Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : Penyelamatan Shereny
Shereny berdiri di sudut ruangan, wajahnya dipenuhi ketakutan saat Reynold mendekat dengan kemarahan yang membara. Reynold mulai berbicara dengan suara mengguntur "Kamu harus kembali kepadaku, Shereny! Tidak ada pilihan lain!"
Ketika Shereny mencoba menjauh, Reynold meluapkan emosinya dan menampar wajahnya dengan keras. Lalu ia berkata sambil berteriak "Kenapa kamu tidak bisa mengerti? Kita ditakdirkan bersama!"
Shereny terjatuh dan merasakan sakit di pipinya. Dia mencoba untuk bangkit, tetapi Reynold tidak memberi kesempatan. Reynold menamparnya lagi, "Kamu tidak bisa meninggalkanku begitu saja! Aku tidak akan membiarkan kamu pergi!"
Setiap tamparan membuat Shereny semakin merasa tertekan dan terjebak. Dia menyadari bahwa tindakannya semakin tidak terkendali.
"Reynold, ini bukan cinta! Ini kekerasan! Aku tidak akan pernah kembali padamu jika kamu terus bertindak seperti ini!" Shereny mulai meringis kesakitan dan menangis.
Reynold tampak marah dan bingung, tetapi dia tidak menghiraukan kata-kata Shereny. Dia hanya terfokus pada keinginannya untuk mengendalikan. "Jika kamu tidak kembali, aku akan membuatmu menyesal. Semua orang yang kamu cintai akan berada dalam bahaya."
Reynold, yang sedang menatap ke arah jendela, memberi Shereny sedikit waktu untuk berpikir. Dengan cepat, Shereny meraih ponselnya yang terletak di kantong celana belakangnya. "Ini adalah satu-satunya kesempatan yang aku miliki." Ucapnya di dalam hati.
Dengan gemetar, dia membuka layar ponselnya dan menekan tombol darurat untuk menghubungi Elvano. Jantungnya berdebar kencang saat nada dering terdengar. Tidak lama kemudian, Shereny mendengar suara panggilan terputus. Dia menyadari bahwa dia harus segera menyimpan ponsel itu. Shereny tak berhenti untuk menahan tangisnya. Dia dengan cepat menaruh ponselnya kembali ke dalam kantong celananya, tetapi saat itu juga, Reynold berbalik dan menyadari apa yang terjadi. Namun ternyata Elvano mengangkat telfonnya. Dengan rasa khawatir Elvano mendengar percakapan mereka.
"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Reynold dengan rasa penuh amarah. Sebelum Shereny bisa menjawab, Reynold melangkah cepat dan menjambak rambutnya dengan kasar. "Kamu tidak bisa pergi! Aku sudah bilang, kamu harus kembali kepadaku!" Shereny merasa sakit dan terdesak, tetapi dia tidak boleh menyerah. Dia berusaha untuk tetap tenang.
Shereny meludahi wajah Reynold "Ini tidak akan berhasil, Reynold! Aku tidak akan pernah kembali padamu! Bajingan!"
Reynold tampak semakin marah, "Kamu berani sekali!"
Kemarahan Reynold meledak. Dia menatap Shereny dengan penuh kebencian. "Kamu akan menyesal!" Tanpa memberi kesempatan bagi Shereny untuk bergerak, Reynold melayangkan pukulan ke wajahnya, diikuti dengan tendangan yang membuatnya terjatuh ke lantai.
Shereny pun merasa kesakitan "Arghh!" Tubuhnya bergetar penuh dengan trauma. Shereny terjatuh, merasakan rasa sakit menyengat di seluruh tubuhnya, namun dia berusaha untuk tetap tegar.
Reynold pun menimpal dengan nada menghina "Kamu pikir kamu bisa melawan aku? Aku akan membuatmu merasakan konsekuensinya!" Meskipun terluka, Shereny berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan ketakutannya.
"Aku tidak akan pernah kembali padamu, Reynold. Tidak peduli apa yang kamu lakukan!" Ucap Shereny penuh dengan keberanian.
Setelah mendengar kekerasan yang dialami Shereny, Elvano tidak tinggal diam. Dengan tekad yang kuat, dia bergegas mencari lokasi Shereny untuk memberikan bantuan. Elvano, yang mendengar suara teriakan dan kekerasan di telepon, merasakan hatinya berdegup kencang. Dia tahu bahwa setiap detik sangat berharga. Elvano berbicara pada dirinya sendiri "Aku harus menemukan Shereny. Dia dalam bahaya!"
Dengan cepat, Elvano mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar dari rumahnya. Dia berusaha mengingat di mana Reynold mungkin menahan Shereny. Saat berkendara, pikirannya berputar. Dia ingat lokasi-lokasi yang sering mereka kunjungi, tempat-tempat yang mungkin menjadi pilihan Reynold. "Mungkin dia ada di rumah lama Reynold. Itu satu-satunya tempat yang terpencil."
Dengan penuh semangat, Elvano mengemudikan mobilnya menuju alamat yang terlintas di pikirannya. Dalam perjalanan, dia menghubungi Alfaro untuk meminta bantuan "Alfaro, Aku butuh bantuan! Shereny dalam masalah, dan aku perlu kalian segera!"
Segera setelah tiba di lokasi, Elvano mengamati sekitar dengan cermat. Dia bisa merasakan ketegangan. Dia melihat pintu depan terbuka sedikit dan mendengar suara dari dalam rumah.
Dengan hati-hati, Elvano mendekat dan bersiap untuk masuk, memastikan dia tidak membuat suara yang bisa menarik perhatian Reynold.
Dengan tekad yang kuat, Elvano berusaha memasuki rumah Reynold untuk mencari Shereny. Suara teriakan dan kekacauan di dalam rumah semakin memotivasi langkahnya. Elvano mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain yang melihatnya. Dia mendekati pintu depan yang sedikit terbuka dan dengan hati-hati mendorongnya.
Begitu masuk, dia merasakan suasana yang tegang. Suara teriakan Shereny semakin jelas, dan Elvano tahu dia harus bergerak cepat. Dia melangkah perlahan, berusaha tidak membuat suara. Setiap langkahnya terasa berat, tetapi keberanian untuk menyelamatkan Shereny mendorongnya maju.
Saat mendekati ruang tamu, Elvano mendengar suara Reynold yang marah. Elvano merasakan kemarahan dan ketidakadilan dalam suara Reynold. Dia tahu dia tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Dengan cepat, Elvano mencari sumber suara dan menemukan pintu yang mengarah ke ruang belakang. Dia mendekat dan mengintip ke dalam.
Di dalam, dia melihat Shereny terjatuh di lantai, sementara Reynold berdiri di atasnya dengan ekspresi marah. Dengan keberanian yang menggebu, Elvano memutuskan untuk masuk dan menghadapi Reynold. "SHERENY!"
"Tuan, tuan...." Suara Shereny meminta tolong dengan nada yang lemah. Reynold rerkejut dengan kehadiran Elvano. Elvano langsung menghajar Reynold dengan habis-habisan.
"LARI SHEREN!" Elvano menahan leher Reynold dan Shereny berlari keluar dari rumah Reynold dengan sisa tenaga. Di luar rumah sudah ada Kayyisa, Alfaro dan beberapa polisi lainnya. Kayyisa langsung menyerahkan Arga pada Alfaro dan berlari memeluk Shereny.
"Maafkan aku Sheren, Tuhan... Shereny..." Shereny terjatuh lemas. Tangan Kayyisa bergetar menyentuh wajah Shereny yang penuh luka dan juga lebam. Kayyisa menangis dan membantu Shereny untuk ke ambulan. Polisi berlari untuk membanti Elvano menangkap Reynold.
"Alfaro, aku akan menemani Shereny ke rumah sakit. Sampaikan kepada Elvano." Pinta Kayyisa. Ambulan pun segera menuju rumah sakit terdekat. Elvano keluar dari rumah Reynold dan Reynold sudah di tahan oleh polisi.
"Sampai kapanpun, kamu tidak pantas memiliki jalang itu! Wanita itu sudah aku tiduri, Vano. Harusnya dia menikah denganku. Hahahaha." Ujar Reynold dengan nada santai tanpa rasa bersalah.
Alfaro menahan Elvano untuk tidak terpancing emosi atas perkataan Reynold. Ia memberitahu bahwa Kayyisa sudah membawa Shereny ke rumah sakit terdekat. Elvano pun segera menggendong Arga dan masuk ke dalam mobil. Mobil Elvano pun melaju dengan cepat dan diikuti dengan mobil Alfaro.
"Papa, kakak Shereny kenapa?" Tanya Arga dengan ekspresi sedihnya.
"Doakan kakak Shereny baik-baik saja ya." Ucap Elvano dengan nada menenangkan Arga.