Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Hari Itu
Setelah melewati hari yang melelahkan, Miko kini bisa menikmati malam dengan tenang. Entah apa yang sedang dipikirkan anak itu, senyum Miko sesekali terkembang sembari menatap ponsel mahalnya.
Miko tahu, sekarang dia menjadi laki-laki populer. Karena banyak media dan para influenser yang datang di acara konferensi siang tadi, secara otomatis mereka juga banyak yang memberi informasi tentang Miko meski tidak terlalu akurat.
Sekarang akun media sosial Miko dibanjiri banyak pengikut. Bahkan banyak juga yang mengirim pesan, baik dari orang yang Miko kenal, maupun orang yang tidak dikenal sama sekali.
Malah, banyak juga yang mengajak kencan. Entah itu sebuah candaan ataupun keseriusan, Miko tidak terlalu menanggapinya.
"Belum tidur?" sebuah suara seketika mengusik pikiran Miko yang sedang berkirim pesan. Miko pun menoleh dan seketika dia langsung bangkit dari berbaringnya.
"Ibu kok belum tidur?" bukannya menjawab, Miko malah melempar pertanyaan pada wanita yang sedang mendekat kepadanya.
"Ibu belum ngantuk," jawab Seruni. "Kamu sendiri, kenapa belum tidur?"
"Ya sama," Miko menjawab lalu dia cengengesan. Namun saat dia teringat sesuatu raut wajah Miko langsung berubah. "Oh iya, Ibu kan tadi diajak bicara sama Ayah? Emang sudah selesai?"
Kening Seruni berkerut, menatap heran pada anaknya. "Ayah?"
Miko sedikit terperanjat. Namun tak lama setelahnya anak muda itu malah tersenyum lebar.
"Sejak kapan?" Seruni kembali bertanya.
"Sejak tadi pagi saat berangkat ke kantor," jawab Miko sembari melempar pandangan ke arah ponsel yang sedang dia pegang.
"Jadi, kamu sudah menerimanya?" Seruni nampak penasaran.
"Ya gimana lagi, Bu, mau disangkal dengan cara apapun, dia tetap ayah ku, kan? Apa lagi sekarang, satu negara sudah tahu."
Seruni mengangguk lalu dia melempar pandangan ke arah lain.
"Ibu sendiri bagaimana? Apa yang tadi Ibu bicarakan sama Ayah?" Sekarang gantian Miko yang menatap penuh selidik kepada ibunya.
"Rahasia, masalah orang dewasa, anak kecil tidak boleh tahu," ucap Seruni sembari memasang wajah ketus.
Seketika Miko mendengus. "Masa rahasia? Biasanya Ibu juga apa-apa cerita sama aku," Miko memasang wajah cemberut.
Seruni tersenyum. "Sekarang anak ibu udah gede, udah jadi pria tampan dan banyak uang ya?" Seruni sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa? Ibu mau nagih janji?"
"Nggak perlu," balas Seruni. "Ibu juga sudah punya banyak uang."
"Tapi kan aku dulu sering janji sama Ibu, kalau aku banyak uang, aku akan menuruti semua permintaan ibu?"
Seruni kembali tersenyum. "Yah karena kamu sekarang sudah banyak uang, permintaan ibu diubah aja."
"Diubah? Diubah bagaimana?" Miko heran.
"Karena kamu sudah banyak uang, Ibu mau minta kamu lebih menjaga diri, hati-hati dalam bertindak. Jangan sampai nasib kamu seperti ayahmu. Karena kamu banyak uang, nanti, bakalan banyak orang akan yang pura-pura baik sama kamu, terutama perempuan. Takutnya, kamu nanti hanya dimanfaatkan saja, kaya ayahmu."
Miko agak tertegun mendengar permintaan ibunya.
"Bergaulah, seperti saat kamu tidak memiliki banyak uang. Kamu juga hati-hati jika pengin menjalin hubungan sama cewek di kota."
"Iya, bu, oke," balas Miko patuh, sembari kembali menatap layar ponselnya.
Seruni menatap anaknya dengan tatapan penuh selidik. Namun, kala Seruni teringat sesuatu, wanita itu langsung tersenyum.
"Oh... masih setia sama gadis pengurus panti?"
Miko terperanjat. "Apaan sih, Bu," Miko langsung berpaling, menutupi rasa malunya dengan kembali berbaring memunggungi Ibunya.
"Astaga! Sama Ibu aja masih malu," Seruni makin gencar meledek putra satu-satunya. "Jangan tidur kemalaman."
"Iya, Bu."
Seruni pun beranjak, meninggalkan sang anak dengan perasaan yang cukup tenang.
#####
Hari berikutnya, Miko kembali disibukan dengan rutinitas seperti biasanya. Sebelum berangkat kuliah, Miko melewati paginya dengan berkumpul bersama keluarga di meja makan.
"Kamu bisa nyetir nggak, Mik?" tanya Hendrick di tengah-tengah menikmati sarapan paginya.
"Belum, Kek," jawab Miko dengan mulut penuh makanan.
"Minta supir buat ngajarin, soalnya mobil pesenan kakek besok bakalan datang," balas Hendrick.
"Apa hubungannya?" tanya Amelia heran.
"Kakek pesan mobil, khusus buat Miko," jawab sang Kakek. "Di rumah ini, laki-laki yang belum punya mobil, hanya Miko doang."
"Ya ampun... terus mobil berjejer di garasi itu buat siapa?" Amalia melayangkan protes.
"Ya nantinya buat Miko juga. Tapi kan Miko harus memiliki mobil baru, masa iya, pakai mobil bekas. Kasihan," ujar Dixion santai.
"Emangnya William nggak beliin Miko mobil?" tanya Rena.
"Aku belum tahu selera Miko kaya apa," jawab William. "Lagian, aku sudah ngasih uang, biar suatu saat kalau pengin beli mobil, tinggal beli, nggak perlu ijin sama aku."
"Ohh..."
"Emang Mobil apa sih, Kek?" tanya Miko penasaran.
"Nanti juga kamu tahu. Intinya, mobil ini hanya ada 10 unit di dunia."
"Wow!" Miko takjub.
"Jangan terlalu memanjakan Miko, Kek," ucap Seruni.
"Sesekali, Seruni. Kalau bukan untuk cucu Kakek, terus untuk apa aku ngumpulin uang?" balas Hendrick.
"Terima kasih, Kek," ucap Miko sambil cengengesan. "Nanti deh, pulang kampus, aku minta diajarin nyetir."
Sang Kakek langsung mengacungkan jempol.
"Terus rencana pernikahan kalian sendiri bagaimana?" Sekarang gantian Amelia yang menodong pertanyaan.
"Mommy aja yang ngurus semuanya," ucap William pasrah.
"Oke," balas Amelia. "Untuk waktu dua minggu, cukup lah."
"Hah! Dua minggu?" Seruni kaget mendengarnya.
"Loh, emang kamu nggak tahu?" tanya Amelia dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Seruni. "Bukankah semalam kalian berbicara? Kamu nggak ngasih tahu, Will?"
"Gimana mau ngasih tahu, orang lagi bicara baik-baik, Seruni malah bikin kesal," William mengadu.
"Hah! Bikin kesal kenapa?"
Seketika Seruni salah tingkah, karena semua mata menatap ke arahnya.
"Semalam dia ingin menolak pernikahan kita," ucap William sambil terus makan.
"Bukan menolak," Seruni langsung membantahnya. "Aku kan hanya bertanya."
"Sama aja," balas William.
"Enggak, serius, enggak nolak," Seruni meyakinkan semua mata yang masih menatapnya.
"Ya udah. Karena Seruni setuju, berarti nanti setelah makan, Mommy akan menyusunnya."
"Walah, berarti aku nggak jadi ke luar negeri nih," ucap Rena.
"Diundur aja," sahut amelia. "Lagian, Ben, Jeni Clarisa juga akan pulang."
"Om Ben dan Tante Jeni akan pulang?" Miko nampak kaget. "Perasaan, mereka baru berangkat pas aku datang ke rumah ini?"
"Udah biasa kali, Mik," jawab Albert. "Kamu, kalau pengin ke luar negeri tiap hari, juga bisa."
"Astaga..." Miko kembali dibuat takjub dan raut mukanya membuat semua orang tersenyum.
Pagi itu pun dilewati Miko dengan senyum dan tawa.
Selang satu jam kemudian, Miko kini sudah berada di depan gerbang kampusnya. Untuk ke sekian kalinya, Miko kembali menjadi pusat perhatian dan Miko tahu apa penyebabnya.
"Selamat pagi, Miko," sapa beberapa teman kampus wanita ketika Miko melewatinya.
Miko pun menjawab hanya dengan melempar senyuman, dan senyuman Miko sukses membuat para wanita itu histeris.
Miko juga melempar pandangan datar kepada beberapa laki-laki yang dulu pernah merundungnya. Entah apa yang mereka pikirkan sekarang dan Miko tidak peduli.
"Hai, Miko," tiba-tiba ada yang menghadang Miko. Seorang wanita yang membuat Miko jadi korban perundungan Kelvin.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%