Dafy Kurniawan seorang penulis fiksi ternama. Karya-karyanya best seller dan berhasil diadaptasi menjadi film yang laris manis.
Setahun belakangan ia mengalami writer’s block. Kondisi dimana seseorang tidak mempunyai gagasan baru sama sekali.
Dafy bepergian melakukan kegiatan diluar kebiasaannya untuk mencari inspirasi dan ide-ide segar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Happy Ending
Perihal yang tidak terduga. Tentang sesuatu yang sudah terlalu lama.
Sehingga untuk membicarakannya saja seakan tabu. Dan ragu.
Datang dari penjuru arah yang sama sekali berlainan. Siapa sangka keduanya bisa bertemu dan merajut pertemanan.
Dalam hidup mereka masing-masing kata itu sudah lama menghilang. Mustahil sering menjadi padanannya.
Kata itu sempat hangat dibicarakan di awal waktu kala bunga sedang mekar-mekarnya.
Kemudian layu tertelan bersama peristiwa pahit, kata itu terbenam jauh tak tersentuh.
Sekarang kata itu sudah tidak sungkan lagi. Dan sekarang kata itu sedang mereka berdua jalani.
Kata itu adalah Dafy dan Klara menikah.
*
Apalagi?
Berkenalan sudah. Bertemu setiap hari. Bercumbu sampai tidak tahu batasan.
Mau menyudahi dengan perpisahan?
Sedetik tidak melihat saja rasanya sekarat mau mati. Satu jam tidak bersentuhan rasanya seperti ditinggal pergi. Tidak mendengar suaranya seperti dikurung di ruang isolasi.
Dafy dan Klara akhirnya resmi menikah. Mereka mengadakan sebuah pesta yang tidak besar-besaran. Private ceremony yang hanya mengundang pribadi-pribadi yang mereka kenal.
Mereka menyewa sebuah villa dengan halaman yang luas untuk mengadakan resepsi kecil-kecilan. Khusus untuk keluarga dekat dan tamu-tamu yang dibatasi.
Dekorasinya simple tapi tetap elegan. Mengusung tema retro dengan sedikit saja sentuhan tentang masa depan.
Menu hidangan yang disediakan sesuai dengan selera makanan favorit masing-masing tamu undangan.
Tidak ada live music atau hiburan yang lainnya. Hanya memutarkan sebuah lagu instrumental jazz dengan volume yang tidak mengganggu. Mereka hanya bertiga. Drum, piano dan gitar.
Undangannya tidak banyak. Semuanya hadir tepat waktu. Jumlahnya tidak lebih dari dua puluh orang.
Duduk berdua di pelaminan, Klara dan Dafy membicarakan tamu-tamu undangan.
“Anak kecil itu menggemaskan”, komentar Klara.
“Itu keluarga Elizabeth, dia adalah editor pertamaku. Mereka sekarang tinggal di Kanada”,
“Kalau orang tua itu namanya Pak Madin. Yang punya ikan bakar terenak di pulau seberang”,
“Mereka dari kantor penerbit, yang tampangnya congkak dan jalannya kaya preman mau memalak itu namanya Norman”,
Ketika tiba giliran orang-orang yang diundang oleh Klara naik ke atas panggung untuk memberi ucapan selamat.
Dari kacamata Dafy melihatnya. Mereka adalah para tamu rahasia. Mereka adalah orang-orang yang punya kedudukan.
Dafy sempat terkejut ada wanita di rombongan itu.
“Siapa bilang dulu aku hanya berhubungan dengan laki-laki”, ujar Klara yang melihat sang suami menatapnya dengan heran.
“Sayang, apa mereka benar-benar keluargamu?”, tanya Klara mengenani keluarga Dafy yang hadir di hari itu.
“Tentu saja mereka keluargaku”,
“Tapi memang begitulah”,
“Kami sudah lumayan lama tidak saling banyak bicara”,
“Tapi kami tetap keluarga”,
“Dan sekarang mereka adalah keluargamu juga sayang”,
“Namanya juga keluarga”, terang Dafy.
Hari itu adalah hari minggu. Dan acara resepsi ini terhubung langsung dengan satu koneksi saluran video jarak jauh.
Ibu Klara bersama teman-temannya di dalam penjara turut menyaksikan runtutan acara pernikahan putri semata wayangnya.
*
Beberapa jam sebelum upacara pernikahan dimulai.
Kedua mempelai duduk bersebelahan di depan kaca cermin untuk dirias.
“Sebelumnya aku sudah sangat putus asa”,
“Aku tidak menyangka hari ini benar-benar ada untukku”,
“Akhirnya aku akan menikah”, ucap Klara.
“Klara, terimakasih telah bersedia menikah denganku”, balas Dafy.
Di hadapan cermin besar. Bayangan nyata keduanya saling memandang.
Jodoh itu akan bersama dengan jodohnya. Bagaimana pun ceritanya.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang protes tentang sebuah pernikahan yang tidak berhasil dan berakhir dengan sebuah perceraian?
Itu artinya mereka tidak berjodoh. Karena jodoh itu tidak berkhianat dan tidak pula saling menyakiti.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang menjadi sendiri karena ditinggal mati oleh istri atau suaminya?
Kalau masih mau bersama lah dengan yang masih hidup.
Karena yang telah mati sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.