Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Setelah selesai mengerjai Balqis, Faaris berangkat ke kantor dengan wajah berseri. Tapi berbeda dengan Balqis yang kesal setengah mati pada pria tampan namun minus akhlak itu, bisa-bisa nya dia terlihat santai menyusu, padahal di luar ada orang. Setidaknya panik lah sedikit, tapi ini tidak sama sekali.
Balqis keluar dari kamar mandi dengan rambut basah nya, terpaksa juga dia memakai blouse yang tadi juga rok nya, karena lupa membawa pakaian ganti, seperti nya dia harus ke pasar sekarang, untuk sekedar membeli baju ganti. Untung saja, dia masih punya uang bonus minggu kemarin yang dia tabung.
Balqis mengusap lembut kepala ibu nya, hati nya merasa bersalah karena tak bisa menjaga diri dengan baik. Ibu nya selalu bilang, jangan terbawa arus pergaulan anak muda jaman sekarang yang menganut sex before married. Ibu nya selalu berpesan agar Balqis menjaga kehormatan nya sebagai wanita dengan tidak melakukan hal berbau sexual, dan hanya mempersembahkan kesucian nya pada laki-laki yang kelak jadi suami nya.
"Maafin Balqis Bu, awalnya Balqis melakukan nya untuk biaya operasi Ibu, tapi Balqis tak bisa menolak saat dia melakukan nya lagi dan lagi. Maafin Balqis ya Bu, Ibu cepat bangun dan kita pulang ke rumah." Ucap Balqis, perempuan itu mengambil sisir dan menyisir rambut panjang nya. Lalu keluar dari ruangan rawat ibu nya, tujuan utama nya adalah pasar dan membeli sarapan. Dia belum sarapan tadi, malah sudah di pakai sarapan oleh Faaris.
Balqis berjalan sambil menenteng tas kecil nya, hanya berisi dompet dan ponsel jadul entah keluaran tahun berapa, yang jelas jauh dari kata canggih.
"Balqis..." Panggil seseorang, membuat Balqis menoleh. Dia membulatkan mata nya, dia terkejut bukan main saat melihat Vander berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam celana bahan nya.
"Mau kemana? Aku mencari mu dari tadi."
"Mau beli sarapan, sama beli baju ganti. Anda mengikuti saya kesini?" Tanya Balqis, dia sedikit menjaga jarak saat pria itu mendekat, dia tak mau membuat Faaris marah dan ujung-ujungnya akan memberi nya hukuman, enak memang tapi dia pria beristri.
"Iya, tadi aku ke kantor tapi katanya kamu cuti untuk menjaga Ibu mu yang sakit. Ibu mu sakit apa?"
"Gagal ginjal parah, baru saja di operasi tapi malah drop dan sekarang koma." Jawab Balqis sambil berjalan.
"Apa ibu mu rutin mencuci darah nya setiap bulan?" Tanya Vander.
"Dari situlah masalah nya berawal Vander, aku tak mampu jika harus mencuci darah setiap bulan nya, gaji ku di kantor tak cukup."
"Kalau begitu kau bekerja saja di kantor ayah ku, dia pasti akan senang jika kau menjadi asisten nya." Usul Vander dengan antusias.
"Tidak semudah itu tuan Vander, saya terikat kontrak dengan Tuan Faaris. Lagipun Tuan Faaris adalah bos yang royal terhadap pegawai."
"Lalu kenapa tak cukup, Balqis?" Tanya Vander.
"Alasan nya, pertama karena Ibu tak mau, kedua aku juga punya kebutuhan dan keperluan rumah juga ku beli dari uang gaji ku setiap bulan nya." Jawab Balqis menjelaskan, dia mulai jengah dengan pertanyaan dari pria yang berjalan santai di depan nya.
"Bang, bubur ayam nya 2 ya." Balqis memesan bubur ayam untuk sarapan nya, dia memesan dua porsi saking lapar nya.
"Sudah sarapan? Sarapan bareng aja."
"Bukan nya kamu pesan 2 itu untukku satu?" Tanya Vander membuat Balqis terkekeh.
"Aku sangat lapar Tuan, jadi memesan dua porsi. Anda pesan saja sendiri," Vander sontak saja salah tingkah, dia terlalu percaya diri sampai mengira Balqis memerhatikan nya.
"Saya satu mangkuk saja, Pak."
"Baik, silahkan tunggu sebentar." Jawab abang-abang tukang buryam itu, Balqis dan Vander duduk di bangku memanjang bersampingan. Balqis cukup tak nyaman dengan berdekatan dengan Vander, dia merasa aura Vander lebih mesum dari pada Faaris.
"Kenapa bergeser Balqis? Kau tak nyaman."
"Maaf, tapi sebaiknya kita menjaga jarak. Ada seseorang yang tak suka jika aku berdekatan dengan pria lain, nanti aku di hukum." Jawab Balqis.
"Siapa? Ohh kau sudah punya pacar? Atau pendamping semacam tunangan."
"Maaf, itu privasi." Jawab Balqis datar. Dia mengalihkan perhatian nya pada ponsel yang berdering di dalam tas nya.
Balqis mengangkat nya dan bicara, siapa lagi kalau bukan Faaris yang menelpon.
"Hallo Tuan.."
"Kau sedang dimana Balqis, sedang apa?" Tanya Faaris.
"Saya sedang di tukang bubur ayam, saya belum sempat sarapan tadi."
"Belum sarapan? Bukan nya tadi kamu sarapan telur dan sosis?" Goda Faaris, tapi Riana yang polos meski sudah beberapa kali di polosin malah menyangka kalau yang di maksud Faaris itu makanan asli.
"Maksud anda? Tadi kan saya baru bangun tidur saat anda datang."
"Kita melakukan nya di kamar mandi kan? Kamu memakan sosis dan dua telur milik ku." Jawab Faaris.
Blushh..
Pipi Balqis merona, pria itu selalu bisa membuat wajah nya memerah dengan perkataan nya.
"Aku tebak, pasti wajah mu saat ini sedang memerah kan, Balqis? Mengaku saja."
"Sudahlah, ada apa menelpon?" Tanya Balqis pelan, sedangkan Vander terlihat meneliti wajah balqy dan menerka-nerka, kira-kira siapa yang menelpon Balqis?
"Hanya rindu suara mu saja, aku ingin melihat wajah mu. Bisa kita melakukan panggilan video?" Tanya Faaris di seberang sana, membuat Balqis ketar-ketir. Kalau Faaris sampai tau kalau dia bersama Vander, bisa habis dia di hajar oleh Danish.
"S-aya sedang makan Tuan, nanti saja."
"Tidak, aku ingin sekarang sebelum klien datang." Kekeh Faaris, membuat Balqis mendengus, pria itu selalu saja keras kepala.
Ponsel Balqis berdering, dan benar saja Faaris melakukan panggilan video pada nya. Mau tak mau, Balqis mengangkat nya sebelum pria itu curiga.
"Cantik sekali, sudah mandi ya? Ciee keramas." Goda Faaris.
Pria itu jadi terlihat sifat asli nya yang pecicilan parah.
"Bubur saya datang, saya makan dulu."
"Jangan di matikan, aku ingin melihat mu makan." Ucap Faaris, lagi-lagi membuat Balqis mendengus.
Balqis menyimpan ponsel nya di sisi botol kecap, dan dia mulai makan dengan lahap tak peduli kalau dia di lihat oleh bos nya sendiri, yang jelas dia lapar dan ingin makan sampai kenyang, biarkan saja malu dia rasakan nanti yang penting makan dulu, biarlah pria itu ilfeel, dia tak peduli, syukur-syukur pria itu menjauh nanti.
"Pelan-pelan makan nya, Balqis." Ucap Vander.
Degg...
Jantung Balqis terasa berhenti berdetak, entah apa tanggapan dari Faaris saat mendengar suara Vander.
"Kamu bersama siapa Balqis? Apa itu seorang pria?" Tanya Faaris menuntut.
"Tidak ada siapa-siapa Tuan, hanya suara pelanggan lain."
"Jelas-jelas dia menyebut nama mu, kau pikir aku tuli?" Tanya Faaris, dari nada bicara dan ekspresi nya Faaris mulai terpancing emosi.
"Ohh Tuan Faaris, selamat pagi." Ucap Vander malah menyapa Faaris dari layar ponsel, menambah suasana panas saja. Entah apa yang akan Faaris lakukan setelah ini, pasti dia di hukum lagi.
"Vander, kau disana?"
"Iya tuan, saya menemani Balqis sarapan." Celetuk Vander, membuat Balqis menepuk jidat nya. Tak tau apa kalau Faaris akan marah padanya? Huh dasar Vander, memperburuk suasana saja!
"Lanjutkan, aku akan menyusul nanti."
"Baik tuan, saya akan menunggu disini." Jawab Vander.
"Tak perlu, aku meeting dengan klien dulu. Silahkan makan yang kenyang!"
Tutt..
Panggilan terputus, membuat Balqis lemas seketika. Nafsu makan nya lenyap seketika, bagaimana nasib nya nanti? Dia merasa tak berbuat salah pun kena hukuman satu jam berdiri terguncang di kamar mandi, bagaimana kalau sekarang? Balqis bagai perempuan yang terciduk selingkuh oleh kekasih nya.
Tringg..
Satu pesan masuk, Balqis meraih ponsel dan membuka aplikasi chat berlogo telpon berwarna hijau itu.
"Makan yang banyak, bersiaplah aku akan menghukum mu nanti, Balqis!" Isi pesan yang ternyata dari Faaris, membuat bulu kuduk Balqis meremang seketika.
"Ayo makan, Balqis. Katanya lapar." Ucap Vander, tak tau saja kalau nasib Balqis sedang berada di ujung tanduk, mana mungkin dia bisa makan?
"Wajah mu memucat Balqis, kau sakit? Kenapa mendadak, padahal tadi kau baik-baik saja."
"Tuan Vander, apa kau tau? Kesalahan fatal apa yang sudah kau lakukan?"
"Aku? Rasanya tidak membuat kesalahan apapun." Jawab Vander acuh, seolah tanpa dosa setelah membuat nasib nya memburuk.
"Tidak bagimu, tapi iya bagiku. Bagaimana nasib ku nanti, semoga saja aku masih selamat dan bisa berjalan esok hari."
Gumam Balqis. Dia kembali melanjutkan makan nya saja, sebelum menghadapi hukuman dari Faaris.
Di kantor, Faaris sedang uring-uringan karena melihat Balqis sedang bersama Vander. Entah bagaimana caranya pria itu bisa menemukan Balqis.
"Belum selesai dengan dokter genit itu, sekarang datang lagi pengganggu! Menyebalkan, tapi memang aura Balqis sangat menarik, jadi tak heran banyak pria yang tertarik untuk memiliki Balqis. Tapi tidak, Balqis hanya milik ku dan akan selalu begitu! Aku yang sudah menolong nya, aku juga yang sudah merenggut kesucian nya!"
Faaris yakin kalau Balqis hanya miliknya dan hanya dia yang boleh memiliki Balqis, perempuan cantik yang berhasil membuat nya berpaling dari Elma , wanita yang paling dia cintai.
Faaris mengerjakan berkas nya dan pergi menemui klien untuk meeting. Dia harus menyelesaikan pekerjaan nya terlebih dahulu sebelum menemui Balqis dan memberi nya hukuman.
Sedangkan di mansion, kondisi Elma kembali stabil. Wanita itu sudah sadar kembali, meski masih lemah, tapi dia sudah bisa merespon dengan baik. Dokter Hendri tersenyum saat melihat istri sahabat nya berhasil melewati masa kritis nya.
"Aku akan memberi tahu Faaris tentang kondisi mu, Elma."
"T-ak usah Hendri, dia sibuk sekarang. Nanti juga dia pulang dan aku minta, tolong tetap rahasiakan penyakit ku dari Faaris." Ucap Elma lirih.
"Maksudmu? Faaris tak perlu tau penyakit mu, kenapa Elma ?" Tanya Dokter Hendri.
"Aku tak mau membuat Faaris terpukul, selama aku masih kuat aku akan bertahan meski itu terasa sakit."
"Elma , kamu memang wanita yang kuat. Aku salut padamu, disaat seperti ini kau masih memikirkan suami mu." Ucap dokter Hendri dengan mata berkaca-kaса.
"Jangan menangis Hendri, simpan saja air mata mu itu untuk sesuatu yang lebih menyakitkan nanti, kematian ku misalnya."
"Jangan berkata seperti itu, Elma . Kau pasti kuat, kau pasti bisa sembuh."
"Ada saat nya aku lelah dengan hidup ku sendiri, berjuang sendiri merasakan penyakit yang perlahan menggerogoti tubuh ku dan jika saat itu tiba, berjanjilah kau harus ada di samping Faaris, menguatkan nya. Jika hal itu sampai terjadi, Faaris akan rapuh kan? Kuatkan dia, Hendri." Ucap Elma pelan, dia tersenyum kecut, berusaha kuat.
"Elma..."
"Sudah ku bilang jangan menangis, sebaiknya kau segera menikah agar hidup mu lebih berwarna, Hendri ."
"Kita memang tidak berjodoh di dunia ini, tapi di kehidupan nanti aku berharap kita bisa bersama, Elma ." Ucap Hendri , memang dulu Hendri lebih dulu yang menyukai Elma tapi perempuan itu lebih memilih Faaris.
Elma tertawa hambar, dia sudah lama tau kalau Hendri menyukai nya tapi saat itu hati nya sudah terpancang kuat bersama Faaris. Meski akhirnya Elma mengkhianati kepercayaan Faaris dan membuat nya menerima karma yang menyedihkan seperti saat ini, karma di bayar instan. Penghianatan di balas dengan penghianatan.
"Aku bukan wanita yang baik Hendri , aku hanya wanita biasa yang kadang kurang puas dengan apa yang sudah aku memiliki, itulah manusia. Serakah, padahal sudah memiliki yang sudah sempurna, tapi selalu merasa kurang. Carilah perempuan baik-baik Hendri , aku yakin kau akan menemukan perempuan lain yang lebih baik daripada aku."
"Semoga saja, Elma."
"Aku mendoakan mu, Hendri. Meski dari dunia yang berbeda nanti," Ucap Elma sambil tersenyum tulus, tapi senyuman itu malah membuat hati Hendri terasa sesak.
****