Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kendra tidak sengaja membuat Desi menangis
Kendra berdiri dari duduknya lalu melirik sekilas ke arah Desi yang masih setia duduk terdiam di tempatnya. "Berdiri lah!" perintah Kendra. Tanpa banyak berkata, Desi segera berdiri dari duduknya.
"Ayo, ikut aku," ujar Kendra sembari berjalan menuju tangga.
"Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Desi dengan kening yang mengkerut.
"Ikut saja!" tegas Kendra yang membuat Desi pasrah dan segera mengikuti langkah Kendra dari belakang.
Kendra berjalan menaiki tangga, begitu pun dengan Desi yang selalu mengikuti setiap langkah tuannya itu dari belakang. Setibanya di kamar, Kendra mengunci pintu dari dalam yang membuat Desi keheranan ketika melihatnya.
"Kenapa pintunya dikunci?" tanya Desi.
"Karena aku ada urusan penting denganmu." Kendra berbalik lalu menatap Desi dengan tatapan menyeramkan. Kedua kaki panjang Kendra pun melangkah secara perlahan mendekati Desi.
Melihat hal itu membuat Desi seketika merinding. Lantas saja ia melangkah mundur ketika melihat Kendra yang semakin mendekat ke arahnya.
"U--Urusan penting?" tanya Desi terbata-bata. Ia terus mundur tanpa sadar bahwa tubuhnya sudah menempel ke dinding.
Kendra tersenyum menyeringai ketika menyadari Desi sudah tidak dapat melangkah mundur lagi karena ada dinding di belakangnya. Kendra pun semakin mempercepat langkahnya, sehingga ia kini berhadapan dengan gadis mungil itu.
"Yeah ... Urusan penting. Yang hanya kita saja yang tahu," bisik Kendra dengan suara beratnya.
Desi pun mulai ketakutan. "Ma--Maksudnya, Tuan? A--Aku tidak mengerti."
Kendra diam. Pria itu mulai melingkarkan salah satu tangan kekarnya di pinggang ramping milik Desi. Desi yang mendapat perlakuan seperti itu pun berusaha melepaskan dirinya.
"Tu--Tuan ...." lirih Desi mendorong dada Kendra sekuat tenaganya agar menjauh, tetapi hal itu tidak berhasil sama sekali.
"Hanya kita berdua saja yang ada di dalam kamar. Bukankah ini kesempatan yang tempat untuk kita berdua, Sayang?" Kendra kembali berbisik di telinga Desi sembari menggigit daun telinga Desi dengan sangat perlahan.
"Hikss ... Hikss ... Hikss ...." Kendra langsung terkejut ketika melihat Desi tiba-tiba menangis.
"Gadis nakal ...."
"Hikss ... Hikss ... Tuan jahat!" isak Desi semakin menangis dengan deras yang membuat Kendra panik bukan main.
"Berhenti menangis. Aku hanya bercanda, gadis nakal!" Kendra melepaskan pelukannya dan langsung berlutut di hadapan Desi. Kendra memegang kedua tangan Desi berusaha untuk meminta maaf. Sungguh niat Kendra hanya ingin mengerjai Desi, ia tak menyangka jika Desi akan menangis seperti ini.
"Bercandanya kelewatan, Tuan. Aku benar-benar takut. Hikss ... Hikss ...."
Kendra yang mendengar itu lantas merasa semakin bersalah. "Maafkan aku, gadis nakal. Aku tidak menyangka kalau kau akan setakut itu padaku. Aku mengaku salah. Tolong maafkan aku, gadis nakal," lirih Kendra menggenggam kedua tangan Desi semakin erat.
"Tuan jangan melakukan itu lagi. Aku sangat takut," isak Desi.
"Aku berjanji, gadis nakal. Aku tidak akan membuatmu takut lagi," ujar Kendra yang segera berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Desi dengan sangat erat. "Berhentilah menangis. Aku tidak suka melihatmu membuang air mata! Ada rasa sesak di dadaku saat melihatmu menangis!" ujar Kendra begitu khawatir.
Hari ini desi mulai bekerja sebagai asisten pribadi tuan Kendra. Tugas yang harus ia lakukan adalah menyiapkan seluruh keperluan tuan Kendra. Dimulai dari memandikan, menyiapkan pakaian, serta memasak sarapan untuk tuannya itu.
Kendra merentangkan kedua tangannya di depan Desi. Desi yang mengerti akan hal itu lantas segera mendekat dan mulai membuka kancing piyama Kendra satu persatu.