Pengganti Adik Ku

"Ini pesanan mu, kain kali kalau nyuruh itu pake logika. Aneh ... Kaya orang ngidam saja. " gerutu Arta menaruh makanan yang di pesan oleh Lea.

Lea tak memperdulikan cerocosan suaminya itu, ia begitu semangat membuka setiap bungkusan yang di persembahkan oleh suaminya itu.

"Aaaaaa ... Masyaallah terimakasih banyak suami ku. " Lea berjingkrak kegirangan berlari mendekat pada Arta memeluknya dan mencium pipi suaminya.

Saking gembiranya ia tidak melihat benjolan di hidung Arta, Lea mulai menyantap bakso yang aromanya begitu menggoda. Arta sampai menelan ludah kala melihat lahapnya Lea memakan bakso itu.

Arta membiarkan istrinya menikmati apa yang dia inginkan, Arta memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Aaaahh siall ... Bagaimana jika besok ada meeting dadakan, bisa malu habis-habisan. Lebah sialan ! " umpat Arta.

Lea menyeruput bakso itu sampe tidak tersisa sedikitpun, sampai tiba waktunya ia melihat buah sirsak yang masih terlihat getahnya.

"Aaaaaaa .... Nikmatnya. " Lea begitu sangat antusias sekali menikmati apa yang dia inginkan.

"Jangan teriak-teriak ! bisakan ? " Umpat Arta yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.

Arta merasakan sebuah kebahagiaan kala melihat Lea begitu sangat bahagia, apalagi saat ia berlari memeluknya dan mengatakan terima kasih suami ku.

Malam pun tiba, Lea tertidur lebih dulu karna ia sudah merasa kenyang, sementara Arta masih bersibaku dengan laptop kerjanya.

"PT. Sinar sentosa ? " Jadi yang menggeser perusahaan Ayah Bima itu perusahan tempat Lea bekerja.

"Apa mungkin Lea yang melakukannya ? " tanya penasaran Arta.

Arta melihat Lea seperti orang linglung, Arta segera menghampirinya. " Kamu kenapa ? "

"Minum. * jawab Lea enggan membuka matanya.

Arta semakin penasaran, tidak biasanya Lea manja seperti itu. Biasanya dia adalah wanita yang sangat mandiri.

"Ya sudah ini minum ! " Ucap Arta memberikan segelas air putih.

"Tidur lah Mas, ini sudah larut malam. "

"Bilang saja jika kamu mau. "

Seketika Lea membuka matanya sempurna, " Ti-tidak Mas. Tidak sekarang ya Mas ? Aku sedang tidak enak badan. "

Arta mengacak rambut Lea, " Ya sudah. sebentar lagi Mas istirahat. Tidurlah duluan. "

Lea tidak menjawab ia hanya menjatuhkan tubuhnya kembali ke atas tempat tidur.

Pagi pun tiba.

"Mas ? "

"Hmm ... "

"Perjanjian itu tinggal satu Minggu lagi. "

Arta mengehentikan aktifitas saat merapihkan rambutnya.

"Lalu ? "

"Emm ... Tidak, dengan begitu aku bisa kembali ke rumahku. " kilah Lea dengan wajah tertunduk.

"Aku tidak akan mencampuri urusanmu jika perjanjian itu habis. "

"Degg ... "

Lea hanya mengangguk pilu.

"Kamu mau ke kantor ? " Tanya Arta.

"Tidak dulu Mas, aku masih mau istirahat. "

*Ya sudah, jaga diri baik-baik. Kalau ada telpon saja. oh ya, jika ingin sesuatu jangan yang aneh-aneh. Luka ku masih sakit. " jelas Arta.

Lea mengangkat wajahnya, " Luka ? "

"Iya luka karna sengatan tawon. "

"Hahahahahaha .... Kok bisa ? "

"Bisa lah, ini buktinya hidungku merah seperti badut. Untung saja bengkaknya berkurang. " Dengus Arta.

Lea tak bisa membayangkan saat laki-laki seorang pimpinan perusahaan naik pohon lalu di sengat tawon, " Gak sopan banget sih tuh lebah. Kok bisa tidak lihat dasi yang mentereng di dada kamu Mas. Harusnya dia lebih sopan pada pimpinan perusahaan. "

Arta menggelengkan kepalanya, laku menekan lembut pipi Lea, " Memangnya lebah itu staff ku hah ? "

Hahahahahaha ...

Arta pun keluar dari kamar, ia melihat laptop pribadi Arta masih ada di meja kamarnya.

"Aku harus cari tahu tentang Mas Arta, sebelum aku keluar dari rumah ini. Aku harus tau segalanya. "

Lea mengunci pintu kamarnya, berjaga-jaga jika saja ada yang mencoba masuk saat ia berusaha mencari bukti.

Laptop pribadi Arta pun berhasil di operasikan oleh Lea, semua berkas tertata rapih di sana.

Di barisan nama-nama data, ada sebuah data yang berjudul. "RUMAH SAKIT SEHAT SENTOSA" Lea buru buru mengcopy file itu dan ia kirim kan ke emailnya.

File lainpun ia Copy, setelah selesai Lea merapihkan kembali laptopnya. Ia sangat jeli, Arta tidak akan curiga jika laptopnya di jelajahi oleh Lea.

Kini fokus Lea beralih ke ponsel canggihnya, " Astaghfirullah pantas Mas Arta sangat membenci Atala. "

"Informasi yang aku dapatkan di apartemen kala itu benar adanya, Kedua orangtua yang aku anggap sebagai mertua ku itu ternyata orang lain. malang sekali Mas nasibmu. Kamu benar-benar sebatang kara. " batin Lea.