Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Karina dipaksa menikah dengan pria bernama Victor Stuart. Anak dari sahabat kakeknya. Pria dingin yang selalu berusaha mengekangnya.
Selama pernikahan, Karina tidak pernah merasa jika Victor mencintainya. Pria itu seperti bersikap layaknya seseorang yang mendapat titipan agar selalu menjaganya, tanpa menyentuhnya. Karina merasa bosan, sehingga ia mengajukan perceraian secara berulang. Namun, Victor selalu menolak dengan tegas permintaannya.
"Sampai kapan pun, kita tidak akan bercerai, Karina. Hak untuk bercerai ada di tanganku, dan aku tidak akan pernah menjatuhkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
****
Victor akhirnya benar-benar tidak pulang. Karina sudah menunggu hampir setengah jam, tetapi pria itu sama sekali tidak kembali. Sehingga membuat Karina akhirnya nekat bersiap diri untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya.
"Aku akan pulang sedikit lebih cepat darinya. Lagi pula, dia juga memiliki acara di luar, kan? Apa salahnya jika aku juga pergi?"
Setelah memakai dress yang sudah disiapkan dari minggu lalu, Karina mulai memoles wajah cantiknya. Bisa dipastikan Edward juga akan datang malam ini. Jadi, Karina mendapatkan kesempatan besar untuk bertemu dengan kekasihnya.
Jika hari-hari sebelumnya Victor selalu menerornya saat Karina berada di luar, bisa dipastikan malam ini pria itu tidak akan melakukan hal bodo tersebut. Karena Karina sangat yakin jika Victor pasti akan jauh lebih sibuk dari dirinya malam ini.
"Karena dia tidak ada di rumah, berarti aku bisa memakai mobilku sepuasnya. Aku juga sudah tahu di mana dia meletakkannya."
Karina tersenyum penuh kemenangan. Jika perempuan itu meminta izin terlebih dulu pada Victor untuk mengendarai mobilnya, pria itu selalu menolak permintaan Karina. Katanya, Karina boleh pergi asalkan tidak membawa mobil miliknya sendiri. Malam ini, Karina bisa melakukan apa yang ia inginkan tanpa aturan dari Victor.
"Dia pikir aku perempuan bodoh? Aku bisa melakukannya."
****
"Kau tidak pulang terlebih dahulu? Sepertinya kedatangan kita terlalu cepat di sini," ujar Daniel.
"Tidak. Aku akan menikmati pestanya dalam beberapa menit setelah dimulai, kemudian aku akan segera pergi."
Daniel hanya menganggukkan kepalanya sembari meraih segelas cocktail. Kellyn juga turut ikut bersama mereka, meskipun perempuan itu akan datang setengah jam sebelum pesta di mulai.
Pesta malam ini diadakan oleh salah satu investor di perusahaan mereka. Hanya dihadiri oleh beberapa orang ternama yang sama-sama memiliki perusahaan di bidang interior. Sejujurnya, Victor tidak ingin datang, tetapi perkara Edward yang mendadak mendatangi rumahnya pagi buta, Victor akhirnya memutuskan untuk pergi.
"Apakah kau tidak pernah melarang Karina untuk membawa kekasihnya ke dalam rumahmu? Bisa-bisanya pria itu datang dengan seenak jidat."
Jika dipikir-pikir, Victor juga tidak ingin melakukannya. Apalagi ketika ia pergi, ia selalu mendapat laporan dari Corlin di mana Karina terkadang pergi ke luar tanpa tahu jam pulang. Terkadang pula perempuan itu membawa kekasihnya masuk ke dalam rumah mereka, meskipun Karina tidak pernah membiarkannya menyentuh lantai atas.
Victor mengizinkan Karina membawa Edward karena pria itu berusaha untuk memahami perasaan Karina. Di usianya yang masih muda, Karina harus terpaksa menikah dengannya, perkara kedua orang tua perempuan itu yang telah meninggal dunia dan saat itu Karina hanya tinggal bersama kakeknya.
Menurut kakek Karina, sejak kepergian kedua orang tuanya Karina selalu bersikap seakan ia adalah seorang gadis yang bisa dengan bebas melakukan apa pun. Padahal, sudah jelas dia adalah seorang pewaris di dalam keluarganya.
Merasa takut apa yang dilakukan Karina berdampak pada perusahaan, kakek Karina akhirnya meminta salah satu sahabatnya untuk menikahkan putranya dengan Karina. Di mana anaknya tersebut adalah Victor Stuart. Pria yang berusia tujuh tahun lebih tua dari Karina.
"Aku tidak tahu harus melarangnya dengan melakukan apa. Ancaman dariku saja tidak dia dengar, apalagi jika sampai aku meminta Karina untuk tidak pernah membawa kekasihnya lagi ke dalam rumahku."
"Kau yang berhak memutuskan semuanya, Bung. Dia milikmu. Meskipun kau tidak pernah menyentuhnya, aku tahu jika kau tidak pernah rela dia bersama pria lain."
Daniel memang benar. Sahabatnya itu adalah satu-satunya orang yang sangat memahami perasaannya. Victor sejujurnya ingin menghajar wajah Edward setiap kali pria itu datang ke rumahnya dan Victor hanya bisa menatap pertemuan Karina di balik gerbang melalui gorden kamarnya. Semua sangat menyesakkan.
"Biarlah! Aku akan membiarkannya sampai dia berusia dua puluh lima tahun."
"Dua puluh lima? Dia saja baru berusia dua puluh satu. Apakah itu tidak terlalu lama? Sesekali kau harus memberinya peringatan, Victor."
Victor hanya tersenyum miring. Kemudian salah satu tangannya meraih segelas bir yang sudah mereka pesan sebelumnya. Memikirkan Karina memang tidak pernah ada habisnya. Selalu ada masalah yang dibuat perempuan itu setiap hari dan selalu berhasil membuat kepala Victor terasa pusing.
"Memiliki istri yang jauh lebih muda dari usiaku, ternyata sesulit ini. Dia terkadang menggemaskan, terkadang juga membuat hidupku terasa kacau."
"Itu pilihanmu. Jika kau mengeluh, kau pecundang!"
"Tidak. Aku tidak akan mengeluh dan menyerah begitu saja. Tidak akan terjadi, Daniel."
****
Setelah memarkirkan mobilnya, Karina memasuki tempat di mana pesta diadakan. Ia sempat berpapasan dengan beberapa temannya saat mulai masuk ke dalam. Clara yang sedang menegak minuman, sontak terkejut saat kedua matanya melihat kedatangan Karina.
"Hey! Kau membohongiku? Kau bilang kau tidak bisa datang malam ini," ucap Clara saat perempuan itu sudah berada di samping Karina yang tengah berjalan menuju sebuah meja.
"Kau tahu, kan bagaimana pintarnya aku? Kabur? Itu adalah hal yang mudah untukku."
"Kau bilang, dia mengancam mu. Kau tidak takut dengan ancamannya?"
Karina menggeleng dengan seringaian kecil. Clara tertawa puas, kemudian mereka mulai terduduk di meja yang sudah disiapkan untuk mereka dan beberapa teman lainnya yang belum datang.
"Di mana Natty? Dia belum datang?"
"Dia sedang menemui kekasihnya di luar ruangan ini. Bagaimana dengan Edward? Dia juga akan datang? Kau mengundangnya untuk datang?"
"Seharusnya dia memang datang, Clara. Tapi, entahlah. Aku belum bisa menghubungi ponselnya sejak tadi."
Karina mulai menikmati hidangan yang ada di atas meja bersama minuman-minumannya. Kemudian matanya mulai beralih ke arah lain, mencari sosok yang ia harap hadir di pesta tersebut, meskipun Edward memang tidak begitu mengenal temannya yang berulang tahun.
Di pesta itu, semua dibebaskan untuk membawa kekasih. Jadi, meskipun Edward tidak mengenalnya, Karina tetap bisa membawanya masuk.
"Clara, sepertinya aku harus keluar sebentar. Barangkali dia berada si parkiran. Aku akan mencarinya."
"Baiklah. Pergi lah dulu, Karina."
Karina kembali beranjak dari kuris yang belum lama ia duduki itu. Perempuan itu mulai berjalan melewati orang-orang yang sedang sibuk berdansa dengan para kekasihnya.
Pesta akan dimulai beberapa menit lagi, dan Karina dipastikan harus segera menemukan Edward. Jika tidak, maka bisa dipastikan jika dia adalah perempuan satu-satunya yang tak membawa seorang kekasih di dalam pesta tersebut.
"Tidak biasanya dia mematikan ponselnya seperti ini. Apakah perkataanku tadi pagi sangat menyakiti perasaannya? Kenapa dia seakan tiba-tiba menghindar dariku?" ujar Karina sembari menatap layar ponselnya.
Di sisi ruangan lain, Karina menyenderkan tubuhnya dengan tangan yang sibuk mencoba menghubungi Edward. Meskipun ia tahu jika Edward kemungkinan besar memang tidak akan mungkin datang ke pesta tersebut.
"Sialan! Kenapa dia melakukan ini padaku."
"Rupanya benar. Ancamanku sama sekali tidak membuatmu takut, gadis manja."
Suara itu tiba-tiba saja mengejutkan pendengaran Karina. Sontak perempuan itu menoleh ke arah samping kiri tubuhnya di mana sekarang Victor sedang berdiri tepat di hadapannya. Menatap Karina dengan sorot mata yang tajam.
"Vi-victor?"
"Pulang sekarang denganku, atau kau sama sekali tidak akan kubiarkan masuk ke dalam rumah?"
Sungguh pertanyaan yang sangat sulit untuk seorang Karina yang tengah menunggu kedatangan kekasihnya. Jika ia ikut pulang bersama Victor, artinya usahanya akan sia-sia begitu saja.
"Aku ...."
"Tidak ada penolakan! Ikut pulang bersamaku sekarang juga!
****
...Jangan lupa untuk tinggalkan ...
...komentar dan likenya, ya😍😍😍...
Oh iya mampir yuk dikarya baruku judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏.
💗