Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Kiara sudah terlelap mungkin karena merasa tenang sudah bertemu dengan sang Papa. Silas menutupi tubuh Kiara dengan selimut, suhu udara memang sangat dingin mungkin karena sering hujan beberapa hari ini. Pandangan mata Silas tertuju pada Bella yang menatapnya sangat serius.
"Mas, aku mau menanyakan sesuatu padamu." Ucap Bella meskipun ada keraguan hatinya karena sudah larut malam begini sangat mustahil Silas mau diajak bicara.
"Aku tidak ada waktu lagi, Bella. Kau tidurlah, aku yang akan memantau Kiara." Balas Silas singkat saja, tidur disofa merebahkan tubuhnya. Membelakangi Bella yang sangat ingin bicara dengannya, sikap Silas saat ini seperti sengaja menghindar.
Bella masih berdiri menatap Silas yang abai kepadanya lagi, lima tahun tidak kunjung membuat perasaan Silas berubah padanya. Bella tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi, segala cara telah ia gunakan untuk membuat Silas setidaknya peduli sedikit saja padanya. Tapi, kembali Silas tetap dingin dan acuh tak acuh.
"Aku tidak tahu, Mas. Antara kau memang tidak ada waktu atau memang enggan berbicara padaku. Semuanya terasa mirip-mirip saja sekarang.." Kata Bella, ia menahan air matanya yang akan jatuh.
Ya, Bella sangat tahu jika Silas tidak mungkin sudah tertidur. Pastinya masih merenungkan setiap hal yang dikatakan Bella, bisakah Silas pura-pura saja menerima dirinya. Memberikan kesempatan kepada Bella untuk menjadi istri yang baik, tidak diabaikan seperti ini.
"Aku juga ingin menjadi istri yang kau perdulikan, Mas. Tidak diabaikan seperti ini, rasanya seperti menjalani pernikahan seorang diri." Ucap Bella lagi, kali ini lebih terdengar menyakitkan.
Tanpa Bella tahu jika dalam posisi itu Silas tengah berusaha untuk tertidur. Mengingat besok mereka akan menjalani kehidupan yang melelahkan, membawa Alana masuk kedalam lingkungan pernikahannya dengan Bella. Banyak energi yang Silas perlukan, tapi mengapa Bella sangat menganggu malam ini.
"Dari awal pernikahan kita memang terjadi karena keinginanmu sendiri, Bella. Apa kau lupa?" Silas mencoba mengingatkan, bahkan tidak berbalik badan dulu untuk menatap Bella setelah mengatakan kata-kata yang selalu saja membuat Bella terdiam.
"Tapi, Mas..."
"Besok Kiara sudah boleh pulang, sebaiknya segera tidur. Aku tidak mau kepulangan Kiara besok malah terganggu karna kau terlambat bangun." Ucap Silas menyela ucapan Bella, tidak ada sepatah katapun yang akan menenangkan hati Bella untuk malam ini.
Pandangan mata Bella terus tertuju pada punggung belakang Silas, tubuh yang sangat susah untuk ia sentuh padahal sah miliknya. Bella berlalu pergi menuju tempat tidur yang memang awalnya ia sediakan untuk tidur bersama dengan Silas. Ternyata pria itu lebih memilih tidur kesempitan di sofa sana di banding tidur dengan Bella yang merupakan istrinya sendiri.
"Harapanku hanya satu, Mas. Jangan sampai kau telah menemukan Ana, aku belum siap untuk kau tinggalkan." Bella sangat sedih, sepanjang malam terus memikirkan bagaimana caranya memenangkan hati Silas yang sangat dingin.
Bukannya Bella tidak berusaha selama lima tahun, ia terus melakukan banyak hal agar mendapatkan perhatian atau cinta dari Silas. Tapi, selalu saja Bella gagal. Pria itu tetap mengatakan hanya mencintai Ana dan Ana saja, ntah siapa wanita sialan itu.
"Kalau aku menemukan wanita yang bernama Ana itu, aku pastikan... dia akan menyesal telah muncul dan menganggu pernikahanku dengan Silas!" Sangat penuh api Bella mengatakan itu.
~
Pagi sekali Silas dan Bella sudah siap-siap kembali ke Mansion, untung saja keadaan Kiara sudah jauh lebih baik. Silas terus memastikan jika Kiara dalam keadaan baik-baik saja, memperlakukan Kiara dengan penuh kasih. Sampai di sepanjang perjalanan saja terus bicara banyak hal kepada Kiara, dan Bella hanya mendengarkan saja cerita kedua orang yang ia sayangi tersebut.
"Dua hari lagi ada acara perlombaan di sekolah, Pa. Katanya harus mengajak Papa dan Mama.." Sangat gembira Kiara mengatakannya, ia sangat yakin jika Silas akan mau kali ini.
Bukan karena tidak sayang kepada Kiara tapi memang Silas lagi ada kesibukan dihari yang Kiara tentukan itu. "Tidak bisa, sayang. Papa harus bekerja ke luar kota pada hari itu, sama Mama kamu aja ya?" Silas mencoba memberikan alasan yang sebenarnya, berharap semoga Kiara mengerti.
Senyuman manis diwajah Kiara menjadi memudar, ia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Silas. Seperti kecewa sangat dalam, sering kali Silas menolak acara seperti ini.
"Tahun kemarin Papa juga sibuk, sebenarnya memang kebetulan ketepatan atau Papa yang tidak mau datang karna bersama dengan Mama?" Tanya Kiara langsung saja pada intinya.
Silas mencoba untuk tetap tenang menanggapi pertanyaan Kiara yang menjebak. Sementara Bella hanya duduk diam di sebelah Kiara seolah enggan mengikuti campur percakapan kedua orang itu.
"Bukan begitu, sayang. Papa memang sibuk, janji deh.. setelah urusan Papa selesai, pasti Papa bakal ajak Kiara jalan-jalan ke pegunungan. Bagaimana?" Tawaran yang cukup menarik, mungkin saja Kiara akan tertarik.
Dan sesuai dugaan Silas jika bocah berumur lima tahun itu sangat bahagia, senyuman melebar diwajah cantiknya. "Papa janji?" Kiara ingin menautkan kedua kelingking mereka.
Dengan senang hati Silas juga menautkan kelingkingnya pada Kiara, lalu mencium pipi Kiara dengan penuh kasih. "Papa janji, sayang.." Langsung memeluk Kiara sangat erat, sejujurnya Bella iri dengan kehangatan itu.
"Huh!" Bella hanya bisa menarik napas saja, kalau boleh sangat ingin ia mendapatkan pelukan juga dari Silas. "Enak banget tu Kiara, setiap hari dipeluk dan dimanja sama Silas. Lah aku, jangankan dipeluk dianggap ada aja udah bersyukur banget." Gumam Bella didalam hati, ia melirik kearah Kiara yang terus diperlakukan manja oleh Silas.
Tidak terasa perjalanan berakhir, mobil berhenti tepat di perkarangan Mansion. Silas turun terlebih dahulu, katanya mau menemui sekretaris baru yang akan tinggal satu atap dengan mereka. Tidak ada sama sekali rasa curiga dihati Bella, ia hanya terus menatap kepergian Silas menuju pagar utama.
"Hei!" Bella menarik tangan Kiara, bocah yang memiliki paras seperti bule itu meringis kesakitan.
"Ada apa, Ma? Sakit.."
"Diam kamu!" Bella menatap Kiara sangat tajam, tindakan kasar yang memang sering ia lakukan pada Kiara yang tidak tahu apa-apa. "Jangan sering cari perhatian sama suami aku, ingat!"
"Maksud Mama apa?"
Bella memutar bola matanya malas, rasanya sangat menyebalkan bicara dengan bocah ingusan yang keluar dari rahimnya sendiri.
"Silas bukan Papa kandungmu, aku sering mengatakan ini bukan? Kenapa kau juga tidak kunjung mengerti, ha?" Bella terus memberikan cacian kepada Kiara.
Kiara tidak perduli dengan fakta itu, asal Silas tetap menyayangi dan memperlakukan Kiara sangat baik pastinya akan dianggap seakan kandung bagi Kiara. Tapi, mengapa Bella yang merupakan Ibu kandungnya sendiri seakan tidak suka dengan Kiara?