Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacar Pura-pura
"Leak... "
Satu kata yang singkat tetapi sanggup membuat seorang Arnold Waseso terkejut mendengar jawaban dari Jacky Amarhosea. Setahu nya, lelaki tua itu tak pernah sekalipun percaya dengan hal hal berbau mistis seperti ini sebelum nya. Tetapi mengapa sekarang dia bisa begitu gampang nya mengucapkan kata leak di depannya? Berjuta-juta pikiran melintas di pikiran Sang Tuan Kedua.
"Aku tahu kau akan terkejut mendengar nya, Arnold. Tetapi setelah hampir sepuluh tahun aku tinggal di pulau ini, hal hal yang semula hanya dianggap sebagai dongeng pengantar tidur oleh orang-orang seperti kita, nyata benar adanya.
Untuk detailnya, kau tak perlu tahu. Cukup lakukan apa yang harus kau lakukan. Kita akan melihat apakah cara ku atau cara mu yang lebih efektif dalam mengatasi masalah ini"
Jacky Amarhosea kembali menyambar cerutu dari Havana yang tadi sempat ia letakkan di asbak saat berbincang dengan Arnold Waseso setelah berkata demikian. Sekali sulut, asap rokok kembali memenuhi sekitar tempat itu.
"Baiklah Bang Jack, aku mendengarkan omongan mu.
Kebetulan aku baru mendengar bahwa si no 4, Manusia Besi baru saja menyelesaikan misi nya. Aku akan menggunakan jasa nya untuk melenyapkan orang itu. Aku permisi Bang.. ", usai pamitan, Arnold Waseso segera meninggalkan kediaman Jacky Amarhosea diikuti oleh 2 pengawalnya.
Sambil mengambil foto yang diletakkan di depan nya sambil memperhatikan setiap detail wajah orang yang ada disana, Jacky Amarhosea tersenyum smirk.
Tak lama setelah itu, dia mencari ponsel pintar nya dan mencari kontak seseorang. Begitu ketemu, Jacky Amarhosea segera menekan tombol panggil. Begitu panggilan telepon dari Sang Tuan Pertama tersambung, sebuah suara terdengar dengan nada khas penduduk Pulau Dewata pun terdengar,
"Halo Bli Jacky, ada yang bisa tiyang bantu...? "
*****
Untuk menghibur Jay yang sedang gundah karena masalah yang sedang dihadapi nya, Marissa Wijaya sengaja menemani Jay di kontrakan nya. Meskipun Jay sebenarnya ingin terus menjaga Ratih yang sedang terbaring koma, Marissa memaksanya untuk pulang ke rumah.
Dengan sedikit pengertian dan pemaparan logika yang digunakan Marissa, akhirnya Jay membenarkan omongan putri keluarga Wijaya itu karena memang ada benarnya juga.
"Mas Jay, mas boleh bersedih. Mas Jay juga boleh berduka atas musibah ini. Tapi ingat Mas, kalau mas Jay mengorbankan pekerjaan dan kesehatan mas sendiri, terus nanti siapa yang bantu biayain pengobatan dan perawatan Mbak Ratih? Apa Mas Jay mau, jika perawatan Mbak Ratih terhenti karena tidak ada biaya?"
Kata-kata Marissa ini tidak salah. Ratih memang butuh untuk di jaga tetapi biaya perawatan nya juga tidak sedikit. Untuk operasi kali ini saja, Jay harus menguras tabungan nya yang akan digunakan untuk acara lamaran dan pernikahan. Dia hanya mampu menyisakan motor nya yang masih nyicil sebagai alat untuk bekerja.
Meskipun Marissa juga sudah membantu banyak, tetapi tidak mungkin juga untuk terus mengandalkan orang lain untuk menyelamatkan Ratih. Maka Jay pun dengan enggan Jay pulang ke rumah kontrakannya di Surabaya selatan.
Cuaca senja yang merona merah perlahan-lahan berubah menjadi hitam seiring berjalannya waktu. Tepat saat suara adzan maghrib menggema, Marissa datang ke kontrakan Jay menggunakan mobil Pajero sport putih nya. Mobil itu terpaksa harus berhenti di parkiran yang ada diujung cluster karena jalan masuk nya tak muat untuk lalu lintas mobil. Bersama dengan Teddy, Marissa turun menenteng makanan yang ia beli di pinggir jalan.
Saat memasuki teras rumah kontrakan Jay, Marissa tersenyum manis melihat Jay yang sedang duduk melamun menatap senja yang mulai menghilang di ufuk barat.
"Mas Jay... "
Suara lembut Marissa membuat Jay segera tersadar dari lamunan nya. Dia gegas tersenyum untuk menutupi kagetnya.
"Jangan banyak melamun di waktu senja. Bahaya loh. Nanti bisa kesambet", lanjut Marissa sambil meletakkan makanan yang ia beli di samping Jay.
" Ah kau ini...
Aku cuma berpikir, kalau tidak ada kamu entah apa yang harus ku lakukan untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi. Begitu banyak masalah yang menimpa ku belakangan ini. Semuanya benar-benar di luar kendali ku. Aku tidak tahu bagaimana cara nya untuk berterimakasih pada mu atas semua bantuan yang sudah kau berikan.. "
Mendengar omongan Jay, Marissa segera tersenyum manis.
"Kalau itu gampang saja. Berikan saja nilai yang bagus untuk ku untuk masa magang ku ini, Mas Jay. Dengan begitu semuanya dianggap impas bukan? "
"Dasar Nona Muda Keluarga Wijaya...
Pintar sekali kau bertransaksi dengan orang. Jiwa bisnis memang mendarah daging dalam tubuh mu ya.. ", celetuk Jay sambil tersenyum.
Marissa hendak menanggapi omongan Jay, tetapi tiba-tiba ponselnya berdering kencang. Buru-buru perempuan cantik itu menekan tombol hijau setelah tahu siapa yang menelpon nya.
" Kepala pelayan Beny...
Ada apa kau menelpon ku? "
Suara di seberang telpon langsung membuat Marissa Wijaya kaget setengah mati.
"Nona Muda, Tuan Besar Wijaya memanggil mu untuk pulang. Ada orang dari Keluarga Kasunanan Kartasura yang ingin bertemu untuk membahas mengenai pertunangan mu".
APPAAAAAAAAAAA??!!!!
" Bukankah rencana perjodohan itu masih akan dibahas lagi setelah aku lulus kuliah? Bagaimana mungkin itu terjadi? ", teriak Marissa dengan gusar.
" Tuan Besar Wijaya baru saja sembuh dari sakitnya. Katanya ingin melihat kau ada yang melindungi setelah ia tidak ada. Sekarang aku mohon Nona Muda untuk segera pulang. Semua orang sudah menunggu.
Selain mereka, ada satu keluarga yang ingin Nona Muda menjadi menantu mereka. Keluarga Arnold Waseso dan putranya "
Ceklekk...
Wajah Marissa pias seketika. Ini jelas merupakan pernikahan politik dimana ia akan dijadikan sebagai alat untuk membangun sebuah jaringan keluarga.
Kakeknya Bagus Wijaya memang baru sembuh usai operasi ring jantung. Ini sudah yang keempat kalinya. Marissa adalah satu-satunya cucu perempuan Keluarga Wijaya dari anak sulung nya Anton Wijaya. Meskipun masih ada Alex, Donald atau yang biasa di panggil Donny dan William Wijaya, Marissa tetaplah cucu kesayangan Bagus Wijaya.
Tetapi untuk berebut siapa yang akan menjadi penerus kerajaan bisnis Keluarga Wijaya, masih belum jelas. Ketiga kakak Marissa masih bersaing ketat dan tak ada yang mau kalah. Belum lagi masih ada Kelvin Wijaya, sepupu Marissa dari putra tunggal Mario Wijaya yang merupakan putra kedua Bagus Wijaya menjadikan situasi keluarga Wijaya ibarat medan tempur yang sengit. Mereka berlomba-lomba membangun citra bisnis mereka sendiri-sendiri dengan harapan kelak ditunjuk oleh Tuan Besar Wijaya sebagai kepala keluarga Wijaya selanjutnya.
Dan hanya Marissa Wijaya saja yang sama sekali tidak tertarik dengan perebutan kekuasaan itu. Meskipun memegang 10 persen saham keluarga Wijaya, Marissa tidak menunjukkan adanya tanda-tanda ketertarikan terhadap kekuasaan. Inilah yang menjadi dasar kekhawatiran Bagus Wijaya akan nasib cucu perempuan satu-satunya itu di masa depan.
Melihat kecemasan di wajah cantik Marissa, Jay segera paham bahwa perempuan itu tidak sedang baik-baik saja.
"Ada apa Marissa? Kenapa kamu panik begitu?? "
Ucapan Jay seketika membuat Marissa sadar dari pikirannya sendiri. Melihat tampang Jay yang rupawan, tiba-tiba sebuah ide melintas di dalam otak Marissa.
"Mas Jay, untuk kali ini bisakah Mas Jay menolong ku? "
"Maksud mu menolong bagaimana Marissa? Kau sudah banyak menolong ku tentu saja aku tidak akan keberatan andai kau membutuhkannya", sahut Jay segera.
Marissa terlihat ragu-ragu untuk berbicara. Dua telunjuknya di adu sambil sedikit menundukkan kepala. Sepertinya ia sedang memilih kata yang pas untuk berbicara dengan Jay.
"Kan begini Mas Jay, kakek ku ingin menjodohkan aku dengan orang. Terus terang saja aku menolak nya karena aku ingin nantinya suami ku adalah orang yang ku pilih sendiri dengan cinta dan kasih sayang dari hati ku.
Tetapi ehh... ", Marissa kembali terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan omongan nya.
" Tetapi apa? "
"Tetapi kalau aku tidak punya pacar, aku sama sekali tidak punya alasan untuk menolak rencana perjodohan ku.
Mas Jay mau gak pura-pura jadi pacar ku? Untuk malam ini saja. Please.. ", tatapan Marissa memelas persis kucing kecil yang minta makan karena lapar.
Uhuukkk uhuukkk uhuukkk...
Teddy yang mendengar suara memelas Marissa langsung tersedak meminum es jeruk kemasan yang ia beli tadi. Sontak Marissa berbalik ke arah nya sambil melotot dan berkacak pinggang.
"Mau mati ya berani menertawakan aku hah?!"
"Eh eh enggak Non, saya buru-buru menyedot nya karena haus. Kita kan belum minum dari tadi", alasan Teddy cepat.
" Alah alasan! Berani kau menertawakan ku, siap siap kau dipecat kakek ku!! Mau kau? ", Marissa mendelik garang pada Teddy.
" T-tidak berani Non, sumpah ini tadi gak menertawakan. Buru-buru nyedot es nya, jadinya keselek ini. Sumpah deh.. ", sahut Teddy dengan takut takut.
" Awas aja ya, kalau ketahuan lagi. Aku tak akan mengampuni mu. Jauh-jauh sana, dasar sopir kurang ajar..!! "
Tanpa diperintah dua kali, Teddy langsung ngacir menjauh. Di jarak yang cukup jauh, Teddy langsung mengelus dada nya sambil bernafas lega.
"Macan betina itu kesambet apa sih? Galak benar hari ini.. "
Setelah Teddy menjauh, Marissa kembali menatap Jay dengan penuh tatapan permohonan.
"Bisa ya Mas Jay? Please, aku janji gak akan aneh-aneh. Dan kalau ini berhasil, Mas Jay aku traktir makan malam sama baju di Mall. Please... "
Jay tersenyum tipis mendengar permintaan Marissa ini. Bagaimanapun juga, Marissa sudah banyak membantu nya. Tanpa dijanjikan apapun, dia pasti akan membantu saat Marissa membutuhkan.
"Baiklah, hanya pacar pura-pura kan? ", Marissa mengangguk cepat mendengar omongan Jay.
" Hanya pura-pura, tidak lebih.. "
"Baiklah, aku bersedia.... "
Saking girangnya mendengar jawaban Jay, Marissa tanpa sadar langsung memeluk Jay. Kejadian itu begitu cepat hingga Jay tak bisa lagi mengelak.
Ehemmm ehemmm..
"Pacar pura-pura pakai pelukan juga ya? "
Pertanyaan Jay langsung membuat Marissa tersadar dan langsung melepaskan pelukan nya di tubuh Jay. Sambil merona merah menahan malu Marissa pun segera berkata,
"Kalau begitu, mulai sekarang Mas Jay harus memanggil ku dengan nama kesayangan kakek ku agar akting kita lebih terlihat ya.
Panggil aku dengan nama Icha.. "
up teruus kang ebeezz..
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...