Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_009 Aku merindukan mu.
"Aku mulai merindukan mu, Ria. Lalu apa yang harus aku lakukan, aku bahkan begitu kesal saat melihat mu berbicara dengan dokter baru itu, padahal ini semua salah ku, ini semua keputusan ku dan ini semua pula yang membuat aku semakin menggila. Sampai kapanpun, jangan pernah memaafkan aku, jangan maafkan semua kekurangan ku ini Ria." Ungkap hati Anand dengan penuh rasa sesak yang membuat dirinya semakin tidak bisa mengendalikan diri dari rasa sedih, kecewa dan terluka.
"Abang..." Panggil Hanin dengan suara lembut dan langkah yang terus mendekati Anand.
Kedatangan Hanin membuat Anand seketika mengusap air matanya, ia tidak ingin sang adik melihat dirinya yang begitu kacau saat ini. Dari kejauhan Deria menatap lega atas kedatangan Hanin, lalu memutuskan untuk pergi dari sana karena saat ini Anand tidak lagi seorang diri.
"Hanin..." Ujar Anand setelah memastikan bahwa air matanya benar-benar telah hilang dari pipinya.
"Duduklah sebentar!" Pinta Hanin setelah ia lebih dulu duduk di kursi yang ada di depan ruangan operasi tersebut.
"Apa kamu diutus oleh Sean?" Tanya Anand namun tetap beranjak untuk duduk di sisi kanan Hanin.
"Hmmm, setengah iya setengah tidak. Awalnya abang Sean memang meminta ku untuk bicara dengan abang tentang para koas baru, tapi saat tadi melihat abang sedang tidak baik-baik saja aku sendiri yang berinisiatif mendatangi abang." Jelas Hanin lalu mencoba menatap wajah sembab sang abang sepupu.
"Okay, aku terima keputusan Sean tapi dengan satu syarat..."
"Stop! Aku sama sekali tidak ingin membahas masalah itu. Aku yang sekarang tidak lagi tertarik perkara koas atau siapapun itu aku hanya ingin menenangkan abang yang terlihat begitu kacau saat ini." Jelas Hanin lalu segera mendekap erat bahu lebar Anand dengan kedua tangan mungilnya.
"Jika sedih maka menangislah, jika kesal maka marah-marah dan teriaklah sesuka hati abang, jangan di tahan, jangan di pendam seorang diri. Dunia ini terlalu kejam bagi kita yang apa-apa dipendam seorang diri. Jika ada masalah aku siap menjadi pendengar yang baik, meski mungkin aku tidak bisa memberi saran yang bijak seperti yang kerap kali kak Ria berikan, tapi setidaknya aku bisa mengurangi rasa sedih abang." Jelas Hanin dengan tangan kanan yang menepuk pelan bahu kanan Anand.
"Khmmmm!" Suara deheman lantang yang berasal dari arah utara membuat Anand dan Hanin mengarahkan pendangannya kearah asal suara tersebut.
"Kenapa?" Tanya Anand saat melihat ternyata pemilik suara barusan adalah Dariel yang masih berdiri menatap keduanya dengan rasa penasaran yang terlihat jelas dari tatapannya.
"Apa kalian sedang berkencan?" Tanya Dariel.
"Gila....!" Ucap Hanin bersamaan dengan suara lantang Anand yang memberi jawaban "Iya, kami emang sepasang kekasih, apa ada masalah?"
"Abang..." Gumam Hanin kesal setelah mendengar jawaban yang Anand berikan.
"Sorry kalau keberadaan aku justru mengganggu kalian berdua. Bye..." Jelas Dariel lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena penasaran dengan adegan pelukan antara Anand dan Hanin.
"Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Tegas Hanin yang bahkan bangkit dari kursi dan hendak mencegah kepergian Dariel namun langsung ditahan oleh Anand.
"Udah biarkan saja, ayo cari makan!" Desak Anand yang langsung menyeret Hanin untuk ikut bersamanya.
"Mereka terlihat begitu romantis, pasangan yang unyuk banget..." Ujar Dariel dengan senyuman manis lalu buru-buru meninggalkan area tersebut.
Langkah Dariel yang hendak masuk ke ruangannya seketika terhenti saat melihat Deria lewat.
"Dokter Ria...!" Panggil Dariel yang bahkan langsung menghadang dari depan Deria.
"Iya, apa ada yang bisa saya bantu? Soalnya saya lagi buru-buru ada pasien yang harus saya cek up ulang." Jelas Deria.
"Sorry! Kalau begitu dokter lanjutkan aja kerjaan dokter, nanti saya kita bicara." Jelas Dariel.
"Hmmmm, baiklah! Saya permisi." Jelas Deria dan lekas pergi dengan langkah yang begitu terburu-buru.
"Huuuf! Kenapa aku jadi kepo gini sih? Stop mencari tau yang tidak penting, terserah mereka dong mau pacaran atau apaan, cihhh! Fokus, fokus sama misi sendiri aja!" Cetus Dariel mengingatkan diri sendiri dan lekas memasuki ruangan kerjanya.
~~
"Kalian selingkuh?" Tanya Sean yang baru saja masuk ke dalam restoran lalu menemukan sosok Anand dan Hanin yang duduk di meja dekat pintu masuk.
Langkah Sean langsung mendekat ke meja tersebut dan tanpa menunggu jawaban ia bahkan langsung duduk di samping Hanin.
"Ria, dokter Dariel, ayo gabung sini!" Ajak Sean sesaat setelah melihat kedua sosok dokter tersebut masuk ke dalam restoran.
"Pak Sean, kami..." Keluh Dariel dengan mata yang meminta persetujuan dari Deria yang berada di sampingnya.
"Udah sini aja, lebih rame lebih seru!" Jelas Sean.
"Apa kita tidak mengganggu mereka?" Pertanyaan yang Dariel ajukan sukses membuat Sean menatap heran kearah Anand dan Deria secara bergantian lalu berakhir dengan tawa lepas.
"Mengganggu? siapa yang kamu maksud?" Tanya Hanin.
"Ya mengganggu kencan kalian!" Tegas Dariel.
"Hmmmm kalian sangat menggangu aku. Ayo Hanin kita cari tempat lain saja." Jelas Anand yang bahkan langsung bangun dari kursinya, ia bahkan meletakkan kembali sendok yang hendak masuk ke dalam mulutnya, moodnya terlihat berantakan seketika.
"Heh mau kamu bawa kemana kekasih ku ini?" Tanya Sean yang langsung menepis tangan Anand yang terulur kearah Hanin.
"Kekasih?" Ulang Dariel semakin tidak mengerti.
"Dokter Dariel, sebaiknya kita cari meja lain saja, ayo!" Ajak Deria lalu melangkah meninggalkan meja para sepupu tersebut begitu saja.
"Kalau gitu aku permisi! Dokter Ria tunggu!" Pinta Dariel dan bergegas menyusul Deria yang sudah menempati meja yang tidak terlalu jauh dari meja dimana Anand dan yang lainnya berada.
"Kalian berdua membuat Dariel salah paham!" Ujar Sean lalu menikmati sisa makanan yang ada di dalam piring milik Hanin.
"Dia bahkan tidak bertanya sama sekali, berasumsi sendiri hanya karena melihat Hanin memeluk ku." Jelas Anand yang kembali menikmati makan siangnya.
"Ya tapi kan..." Penjelasan Sean seketika terhenti saat tangan Hanin merebut kembali sendok miliknya dari tangan Sean.
"Abang kan banyak uang pesan aja makanan sendiri, aku masih lapar!" Tegas Hanin.
"Tapi abang lebih suka makan bekas kamu." Jawab Sean santai.
"Ciiiih! Bilang aja pelit!" Gumam Anand kesal dengan tingkah para sepupunya.
"Apa aku harus beli restoran ini sekalian buat kalian berdua? Apa tidak cukup kantin rumah sakit? Kenapa malah makan disini?" Tanya Sean.
"Supaya tidak diganggu sama abang eh malah abang datang kesini." Cetus Hanim dengan wajah manja.
"Rasain tuh! Udah ah aku duluan, tolong bayarin! Bye." Jelas Anand lalu bangun dari kursinya.
"Eh kenapa jadi aku yang bayar?" Keluh Sean.
"Kan abang yang paling banyak uang! Bye, aku duluan sebentar lagi aku ada jadwal operasi." Jelas Hanin yang segera melarikan diri.
"Dasar..." Cetus Sean kesal namun berakhir dengan senyuman bahagia dengan mata yang terus menatap sosok keduanya menghilang dari pandangannya.
"Siapa sebenarnya pacar dokter Hanin? Pak Sean atau Dokter Anand?" Tanya Dariel saat ia dan Deria sedang menikmati makanan mereka.
~~