikumsalam mbak Aliya, mriki mbak”. Jawab umma memintaku mendekat. “Mbak Aliya lak dari daerah Jakarta kan ya?”. Tanya umma kepadaku.

“Maaf umma saya orang Bekasi bukan daerah Jakarta umma”. Jawabku memberitahu.

“Ooo.. tak kirain mbak Aliya ini tuh masih daerah Jakarta lo. Yaudah deh gak papa kan deketan kan ya”. Kata umma.

“Enggih umma”.

“Itu lo mbak abah tuh mau ada tamu orang Jakarta rombongan. Terus mereka tuh mau nginep tapi mintanya yang gabung sama santri gitu loh mbak. Kan mbak Aliya orang daerah sana kan jadi ya saya minta tolong buat yah nemenin lah ya tamu yang ceweknya itu sekalian nanti siapin kamar gitu mbak. Bisa kan ya?, nanti kalo kewalahan ajak temen juga gak papa mbak. Pokoknya saya ini pasrah tamu kalo waktu di asrama putri sama mbak Aliya ya”. Terang umma panjang lebar.

Memang benar sepertinya tamu kali ini rada istimewa.

“Saget umma. Tapi ngapunten umma tamu putrinya berapa orang jadinya nanti saya bisa langsung persiapkan tidak harus menunggu tamunya datang terlebih dahulu”.

“Kalo gak salah inget itu sekitar enam tuju orang mbak. Tolong siapkan geh kalo bisa dijadikan satu kamar juga malah lebih bagus mbak. Tapi kalo misal memang tidak bisa juga tidak apa- apa mbak”.

“Enggih umma”. Kataku setuju dan siap melakukan tugas yang diberikan umma kepadaku.

1
Nurul Awula
kenapa ngak up2 tor
sabil: maaf ya ada kepentingan jadinya belum sempat. ini aku baru aja up. ditunggu ya sebentar ya🙏🙏
total 1 replies
Nurul Awula
kak kenapa belum up kk
Nurul Awula
up lagi dong tor ♥️
Nurul Awula
penasaran banget udah ini cerita kamu bikin nagih tor ♥️🤭
Nurul Awula
tor ayo up dong tor😌
Nurul Awula
masih tetap menunggu tor ♥️😊
sabil: ok tunggu ya kak🫶🫶🥰🥰🥰
total 1 replies
sabil
malam ya kak ya.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶
Nurul Awula
aku selalu menunggu nya tor sehari sampe tiga kali cek hp udah up atau belum ♥️🤭
Nurul Awula
up dong tor cinta banget sama alur ceritanya ♥️
sabil: sabar ya kak
total 1 replies
Gái đảm
Nggak percaya aku bisa habisin baca cerita ini dalam sehari!
Yusuo Yusup
Bikin terinspirasi.
sabil: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!